Anda di halaman 1dari 123

INVESTIGASI PD3I

Seksi Surveilans & Imunisasi


Bidang Pencegahan & Pengendalian Penyakit
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Email : p2pl_sumsel@yahoo.com

Pertemuan Penanganan Sampel


Penyakit Menular Bagi Puskesmas Anita Riantina
Dinkes Kab. Banyuasin, 6 April 2019 Epidemiolog Ahli Muda
OUTLINE
1. Latar Belakang

2. Investigasi Kasus/KLB Campak

3. Investigasi KLB Difteri/Pertusis

4. Investigasi Kasus Tetanus Neonatorum


1

LATAR BELAKANG
Dasar Hukum
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

PMK No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman


Penyelenggaraan SKD KLB

PMK No. 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit


Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah &
Upaya Penanggulangan

PMK No. 82 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penyakit


Menular
Kenapa KLB harus diinvestigasi ?

- Menemukan jawaban : 5 W
1H
What
Where
Who
When
Why
How
Implementation:
Public Health Conduct SIAs,
Increase Routine How do you
Approach do it?
Intervention
Evaluation:
What Immunization of
works? susceptible

What is the Banyak anak


cause? tdk terlindungi
WHY ?
Surveillance: Tenaga
What
Logistik
is the Measles Outbreak
problem? Operasional

Problem Response

Foundation of Disease Control is


Surveillance
 Planning and implementing disease
control without knowing
Who
Where
When
Why

and with What they were affected

is equal to walking in dark

Without Knowing the problem, you cant find


solution
2
INVESTIGASI KLB
CAMPAK
Flowchat: Deteksi dan manajemen KLB Campak

Informasi-rumor adanya Suspek KLB campak


KLB campak (5/> kasus, cluster)

Ambil spesimen serum dari 10 kasus dan


sampel urin (bila perlu) dari 5 kasus

< 2 samples IgM+ ≥2 samples IgM+

BUKAN KLB KLB campak


Campak konfirm

Jika KLB > 1 bl, Pertimbangkan


ambil 5 spesimen setiap bulan
Target Eliminasi Campak dan
Pengendalian Rubella/CRS
Mencapai Eliminasi Campak dan
Pengendalian Rubella/Congenital Rubella
Syndrome (CRS) Tahun 2020
Melaksanakan introduksi vaksin rubella ke
dalam program imunisasi rutin nasional
Mencapai cakupan imunisasi Campak/MR
dosis pertama dan kedua yang tinggi
(minimal 95%) dan merata
Melaksanakan investigasi penuh
(full investigation) untuk semua
kasus KLB campak
Melaksanakan penguatan Surveilans
Campak Berbasis Kasus Individu (Case
Based Measles Surveillance), dengan
100% pemeriksaan spesimen
Melaksanakan penguatan surveilans
Kasus Campak Klinis DEMAM DAN RUAM
maculopapular + Batuk/Pilek ATAU Conjungtivitis ATAU
DEFINISI
Dokter mendiagnosa sebagai kasus campak Kasus Campak
Pasti  Kasus campak klinis dengan hasil lab IgM Campak
(+)
Kasus Rubela Pasti  Kasus campak klinis dengan hasil
lab IgM Rubela (+)
Discarded  Kasus campak klinis dengan hasil lab IgM
Campak (-) dan IgM Rubela (-)

KLB CAMPAK
a. KLB Suspek Campak  adanya 5 atau lebih suspek
campak dalam waktu 4 minggu berturut- turut, terjadi
mengelompok, memiliki hubungan epidemiologi.
b. KLB Campak Pasti  KLB suspek campak dengan
hasil lab ≥2 IgM campak (+)
c. KLB Rubela Pasti  KLB suspek campak dengan
hasil lab ≥2 IgM Rubela (+)
PENGUATAN SURVEILANS CAMPAK /RUBELLA
PASCA KAMPANYE MR

1. Peningkatan sensitifitas penemuan suspek campak


a. Melibatkan seluruh fasyankes termasuk praktek swasta
b. Sosialisasi penemuan kasus kepada ikatan profesi (IDAI, IBI,
IDI, PPNI) baik di Pusat maupun di Daerah
c. Sosialisasi penemuan kasus kepada masyarakat:
 Dengan poster/penyuluhan langsung di
posyandu

