LATAR BELAKANG
Dasar Hukum
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
- Menemukan jawaban : 5 W
1H
What
Where
Who
When
Why
How
Implementation:
Public Health Conduct SIAs,
Increase Routine How do you
Approach do it?
Intervention
Evaluation:
What Immunization of
works? susceptible
Problem Response
KLB CAMPAK
a. KLB Suspek Campak adanya 5 atau lebih suspek
campak dalam waktu 4 minggu berturut- turut, terjadi
mengelompok, memiliki hubungan epidemiologi.
b. KLB Campak Pasti KLB suspek campak dengan
hasil lab ≥2 IgM campak (+)
c. KLB Rubela Pasti KLB suspek campak dengan
hasil lab ≥2 IgM Rubela (+)
PENGUATAN SURVEILANS CAMPAK /RUBELLA
PASCA KAMPANYE MR
12
10
8 #REF!
#REF!
#REF!
#REF!
6 2012
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Langkah Investigasi
Puskesmas ============== Kabupaten
1. Konfirmasi awal KLB ( SMS/Tlp. ) (1 x 24 Jam)
2. Pelaporan Segera KLB
Kabupaten ============== Propinsi
3. Persiapan penyelidikan (SMS/Tlp.) (1 x 24 Jam)
4. Pelaksanaan Penyelidikan
a. Kunjungan rumah ke Propinsi ============== Subdit Surveilans
(SMS/Tlp. ) (1 x 24 Jam )
rumah Catatan : Kemudian diikuti dengan laporan W-1
b. Mengumpulkan Informasi
Faktor Risiko
c. Mengambil spesimen
5. Tatalaksana kasus
6. Pengolahan dan Analisa
data
7. Penulisan Laporan
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut
Vaksin
Tgl Diambil
Umur / Sex Campak seblm Tgl Timbul Hasil Spesimen Klasifikasi Final *
Spesimen
sakit Diberi Keadaan
No Epid Alamat Lengkap
Nama Anak Nama Org Tua Vit A Akhir Campak
Kasus/KLB (Desa/RT/RW) Brp
Tidak /
Y/T (H/M)
Bukan
L P Tdk Demam Rash Darah Urin Darah Urin Rubella Camp
Kali Lab Epid Klinis
Tahu / Rub
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22
36% 3% 5-9 th
24%
8%
<1 th
5%
'0 Dose
3+ Dose
61%
20
15
10
0
2-8 9-15
16- 23- 30
6-12
13- 20- 27
6-12
13- 20- 27
3-9
10- 17- 24-
1-7 8-14
15- 22- 29
5-11
12- 19- 26
3-9
10- 17- 24- Data as of 26 Jul 2005
22 29 Jan- 19 26 Feb- 19 26 Mar- 16 23 30 21 28 May- 18 25 Jun- 16 23 30J
Jan Jan Feb Mar Apr May May Jun Jul
Jan Jan 5 Feb Feb 5 Mar Mar 2 Apr Apr Apr May May 4 Jun Jun 2 Jul Jul uli
Total AFP 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 7 10 12 15 15 14 15 3 0 0 1 0 0
WPV 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 5 8 9 13 10 10 7 1 0 0 0 0
Cases
Person Time
25
Place
1200
1000 20
800
15
600
10
400
200 5
0 0
0-4 '5-14 '15- '45- '64+ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
44 64
Age Group
Daerah KLB
= 150 kasus Cakupan imunisasi >90 % , 3 th
D berturut2
F Ks 40 % usia 5 – 14 th
Cakupan imunisasi <80 % , 2 th
E C A berturut2
C F Posyandu tidak aktif
D Bidan tinggal di desa lain
County
A A
A
B G Ks 60 % usia 0 - 5
38 ks Cakupan imunisasi >90 % , 3 th
12ks County B berturut2
D E County E Posyandu tidak aktif
B 60% balita yg dikunjungi tidak
C imunisasi
Ks 40 % usia 5 – 14 th
Cakupan imunisasi <80 % , 2 th berturut2
A Posyandu tidak aktif
Bidan tinggal di desa lain
Ks 60 % usia 0 - 5
E Cakupan imunisasi >90 % , 3 th berturut2
Posyandu tidak aktif
60% balita yg dikunjungi tidak imunisasi
Antibiotik
Darah
ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan
syaraf &
Kematian Pusat
lumpuh
• Gagal ginjal
Pemberian Anti Toksin (ADS)
Kondisi Penyakit Rentang Dosis
Antitoksin (Unit)
Lesi kulit saja 20.000 – 40.000
Penyakit faring/laring 20.000 – 40.000
dalam durasi <48 jam
Lesi nasofaring 40.000 – 60.000
Penyakit yang meluas 80.000 – 100.000
dalam durasi >72 jam
Pembengkakan difus 80.000 – 100.000
pada leher
Tatalaksana Kasus (Suportif)
Tirah rebah 2-3 minggu (lebih lama bila
terjadi miokarditis)
Diet makanan lunak kalori tinggi yang
mudah dicerna
Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hari, tiap 6-
8 jam pada kasus berat selama 14 hari
Satu bulan setelah sembuh, Imunisasi
0,5 mL i.m. : DPT anak <5 thn, DT anak
< 5-7 tahun, Td anak > 7 tahun (tanpa
melihat status imunisasi sebelumnya)
Tatalaksana Kontak & Karier
* ERITROMISIN secepatnya
• dosis : 50 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari
• lama pemberian : 7 – 10 hari
• cara pemberian : sehabis makan
• anak-anak : sirup 250 mg x 4 /hari
• dewasa : 500 mg x /hari
• pantauan : PMO
• side efek : mual dan diare
Tatalaksana Kasus (2)
Kultur ulang dilakukan minimal 2 minggu
setelah terapi terhadap
kasus/kontak/karier, bila masih positif
diberikan terapi ulang selama 10 hr.
