(Falling Ball)
KELOMPOK A-5:
•Adi Wijaya 110116207
•Tiffany Devi Imansjah 110117049
•Titin Yolani Sun 110117134
•Ni wayan mei megantari 110117167
•Theresa Viviani Alexis Bedu 110117204
VISKOMETER BOLA JATUH
• Viskometer bola jatuh merupakan one point instrument.
• Hanya bekerja pada 1 laju geser (Rate of Shear)
• Digunakan untuk mengukur cairan Newtonian.
• Rate of shear: waktu
Shearing stress: gaya gravitasi, gaya apung, gaya gesek bola
dengan cairan.
Sampel dimasukkan ke piknometer Dibuka penutup jaket, diisi aquades hingga penuh dan ditutup
lagi water mantelnya
Termometer dipasang, ditutup penutup ketika suhu sudah
mencapai 20˚C.
Tutup tabung gelas ditengah dibuka, dimasukkan sumbat bagian
Bagian permukaan dibersihkan secara menyeluruh bawah dan ditutup bagian bawahnya
Diamati waktu jatuh bola dari batas atas sampai batas bawah (
t1)
Bola diganti yang lain sampai memenuhi syarat lebih dari
30 s
Dibalik posisi tabung kemudian sebagai t2 dan dilakukan hal
yang sama untuk t3
• Bola 3
Diameter : 15,6 𝑚𝑚=
r = 0,78 𝑐𝑚
4 3 4
V = 𝜋𝑟 = 3,14 (0
3 3
M 14,45
ρ= = = 7,2733 g/
V 1,9867
• Bola 4
Diameter : 15,2 𝑚𝑚=
r = 0,76 𝑐𝑚
Viskositas (cPs)
Bahan
ɳ1 ɳ2 ɳ3 ɳ4
Gliserin 36,1265 cPs 37,0408 cPs 36,406928 cPs 372,0658 cPs
Sorbitol 99,6016 cPs 94,4918 cPs 95,6837 cPs 814,6193 cPs
Sirup 203,5741 cPs 197,06637 cPs 196,8735 cPs 24,0531 cPs
ɳ = t ( Sb – Sf ) B
Keterangan :
ɳ Viskositas (m.Pa.s)
t Waktu bola jatuh dari batas atas sampai bawah (s)
Sb Massa jenis bola (g/cmᶟ)
Sf Massa jenis cairan (g/cmᶟ)
B Tetapan bola ( mPa.cmᶟ/g)
Gliserin t4 = 88,45 S
t1 = 59,27 S ɳ4 = t4 ( Sb – Sf ) B
ɳ1 = t1 ( Sb – Sf ) B = 88,45 ( 7,2733 – 1,264 ) 0,7
= 59,27 ( 8,0365 – 1,264 ) 0,09 = 372,0658 m.Pa.s
= 36,1265 m.Pa.s Sorbitol
t2 = 60,77 S t1 = 182,70 S
ɳ2 = t2 ( Sb – Sf ) B ɳ1 = t1 ( Sb – Sf ) B
= 60,77 ( 8,0365 – 1,264 ) 0,09 = 182,70 ( 8,1190 – 1,317 ) 0,09
= 37,0408 m.Pa.s = 99,6016 m.Pa.s
t3 = 59,73 S t2 = 152,62 S
ɳ3 = t3 ( Sb – Sf ) B ɳ2 = t2 ( Sb – Sf ) B
= 59,73 ( 8,0365 – 1,264 ) 0,09 = 152,62 ( 8,1190 – 1,317 ) 0,09
= 36,406928 m.Pa.s = 94,4918 m.Pa.s
t3 = 152,62 S t2 = 40,88 S
ɳ3 = t3 ( Sb – Sf ) B ɳ2 = t2 ( Sb – Sf ) B
= 152,62 ( 8,1190 – 1,317 ) 0,09 = 40,88 ( 8,0365 – 1,150 ) 0,7
= 95,6837 m.Pa.s = 197,06637 m.Pa.s
t4 = 195,38 S t3 = 40,84 S
ɳ4 = t4 ( Sb – Sf ) B ɳ3 = t3 ( Sb – Sf ) B
= 195,38 ( 7,273 – 1,317 ) 0,09 = 40,84 ( 8,0365 – 1,317 ) 0,7
= 814,6193 m.Pa.s = 94,4918 m.Pa.s
Sirup t4 = 201,48 S
t1 = 42,23 S ɳ4 = t4 ( Sb – Sf ) B
ɳ1 = t1 ( Sb – Sf ) B = 201,48 ( 2,4764 – 1,317 ) 0,09
= 42,23 ( 8,0365 – 1,150 ) 0,7 = 24,0531 m.Pa.s
= 203,5741 m.Pa.s
Pembahasan
• Dari data praktikum diketahui urutan viskositasnya:
ɳ sirup > ɳ sorbitol > ɳ gliserin
Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan massa jenis setiap sediaan yang berbeda. Selain itu
dipengaruhi oleh massa jenis bola yang digunakan karena akan memengaruhi gaya apung yang
diberikan oleh bola.
Menurut teori, ɳ sorbitol > ɳ gliserin > ɳ sirup
Namun pada praktikum kami viskositas sirup lebih besar daripada sorbitol, yang memungkinkan
adanya kesalahan praktikan saat penggunaan bola.
• Hasil dari kelompok kami t4 yang diperoleh sangat berbeda jauh dengan t1,2,3.
Viskometer bola jatuh dapat membedakan cairan Newtonian dan Non-newtonian perbedaan
yang signifikan ini menandakan sifat alir suatu sediaan bersifat Non-Newtonian.
•Kesulitan : keterbatasan waktu, sulit untuk menemukan bola yang cocok, ada gelembung
udara, jenis bola terbatas sehingga sulit menemukan bola yang tepat
•Ide : alat pengukur dan jumlah bola di tambah, bola ditandai supaya tidak tertukar