2. Peningkatan Case Based Measles Surveillance (CBMS) secara


bertahap
Pengambilan spesimen kasus suspek campak minimal 20% mulai
th. 2017 s.d. 100% pada th 2020
(CBMS 100% di 6 provinsi: Babel, Bengkulu, DIY, Bali, NTB & Gorontalo)
CBMS menilai status eliminasi setelah dilakukan kampanye MR
Langkah Investigasi
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan penyelidikan
4. Pelaksanaan Penyelidikan
Fully investigated :
a. Kunjungan rumah ke rumah
b. Pelacakan menggunakan form C1
c. Mengambil 10 spesimen darah, 5 urin
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Penulisan Laporan
9. Pelaporan
10.Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Review data lap W2 Puskesmas
Buat grafik mingguan
14

12

10

8 #REF!
#REF!
#REF!
#REF!

6 2012

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Langkah Investigasi
Puskesmas ============== Kabupaten
1. Konfirmasi awal KLB ( SMS/Tlp. ) (1 x 24 Jam)
2. Pelaporan Segera KLB
Kabupaten ============== Propinsi
3. Persiapan penyelidikan (SMS/Tlp.) (1 x 24 Jam)
4. Pelaksanaan Penyelidikan
a. Kunjungan rumah ke Propinsi ============== Subdit Surveilans
(SMS/Tlp. ) (1 x 24 Jam )
rumah Catatan : Kemudian diikuti dengan laporan W-1
b. Mengumpulkan Informasi
Faktor Risiko
c. Mengambil spesimen
5. Tatalaksana kasus
6. Pengolahan dan Analisa
data
7. Penulisan Laporan
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut

SMS/ Telp. : diikuti dengan W1


Langkah Investigasi
1. Konfirmasi awal KLB • Mengumpulkan informasi
2. Pelaporan Segera KLB awal
3. Persiapan penyelidikan • Data epidemiologi
4. Pelaksanaan Penyelidikan • Gambaran area KLB
a. Kunjungan rumah ke rumah • Prasarana kesehatan
b. Mengumpulkan Informasi • Keamanan, cuaca, logistik
Faktor Risiko • Persiapan alat penyelidikan
c. Mengambil spesimen KLB
5. Tatalaksana kasus • Dokumentasi
(forms C1 dan C2,
6. Pengolahan dan Analisa data
pedoman, material KIE,
7. Penulisan Laporan dll.)
8. Pelaporan • Persediaan obat-obatan
9. Umpan Balik dan rencana tindak • Persediaan non medis
lanjut
• Menginformasikan
penyelidikan
kepada pihak berwenang
• Memobilisasi tim respons
cepat
Langkah Investigasi
Gunakan form C1
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB • Tujuan : Mencari kasus
3. Persiapan penyelidikan
tambahan, populasi berisiko
dan review status imunisasi
4. Fully Investigated
a. Kunjungan rumah ke rumah
• Penentuan wilayah : Mobilitas,
kepadatan penduduk, Kondisi
b. Mengumpulkan Informasi
yang membatasi wilayah dll
kasus individual record
pakai C1 dan Faktor Risiko
• Tata cara :
(C2) • Jelaskan ke orang tua
c. Mengambil spesimen • Apakah ada penghuni rumah
pada 1 bulan terkahir
5. Tatalaksana kasus menderita campak
6. Pengolahan dan Analisa • Tanyakan semua anak < 15
data tahun status imunisasinya
7. Penulisan Laporan • Beri vit. A bila menderita
8. Pelaporan campak
9. Umpan Balik dan rencana tindak • Komplikasi : rujuk ke RS
lanjut • Info ke orang tua jika
mendapat gejala campak
lapor PKM
Lampiran 6

FORMAT: C-1 (Rutin atau KLB)

LAPORAN KASUS CAMPAK


BULAN: / 200..