Investigasi
KLB Difteri
BATASAN KLB DIFTERI
KLB
(masalah)
Penyebab?
What?
Who? Stop KLB
Where? - Jangka Pendek
When? Why?
-Jangka Panjang
How?
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan investigasi
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB Cek Data di Pusk (reg &
2. Pelaporan Segera KLB W2) / lapangan:
3. Persiapan investigasi • Kasus sesuai dengan
4. Investigasi lapangan
kriteria klinis suspek
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
difteri:
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB SMS/Telp/Email dlm
2. Pelaporan Segera KLB 24 jam pertama:
3. Persiapan investigasi 1. Pusk Kab/Kota
4. Investigasi lapangan
2. Kab/Kota Prov
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
3. Prov Pusat
7. Pengolahan dan Analisa data Tindak lanjuti dg W1
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri • Tentukan tim investigasi dan
siapkan surat Tugas
1. Konfirmasi awal KLB
• Mengumpulkan informasi awal
2. Pelaporan Segera KLB
– Area KLB (dataran
3. Persiapan investigasi rendah/tinggi)
4. Investigasi lapangan – Total Populasi dan populasi
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko rentan di area KLB
6. Tatalaksana kasus – Buat mapping kasus
sementara unt menentukan
7. Pengolahan dan Analisa data
luas investigasi
8. Pelaporan
– Sarana & Prasarana
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut Kesehatan terdekat
– Keamanan
– Cuaca/musim
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan kasus dan
bukan kasus
– Alat ambil spesimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi
ke pihak berwenang (Kec – RT &
Polsek – Binpolda, sekolah,
kantor)
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB • Mendata Usia dan st. imunisasi
2. Pelaporan Segera KLB kasus dan anggota kelg
3. Persiapan investigasi - (Mendata usia dan status
4. Investigasi lapangan imunisasi kasus dan bukan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor kasus)
Risiko - Mencari kasus tambahan
6. Tatalaksana kasus Pendataan dimulai dari kasus
7. Pengolahan dan Analisa data pertama yang dilaporkan
8. Pelaporan bergerak melingkar smp tidak
9. Umpan Balik dan rencana tindak ditemukan kasus baru lagi yang
lanjut berhubungan secara
epidemiologi
- Kasus dirujuk ke RS
- Ambil sampel apus dibawah
pseudomembran pada kasus &
kontak dengan sebelum
diberikan antibiotik dan minimal
20 kontak
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi
x Kasus
Kasus
Sekolah
x Kasus
Daftar Populasi yang SAKIT di Area KLB
Epidemiologi 12
10
Kasus
2
0
5 6 7 8 9 10 11
Mg/2013
Lokasi KLB:
Kasus – Gol Umur
RT/RW, Desa, Kec, Kab - Prop
Contoh Hitung AR dan CFR
Gol. Umur
AR
Gol Umur Populasi Jumlah Jumlah
CFR (%)
(tahun) Beresiko Kasus Meninggal (%)
< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00
Total 266 11 2 4,14 18.18
A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00
Total 266 19 1 7.14 5.26
35
30
31
25
24
(# o f C a s e)
20 20 21
15 15
12
10 10 10
7 7
5
2 3
0
1 1 0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kesimpulan:
1. Telah terjadi KLB di ….. pada periode ….. dengan jumlah kasus…..
2. Angka serangan tertinggi pada wilayah….dan gol. Umur…..
3. Faktor resiko terjadinya KLB kemungkinan berhubungan
dengan…..(sesuai hasil analisa faktor resiko:
Cakupan imunisasi rendah populasi rentan tinggi
Jangkauan pelayanan rendah
Penerimaan masyarakat rendah
Menejemen Cold Chain Efikasi vaksin rendah
4. Kegiatan penanggulanan yang telah dilakukan:
Imunisasi selektif atau massal
Perbaikan menejemen rantai dingin vaksin
Penyuluhan masyarakat ttg pentingnya imunisasi dan
kesehatan pada umumnya
Advokasi kepada Para pengambil kebijakan
Kesimpulan dan Rekomendasi
Rekomendasi:
• Untuk penanggulangan yang belum dapat
dilakukan dan membutuhkan sumber daya lebih
besar/luas.
Langkah Investigasi KLB Difteri
• Umpan Balik disampaikan
1. Konfirmasi awal KLB kepada program terkait
2. Pelaporan Segera KLB secara langsung maupun
3. Persiapan investigasi
tidak: Imunisasi, KIA/Gizi,
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
dan Kesling
Risiko • Tindak lanjut sebagai
6. Tatalaksana kasus upaya penanggulangan
7. Pengolahan dan Analisa data
yang melibatkan linpro
8. Pelaporan
dan linsek jangka panjang
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut agar tidak terulang
– Meningkatkan
pemahaman masy ttg
imunisasi dan kesehatan
– Perbaikan sarana tempat
tinggal
– Sebagai masukkan Renc
Tahunan
DIFTERIA FARING – LARING
Tatalaksana bedah:
tracheostomi untuk mengatasi sumbatan
DIFTERIA KULIT & MUKOSA
Tumpukan
nanah dan
membran
pada dasar
tukak
DIFTERIA MATA,
SECRET SEROSANGUINEUS
DIFTERIA KULIT
KEBIJAKAN SURVEILANS DIFTERI
Setiap satu kasus suspek dinyatakan sebagai KLB dan dilaporkan 1 x 24 jam
Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam 2 x 24 jam:
Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk
mencegah kematian (ADS) dan penularan (Antibiotika) sesuai dengan protokol pengobatan
difteri;
Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m ;
Menelusuri kontak erat;
Tatalaksana kontak erat (contact tracing) Memutus penularan melalui pemberian obat
profilaksis kpd kontak erat;
Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.
Setiap suspek difteri diambil spesimen dan dilakukan pemeriksaan laboratorium kultur
Suspek difteri dengan hasil kultur positif dilanjutkan dengan pemeriksaan toksigenisitas
menggunakan ELEK test.
Edukasi Masyarakat
Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal 90%
PERTUSSIS
(WHOOPING COUGH)
03/11/2020
Penyakit Pertusis
Penyebab bakteri Manusia satu2nya host
Bordetella pertussis.
Gejala dan Tanda: Penularan:
Infeksi pada tenggorok Percikan ludah/batuk
Mulai seperti pilek Periode menular mulai pd
Rasa lelah,
stadium kataral smp 3 mg
kemudian.
Kadang demam tinggi Masa inkubasi: 7 – 10 hr
Batuk diikuti dengan (20 hr)
tarikan napas dalam
(“whoop”), diakhiri dg Pencegahan:
muntah Imunisasi dasar DPT (2/4/6 bl)
Dapat terjadi “gagal Booster DPT 18 bl, 6 th, 16 th
napas” pada anak Progam Im nasional booster 6
dan 16 th tanpa (P)
kecil/bayi.
GAMBARAN KLINIS
Infeksi berlangsung selama 6
minggu, dan berkembang melalui 3
tahapan:
Tahap kataral (7-10 hari setelah
terinfeksi): flu ringan; bersin-
bersin, mata berair, nafsu makan
berkurang, lesu, batuk (awalnya
hanya malam hari kemudian
sepanjang hari).
Sangat menular!
GAMBARAN KLINIS, Con’t
Pertusis pasti:
Ditemukan kuman
Bordetella pertussis pada
pemeriksaan isolasi atau
PCR swab nasofaring
Kontak kasus adalah orang serumah,
tetangga, teman bermain, teman sekolah,
termasuk guru, teman kerja yang kontak
dengan kasus dalam periode 20 hari (3
mg) dari mulai timbul gejala (stadium
kataral)
Suspek Pertusis
Data Rutin yg Diperlukan (1)
No Epid Tgl ambil Swab
Nama & Jenis Kel Nasofaring dan test
Usia (Th, bln): Tgl Lahir darah:
Alamat: Hasil Lab: (+)/(-)
Desa/Kec/Kab/Prov Hasil Akhir:
Nama Orang Tua Hidup/Meninggal yg
Pusk berhub dg difteria.