Puskesmas : ……………………………… Kabupaten : ………………………………


Kecamatan : ……………………………… Propinsi : ………………………………

Vaksin
Tgl Diambil
Umur / Sex Campak seblm Tgl Timbul Hasil Spesimen Klasifikasi Final *
Spesimen
sakit Diberi Keadaan
No Epid Alamat Lengkap
Nama Anak Nama Org Tua Vit A Akhir Campak
Kasus/KLB (Desa/RT/RW) Brp
Tidak /
Y/T (H/M)
Bukan
L P Tdk Demam Rash Darah Urin Darah Urin Rubella Camp
Kali Lab Epid Klinis
Tahu / Rub

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22

Periode KLB : Tgl ……………. s/d …………………. …………………, Tgl……………


Penjelasan : Kolom 16 : H = Hidup, M = Mati Kepala Puskesmas ……
: * Klasifikasi final diisi oleh Kabupaten
Langkah Investigasi
Gunakan Form C2
1. Konfirmasi awal KLB  Cakupan imunisasi
2. Pelaporan Segera KLB
campak di tingkat
3. Persiapan penyelidikan
puskesmas, desa
4. Pelaksanaan Penyelidikan
terjangkit, desa
a. Kunjungan rumah ke
beresiko selama 3 - 5
rumah
tahun terakhir.
b. Mengumpulkan Informasi
 Informasi
Faktor Risiko
c. Mengambil spesimen keterjangkauan ke
pelayanan kesehatan
5. Tatalaksana kasus
 Ketenagaan,
6. Pengolahan dan Analisa
ketersediaan vaksin dan
data penyimpanan vaksin
7. Penulisan Laporan
 Status gizi masyarakat
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana secara umum, daerah
tindak lanjut kumuh atau padat atau
daerah pengungsi.
Langkah Investigasi

1. Konfirmasi awal KLB


2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan penyelidikan
4. Pelaksanaan Penyelidikan
a. Kunjungan rumah ke Bekerja sama dengan
rumah petugas laboratorium
b. Mengumpulkan Informasi  Ambil 10 sampel serum
Faktor Risiko
spes adekuat if sampel
c. Mengambil spesimen
diambil antara 4-28 hari
5. Tatalaksana kasus sejak timbul rash
6. Pengolahan dan Analisa  Ambil 5 sampel urine
data Diambil saat hari pertama –
7. Penulisan Laporan hari keempat demam
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut
Langkah Investigasi

1. Konfirmasi awal KLB


2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan penyelidikan
4. Pelaksanaan Penyelidikan
a. Kunjungan rumah ke Tatalaksana Kasus di
rumah Lapangan
b. Mengumpulkan Informasi  Tidak ada komplikasi beri
Faktor Risiko antipiretik
c. Mengambil spesimen  Jika ada komplikasi beri
5. Tatalaksana kasus antibiotic sesuai dengan
komplikasi
6. Pengolahan dan Analisa  Beri vitamin A dosis tinggi
data  Apabila penderita cukup
7. Penulisan Laporan
berat segera rujuk ke
8. Pelaporan puskesmas/RS
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut
Fully Investigated :
- Setiap rumah dikunjungi
Kunjungan seluas perkiraan transmisi
Rumah ke - Sekolah penderita
Tujuan : mencari kasus
Rumah tambahan, case managemen
dan faktor risiko

•Mencatat semua anggota


keluarga yg ada di setiap rumah
Individual dan sekolah menggunakan
form C1
Report •Mengetahui besar masalah
(Time, Place, Person)

Mengambil Mengambil 10 specimen serum


penderita dan 5 specimen Urine
Specimen Diagnosa dan jenis virus
Pemberian Vitamin A
• Diberikan sebanyak 2 kapsul (kapsul pertama diberikan
saat penderita ditemukan, kapsul kedua diberikan
keesokan harinya sesuai umur penderita) kepada kasus
maupun bukan kasus campak
• Penderita campak yang berumur < 6 bulan yang
mendapatkan ASI, tidak perlu diberikan vitamin A
• ibu nifas (1- 42 hari setelah melahirkan) perlu diberikan
kapsul vitamin A dosis tinggi melalui program.

  Umur Dosis Segera Dosis hari ke


2
Penderita 0 - 6 bl * 50.000 IU 50.000 IU
  6 - 11 bl 100.000 IU 100.000 IU
  12 - 59 bl 200.000 IU 200.000 IU
Langkah Investigasi
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan penyelidikan Data Rutin (kasus
4. Pelaksanaan Penyelidikan
a. Kunjungan rumah ke dan faktor risiko)
rumah Analisis data KLB
b. Mengumpulkan Informasi
Faktor Risiko Kasus
c. Mengambil spesimen berdasarkan Time,
5. Tatalaksana kasus
Place and Person
6. Pengolahan dan
AR, CFR dan
Analisa data
7. Penulisan Laporan Efikasi Vaksin
8. Pelaporan Populasi rentan
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut
KLB Campak, Puskesmas X, Desa B
Kab. D, 2018
Dosis campak Group of Age
10-14 th

36% 3% 5-9 th
24%
8%
<1 th
5%

'0 Dose

'1-2 Dose 1-4 th


63%

3+ Dose
61%
20

15

10

0
2-8 9-15
16- 23- 30
6-12
13- 20- 27
6-12
13- 20- 27
3-9
10- 17- 24-
1-7 8-14
15- 22- 29
5-11
12- 19- 26
3-9
10- 17- 24- Data as of 26 Jul 2005
22 29 Jan- 19 26 Feb- 19 26 Mar- 16 23 30 21 28 May- 18 25 Jun- 16 23 30J
Jan Jan Feb Mar Apr May May Jun Jul
Jan Jan 5 Feb Feb 5 Mar Mar 2 Apr Apr Apr May May 4 Jun Jun 2 Jul Jul uli

Total AFP 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 2 7 10 12 15 15 14 15 3 0 0 1 0 0
WPV 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 5 8 9 13 10 10 7 1 0 0 0 0
Cases

Person Time
25

Place
1200
1000 20
800
15
600
10
400
200 5

0 0
0-4 '5-14 '15- '45- '64+ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
44 64
Age Group

Perumusan masalah dan rekomendasi

Penyampaian kepada Pimpinan & Program terkait


Map Ds Terjangkit KLB Campak

Daerah KLB
= 150 kasus Cakupan imunisasi >90 % , 3 th
D berturut2

F Ks 40 % usia 5 – 14 th
Cakupan imunisasi <80 % , 2 th
E C A berturut2
C F Posyandu tidak aktif
D Bidan tinggal di desa lain
County
A A
A
B G Ks 60 % usia 0 - 5
38 ks Cakupan imunisasi >90 % , 3 th
12ks County B berturut2
D E County E Posyandu tidak aktif
B 60% balita yg dikunjungi tidak
C imunisasi

Cakupan imunisasi <80 % , 3 th


BC berturut2
Posyandu tidak aktif
Bidan tidak ada
Cakupan imunisasi campak rendah

Cakupan imunisasi campak tinggi


REKOMENDASI
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
rekomendasi :
• Jangan merekomendasikan sesuatu yang tidak
kita bahas
• Jangan merekomendasikan sesuatu yang tidak
mungkin dapat dikerjakan
• Buat rekomendasi yang spesifik (SMART)
• Spesifik
• Dapat diukur
• Dapat dilaksanakan
• Masuk akal
• Tepat waktu
TEMUAN REKOMENDASI

Cakupan imunisasi >90 % , 3 th berturut2


D

Ks 40 % usia 5 – 14 th
Cakupan imunisasi <80 % , 2 th berturut2
A Posyandu tidak aktif
Bidan tinggal di desa lain

Ks 60 % usia 0 - 5
E Cakupan imunisasi >90 % , 3 th berturut2
Posyandu tidak aktif
60% balita yg dikunjungi tidak imunisasi

Cakupan imunisasi <80 % , 3 th berturut2


BC Posyandu tidak aktif
Bidan tidak ada

Sampaikan kepada Pimpinan dan program terkait


3
INVESTIGASI KLB
DIFTERI/PERTUSIS
PENYAKIT DIFTERI
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier)

Cara penularan Kontak dengan penderita pada masa


inkubasi
Kontak dengan Carrier
Melalui pernafasan (droplet
infection, muntahan, luka (difteri
kulit)- Mencemari tanah sekitarnya.

Masa Inkubasi 2 – 5 hari


Masa penularan  Dari penderita : 2 – 4 minggu (sejak
masa inkubasi)
 Dari Carrier bisa sampai 6 bulan
Penemuan Kasus (1)
Definisi Kasus klinis = Probable (WHO-
2003):
Faringitis, Laringitis atau tonsilitis dan
ditemukannya membran yang melekat dan
mudah berdarah pada faring/laring atau mucosa
hidung.