Tgl Demam Klasifikasi: Pertusis
Tgl Batuk – Whooping Probable, Pertusis
Imunisasi Pertusis – pasti
(DPT) sebelum sakit
Jumlah dosis
Tgl/Th terakhir
diimunisasi
Investigasi
KLB Pertusis
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan investigasi
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB Cek Data di Pusk (reg &
2. Pelaporan Segera KLB W2) / lapangan:
3. Persiapan investigasi • Kasus sesuai dengan
4. Investigasi lapangan
kriteria klinis suspek
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
pertusis: st. kataral &
7. Pengolahan dan Analisa data Paroksismal
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB SMS/Telp/Email dlm
2. Pelaporan Segera KLB 24 jam pertama:
3. Persiapan investigasi 1. Pusk Kab/Kota
4. Investigasi lapangan
2. Kab/Kota Prov
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
3. Prov Pusat
7. Pengolahan dan Analisa data Tindak lanjuti dg W1
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB
Pertusis • Tentukan tim investigasi dan
siapkan surat Tugas
1. Konfirmasi awal KLB
• Mengumpulkan informasi awal
2. Pelaporan Segera KLB
– Area KLB (dataran
3. Persiapan investigasi rendah/tinggi)
4. Investigasi lapangan – Total Populasi dan populasi
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko rentan di area KLB
6. Tatalaksana kasus – Buat mapping kasus
sementara unt menentukan
7. Pengolahan dan Analisa data
luas investigasi
8. Pelaporan
– Sarana & Prasarana
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut Kesehatan terdekat
– Keamanan
– Cuaca/musim
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan kasus dan
bukan kasus
– Alat ambil spesimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi
ke pihak berwenang (Kec – RT &
Polsek – Binpolda, sekolah,
kantor)
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB • Mendata Usia dan st. imunisasi
2. Pelaporan Segera KLB kasus dan anggota kelg
3. Persiapan investigasi - (Mendata usia dan status
4. Investigasi lapangan imunisasi kasus dan bukan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor kasus)
Risiko - Mencari kasus tambahan
6. Tatalaksana kasus Pendataan dimulai dari kasus
7. Pengolahan dan Analisa data pertama yang dilaporkan
8. Pelaporan bergerak melingkar smp tidak
9. Umpan Balik dan rencana tindak ditemukan kasus baru lagi yang
lanjut berhubungan secara
epidemiologi
- Kasus dirujuk ke RS
- Ambil sampel apus nasofaring
pada kasus & kontak dengan
sebelum diberikan antibiotik dan
minimal 20 kontak
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi
x Kasus
Kasus
Sekolah
x Kasus
Daftar Populasi yang SAKIT di Area KLB
Status
Umur Tgl st. Tgl st. Tgl ambil Riwayat
No Nama Alamat Imunisasi Gejala
Bl/Th kataral Paroksismal Spes Bepergian
P (DPT)
Daftar Populasi yang TIDAK SAKIT & KONTAK
di Area KLB
< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00
Total 266 11 2 4,14 18.18
A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00
Total 266 19 1 7.14 5.26
Minggu
Kesimpulan:
1. Telah terjadi KLB di ….. pada periode ….. dengan jumlah kasus…..
2. Angka serangan tertinggi pada wilayah….dan gol. Umur…..
3. Faktor resiko terjadinya KLB kemungkinan berhubungan
dengan…..(sesuai hasil analisa faktor resiko:
Cakupan imunisasi rendah populasi rentan tinggi
Jangkauan pelayanan rendah
Penerimaan masyarakat rendah
Menejemen Cold Chain Efikasi vaksin rendah
4. Kegiatan penanggulanan yang telah dilakukan:
Imunisasi selektif atau massal
Perbaikan menejemen rantai dingin vaksin
Penyuluhan masyarakat ttg pentingnya imunisasi dan
kesehatan pada umumnya
Advokasi kepada Para pengambil kebijakan
Kesimpulan dan Rekomendasi
Rekomendasi:
• Untuk penanggulangan yang belum dapat
dilakukan dan membutuhkan sumber daya lebih
besar/luas.