Definisi Kasus konfirm (WHO-2003)


Kasus klinis yang ditemukan kuman difteria
pada pemeriksaan spesimen
Kasus klinis & ada hub epidemiologi dg kasus
konfirm lab.
Penemuan Kasus (2)
Definisi Kontak:
Serumah atau sepermainan atau kontak dengan
sekret penderita
Definisi Karier:
Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi
klinis
Tatalaksana Kasus (1)
Difteri Laring
Diisolasi
Anti toksin: ADS (test sensitivitas lebih dulu)
Terapi Curative selama 14 hari:
 Eritromysin 40 - 50 mg/kgbb/hr mak 2 g/hr
 Atau PP-G 25rb – 50rb U/kgbb/hr max 1.2 jt dibagi
dalam 2 dosis
Suportif
Difteria kulit
cleansing dan terapi antimikrobial 10 hari
Tatalaksana Kasus
Kasus Klinis/Probable/Lab konfirm
Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium diphtheriae Toksin

Antibiotik
Darah

ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan
syaraf &
Kematian Pusat 
lumpuh
• Gagal ginjal
Pemberian Anti Toksin (ADS)
Kondisi Penyakit Rentang Dosis
Antitoksin (Unit)
Lesi kulit saja 20.000 – 40.000
Penyakit faring/laring 20.000 – 40.000
dalam durasi <48 jam
Lesi nasofaring 40.000 – 60.000
Penyakit yang meluas 80.000 – 100.000
dalam durasi >72 jam
Pembengkakan difus 80.000 – 100.000
pada leher
Tatalaksana Kasus (Suportif)
Tirah rebah 2-3 minggu (lebih lama bila
terjadi miokarditis)
Diet makanan lunak kalori tinggi yang
mudah dicerna
Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hari, tiap 6-
8 jam pada kasus berat selama 14 hari
Satu bulan setelah sembuh, Imunisasi
0,5 mL i.m. : DPT anak <5 thn, DT anak
< 5-7 tahun, Td anak > 7 tahun (tanpa
melihat status imunisasi sebelumnya)
Tatalaksana Kontak & Karier

* ERITROMISIN secepatnya
• dosis : 50 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari
• lama pemberian : 7 – 10 hari
• cara pemberian : sehabis makan
• anak-anak : sirup 250 mg x 4 /hari
• dewasa : 500 mg x /hari
• pantauan : PMO
• side efek : mual dan diare
Tatalaksana Kasus (2)
Kultur ulang dilakukan minimal 2 minggu
setelah terapi terhadap
kasus/kontak/karier, bila masih positif
diberikan terapi ulang selama 10 hr.
Investigasi
KLB Difteri
BATASAN KLB DIFTERI

Mengacu pada kriteria penetapan KLB pada


Permenkes 1501 tahun 2010
 Satu kasus Difteri ditetapkan
sebagai KLB.
Tujuan Investigasi KLB  Menghentikan KLB

KLB
(masalah)

Penyebab?
What?
Who? Stop KLB
Where? - Jangka Pendek
When? Why?
-Jangka Panjang

How?
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan investigasi
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB Cek Data di Pusk (reg &
2. Pelaporan Segera KLB W2) / lapangan:
3. Persiapan investigasi • Kasus sesuai dengan
4. Investigasi lapangan
kriteria klinis suspek
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
difteri:
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB  SMS/Telp/Email dlm
2. Pelaporan Segera KLB 24 jam pertama:
3. Persiapan investigasi 1. Pusk  Kab/Kota
4. Investigasi lapangan
2. Kab/Kota  Prov
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
3. Prov  Pusat
7. Pengolahan dan Analisa data  Tindak lanjuti dg W1
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri • Tentukan tim investigasi dan
siapkan surat Tugas
1. Konfirmasi awal KLB
• Mengumpulkan informasi awal
2. Pelaporan Segera KLB
– Area KLB (dataran
3. Persiapan investigasi rendah/tinggi)
4. Investigasi lapangan – Total Populasi dan populasi
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko rentan di area KLB
6. Tatalaksana kasus – Buat mapping kasus
sementara unt menentukan
7. Pengolahan dan Analisa data
luas investigasi
8. Pelaporan
– Sarana & Prasarana
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut Kesehatan terdekat
– Keamanan
– Cuaca/musim
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan kasus dan
bukan kasus
– Alat ambil spesimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi
ke pihak berwenang (Kec – RT &
Polsek – Binpolda, sekolah,
kantor)
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB • Mendata Usia dan st. imunisasi
2. Pelaporan Segera KLB kasus dan anggota kelg
3. Persiapan investigasi - (Mendata usia dan status
4. Investigasi lapangan imunisasi kasus dan bukan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor kasus)
Risiko - Mencari kasus tambahan 
6. Tatalaksana kasus Pendataan dimulai dari kasus
7. Pengolahan dan Analisa data pertama yang dilaporkan
8. Pelaporan bergerak melingkar smp tidak
9. Umpan Balik dan rencana tindak ditemukan kasus baru lagi yang
lanjut berhubungan secara
epidemiologi
- Kasus dirujuk ke RS
- Ambil sampel apus dibawah
pseudomembran pada kasus &
kontak dengan sebelum
diberikan antibiotik dan minimal
20 kontak
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi

x Kasus

Semua rumah di data:


umur, sakit/tidak, st
imunisasi, riwayat
bepergian dlm 3 minggu
terakhir
Setiap kasus diambil
spesimen swab tenggorok
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi

Kasus

Sekolah

x Kasus
Daftar Populasi yang SAKIT di Area KLB

Umur Status Imunisasi Tgl Nyeri Tgl ambil Riwayat


No Nama Alamat Gejala
Bl/Th D (DPT/DT/Td) tenggorok Spes Bepergian
Daftar Populasi yang TIDAK SAKIT & KONTAK
di Area KLB

Umur Status Tgl Ambil


No Nama Alamat Imunisasi Spes (20 Riwayat
Bl/Th kontak) Bepergian
D (DPT/DT/Td)
Langkah Investigasi KLB Difteri
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB • Cakupan imunisasi DPT 3
3. Persiapan investigasi atau booster DPT/DT/Td
4. Investigasi lapangan sesuai usia (18 bln/ 6th, 7
5. Mengumpulkan Informasi th) di tingkat puskesmas,
Faktor Risiko desa terjangkit dan desa
6. Tatalaksana kasus sekitar beresiko selama 3 -
7. Pengolahan dan Analisa data
5 tahun terakhir.
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak
• Frekuensi pelayanan
lanjut imunisasi masyarakat
setempat
• Ketenagaan, ketersediaan
vaksin, penyimpanan
vaksin dan kontrol suhu
Langkah Investigasi KLB Dfteri
• Rujuk ke puskesmas/RS
1. Konfirmasi awal KLB • Penderita diberikan antibiotik
2. Pelaporan Segera KLB (eritromicin) dosis 40 - 50
3. Persiapan investigasi kg/BB/hari mak 2 gram/hari
4. Investigasi lapangan dibagi dalam 4 dosis diberikan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor selama 14 hr.
Risiko • Penderita diberi ADS dosis
6. Tatalaksana kasus sesuai berat ringan kasus
7. Pengolahan dan Analisa data • Kontak dan karier diberikan
8. Pelaporan antibiotik yang sama sebagai
9. Umpan Balik dan rencana tindak profilaksis selama 10 hari.
lanjut
Langkah Investigasi KLB Difteri Mengetahui letak masalah 
1. Menghitung angka serangan
1. Konfirmasi awal KLB (Attack Rate = AR),
2. Pelaporan Segera KLB berdasarkan:
3. Persiapan investigasi – Gol umur
4. Investigasi lapangan – Area KLB
5. Mengumpulkan Informasi Faktor – St. imunisasi diimun /tidak
Risiko lengkap/ tidak im
6. Tatalaksana kasus 2. Angka kematian = CFR
7. Pengolahan dan Analisa 3. Efikasi vaksin
data
8. Pelaporan Bila EV < 0,95  ada masalah dg
cold chain.
9. Umpan Balik dan rencana tindak
lanjut 4. Periode KLB, buat grafik
berdasarkan tgl rash  Stop
KLB bila 2 x 20 hr tdk ada
kasus baru
5. Populasi rentan dapat
memprediksi besar
KLB/terulang
VE= 1 - % divaksin sakit
% tak divaksin sakit
Analisa Hasil Penyidikan KLB
Status Im Kasus
 Mengetahui gambaran 16
14

Epidemiologi 12
10

Time, Place, Person 8


6
Imun
Tidak
4
2
Kurve Epidemiologi 0
Imun Tidak
5

Kasus
2

0
5 6 7 8 9 10 11

Mg/2013

Lokasi KLB:
Kasus – Gol Umur
RT/RW, Desa, Kec, Kab - Prop
Contoh Hitung AR dan CFR
Gol. Umur
AR
Gol Umur Populasi Jumlah Jumlah
CFR (%)
(tahun) Beresiko Kasus Meninggal (%)

< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00
Total 266 11 2 4,14 18.18

Jumlah kasus campak pada kelompok umur


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk (kelompok umur tersebut)

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak
Hitung AR dan CFR
Wilayah KLB
AR
Populasi Jumlah Jumlah
Wilayah CFR (%)
Beresiko Kasus Meninggal (%)

A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00
Total 266 19 1 7.14 5.26

Jumlah kasus campak pada Wilayah A


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk di Wilayah A

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak
Hitung Efikasi Vaksin
Imunisasi Tdk Imunisasi Attack Rate
Efikasi
Golongan Tdk Tdk Vaksin
Umur Sakit Tdk Sakit Sakit Sakit Imunisasi Imunisasi
< 1 Th 5 20 0 1 20.00 0.00 #DIV/0!
1-4 Th 0 143 2 5 0.00 28.57 100
5-14 Th 2 120 10 0 1.64 100.00 98.36

Total 7 283 12 6 2.41 66.67 96.38

Dengan cara yang sama hitunglah Efikasi vaksin


berdasarkan wilayah KLB dan hubungkan dengan
faktor resiko rantai dingin vaksin.
Cara Menghitung Populasi Rentan
Jumlah Populasi Balita
Tahun Sasaran Cakupan
Imunisai Rentan
A B
2010 218 91 % 198 50
2011 253 50 % 127 145
2012 253 54 % 136 137
2013 361 91 % 327 83
Jumlah 1085   788 415

Populasi rentan = (A – B) + (15% x B)


Kurva Epidemiologi KLB Difteri

35

30
31

25
24
(# o f C a s e)

20 20 21

15 15
12
10 10 10
7 7
5
2 3
0
1 1 0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

N=164 cases Week

KLB dinyatakan berhenti bila selama 2 x masa


inkubasi terpanjang (20 hr) tidak ditemukan kasus
baru.
Langkah Investigasi KLB Difteri
• Latar Belakang
1. Konfirmasi awal KLB • Metodologi
2. Pelaporan Segera KLB • Analisa kasus pertusis :
3. Persiapan investigasi – Distribusi kasus menurut waktu
4. Investigasi lapangan (Time), Tempat (Place) dan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor orang (person).
Risiko – Kurva epidemi kasus, Mapping
kasus, Grafik kasus menurut
6. Tatalaksana kasus
kelompok umur dan status
7. Pengolahan dan Analisa data imunisasi
8. Pelaporan – Attack rate menurut kelompok
9. Umpan Balik dan rencana tindak umur
lanjut – Menghitung vaksin efikasi bila
memungkinkan
• Analisa pelaksanaan program
imunisasi (Manajemen, logistik,
cakupan)
• Upaya yang sudah dilakukan
• Outbreak response bila ada
• Kesimpulan dan rekomendasi
Upaya yang dilakukan
1. Outbreak response Imunisasi:
 Umur 2 bulan s.d 3 tahun diberikan vaksin
DPT-HB-Hib,
 Umur > 3 tahun s.d 7 tahun diberikan vaksin
DT
 Umur > 7 tahun diberikan vaksin Td
 Cakupan ≥ 90 % imunisasi Selektif
 Cakupan < 90 % imunisasi massal sampai usia
tertinggi
2. Perbaikan Menejemen Cold chain
3. Perbaikan Gizi (PMT)
4. KIE kepada Para pengambil kebijakan
dan masyarakat
Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:
1. Telah terjadi KLB di ….. pada periode ….. dengan jumlah kasus…..
2. Angka serangan tertinggi pada wilayah….dan gol. Umur…..
3. Faktor resiko terjadinya KLB kemungkinan berhubungan
dengan…..(sesuai hasil analisa faktor resiko:
 Cakupan imunisasi rendah  populasi rentan tinggi
 Jangkauan pelayanan rendah
 Penerimaan masyarakat rendah
 Menejemen Cold Chain  Efikasi vaksin rendah
4. Kegiatan penanggulanan yang telah dilakukan:
 Imunisasi selektif atau massal
 Perbaikan menejemen rantai dingin vaksin
 Penyuluhan masyarakat ttg pentingnya imunisasi dan
kesehatan pada umumnya
 Advokasi kepada Para pengambil kebijakan
Kesimpulan dan Rekomendasi