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
• Umpan Balik disampaikan
1. Konfirmasi awal KLB kepada program terkait
2. Pelaporan Segera KLB secara langsung maupun
3. Persiapan investigasi
tidak: Imunisasi, KIA/Gizi,
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
dan Kesling
Risiko • Tindak lanjut sebagai
6. Tatalaksana kasus upaya penanggulangan
7. Pengolahan dan Analisa data
yang melibatkan linpro
8. Pelaporan
dan linsek jangka panjang
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut agar tidak terulang
– Meningkatkan
pemahaman masy ttg
imunisasi dan kesehatan
– Perbaikan sarana tempat
tinggal
– Sebagai masukkan Renc
Tahunan
Kebijakan & Strategi Surveilans Pertusis
Strategi
Surveilans • Penemuan
Operasional kasus
ETN • Investigasi
• Rekomendasi
Tetanus
o Ditandai dengan
Sifat kejang: Umum,
Trismus (sulit netek),
Opisthotonus dan
sensitif terhadap
rangsangan (cahaya,
suara)
1. Program KIA
Meningkatkan cakupan ANC, KN
(Kunjungan Neonatal)
Penanganan/penyuluhan penolong
persalinan (tindaklanjut penolong
kasus)
2. Program Imunisasi
Meningkatkan cakupan imunisasi Toxoid
Life Long Card (kartu seumur hidup)
TT1
TT2 4 mgg setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup
3. Program Surveilans
Melacak setiap kasus untuk mengetahui faktor
risiko
Melakukan umpanbalik ke Prog.terkait & T.Lanjut
Melaksanakan SKD Imunisasi TT/map
Map : K1, K4, KN1 & 2, Dukun
Mengolah & analisa data kasus TN serta
Rekomendasi
VARIABEL
FORM INVESTIGASI Kasus TN
1. Tgl. Dilaporkan kasus dan Tgl investigasi
2. Identifikasi kasus: No. Epid, Tgl lahir, nama,
jenis kel, alamat
3. Riwayat Ibu: Jumlah anak yang lahir hidup, lahir
mati, status TT, ANC.
4. Persalinan: dimana, ditolong oleh siapa,
perawatan tali pusat,
5. Riwayat klinis: Tgl mulai sakit, mencucu (sucking),
kejang (stiffness) outcome, treatment, klasifikasi
final.
6. Tindakan: imunisasi ibu, SIAs ke ibu lainnya,
pencarian kasus aktif.
Negara Anggota Regional SEAR : Indonesia, Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Timur
Leste, India, DPR Korea, Bangladesh, Nepal, Maldives dan Bhutan.
Without high quality surveillance, the billion
dollar program effort is flying blind’.
CBMS KLINIS
Hasil CBMS, 2017
1%
26% 26%
Campak
Rubella
Negatif
Equivocal
47%
Trend Kasus Klinis Campak di Provinsi
Sumatera Selatan, 2018
80
70
60
50
40
30 Kampanye MR
20
10
0
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
Klinis Campak
20
15
10
0
Yang Dilaporkan KLB Campak KLB Rubella Negatif Mix Pending
Distribusi Kasus Difteri di Prov. Sumatera
Selatan, 2017-2018
10
Trend Mingguan Kasus Difteri Tahun 2018
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Jumlah Kasus
Gambaran Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur & Status Imunisasi di Prov.
Sumsel , 2018
17% 17%
1; 6%
17%
9; 53% 7; 41% Tidak
Imunisasi
1 kali
2 kali
3 kali
50% 4 kali
Unknow
< 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 Th > 15 Th
27%
73%
N : 11 kasus
Penemuan Kasus Tetanus Neonatorum
Di Provinsi Sumatera Selatan, 2018
5
2 Kasus TN
Kematian
0
I t LI l
ng U im sin ul
ih
ub
a
OK ha UR
A am au Ilir ur an an
g
ar
a se
ba OK .En ua m M La .Al gg an im l at w PA at m
lem
y u M P in
Og
T Se a r Su
M
Ba
n ab L.L U E.L u
Pa Pr OK O K U M
pada tahun 2018 terdapat 4 kasus dengan 1 kematian (CFR : 25%). Dari
total kasus yang tercatat, faktor resiko masih pada penolong persalinan
dan perawatan tali pusat karena 75% penolong persalinan adalah dukun,
75% pemotongan tali pusat menggunakan bambu/sembilu serta 100
perawatan tali pusat dengan ramuan (kunyit dan garam).
Penemuan Kasus Pertusis di Provinsi Sumatera
Selatan, 2017-2018