Rekomendasi:
• Untuk penanggulangan yang belum dapat
dilakukan dan membutuhkan sumber daya lebih
besar/luas.
Langkah Investigasi KLB Difteri
• Umpan Balik disampaikan
1. Konfirmasi awal KLB kepada program terkait
2. Pelaporan Segera KLB secara langsung maupun
3. Persiapan investigasi
tidak: Imunisasi, KIA/Gizi,
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
dan Kesling
Risiko • Tindak lanjut sebagai
6. Tatalaksana kasus upaya penanggulangan
7. Pengolahan dan Analisa data
yang melibatkan linpro
8. Pelaporan
dan linsek jangka panjang
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut agar tidak terulang
– Meningkatkan
pemahaman masy ttg
imunisasi dan kesehatan
– Perbaikan sarana tempat
tinggal
– Sebagai masukkan Renc
Tahunan
DIFTERIA FARING – LARING
Tatalaksana bedah:
tracheostomi untuk mengatasi sumbatan
DIFTERIA KULIT & MUKOSA

Tumpukan
nanah dan
membran
pada dasar
tukak
DIFTERIA MATA,
SECRET SEROSANGUINEUS
DIFTERIA KULIT
KEBIJAKAN SURVEILANS DIFTERI
 Setiap satu kasus suspek dinyatakan sebagai KLB dan dilaporkan 1 x 24 jam
 Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam 2 x 24 jam:
 Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk
mencegah kematian (ADS) dan penularan (Antibiotika) sesuai dengan protokol pengobatan
difteri;
 Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m ;
 Menelusuri kontak erat;
 Tatalaksana kontak erat (contact tracing)  Memutus penularan melalui pemberian obat
profilaksis kpd kontak erat;
 Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.

 Setiap suspek difteri diambil spesimen dan dilakukan pemeriksaan laboratorium kultur
 Suspek difteri dengan hasil kultur positif dilanjutkan dengan pemeriksaan toksigenisitas
menggunakan ELEK test.
 Edukasi Masyarakat
 Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal 90%
PERTUSSIS
(WHOOPING COUGH)
03/11/2020
Penyakit Pertusis
Penyebab bakteri  Manusia satu2nya host
Bordetella pertussis.
Gejala dan Tanda:  Penularan:
Infeksi pada tenggorok  Percikan ludah/batuk
Mulai seperti pilek  Periode menular mulai pd
Rasa lelah,
stadium kataral smp 3 mg
kemudian.
Kadang demam tinggi  Masa inkubasi: 7 – 10 hr
Batuk diikuti dengan (20 hr)
tarikan napas dalam
(“whoop”), diakhiri dg  Pencegahan:
muntah  Imunisasi dasar DPT (2/4/6 bl)
Dapat terjadi “gagal  Booster DPT 18 bl, 6 th, 16 th
napas” pada anak Progam Im nasional booster 6
dan 16 th tanpa (P)
kecil/bayi.
GAMBARAN KLINIS
Infeksi berlangsung selama 6
minggu, dan berkembang melalui 3
tahapan:
Tahap kataral (7-10 hari setelah
terinfeksi): flu ringan; bersin-
bersin, mata berair, nafsu makan
berkurang, lesu, batuk (awalnya
hanya malam hari kemudian
sepanjang hari).
 Sangat menular!
GAMBARAN KLINIS, Con’t

Tahap paroksismal (10-14


hari setelah gejala awal).
Batuk 5- 15 kali diikuti dengan
menghirup nafas dalam
dengan nada tinggi. Pada bayi
bisa terjadi apneu (henti
nafas)

Tahap konvalesen (4-6


minggu setelah gejala awal).
Batuk semakin berkurang,
muntah juga berkurang, anak
tampak merasa lebih baik.
Definisi Pertusis (Batuk
Rejan)
Tersangka Pertusis:
Batuk minimal 2 minggu:
batuk terus menerus tanpa
jeda dan diakhiri dg napas
dalam atau muntah
(whooping cough).

Pertusis pasti:
Ditemukan kuman
Bordetella pertussis pada
pemeriksaan isolasi atau
PCR swab nasofaring
Kontak kasus adalah orang serumah,
tetangga, teman bermain, teman sekolah,
termasuk guru, teman kerja yang kontak
dengan kasus dalam periode 20 hari (3
mg) dari mulai timbul gejala (stadium
kataral)
Suspek Pertusis
Data Rutin yg Diperlukan (1)
 No Epid  Tgl ambil Swab
 Nama & Jenis Kel Nasofaring dan test
 Usia (Th, bln): Tgl Lahir darah:
 Alamat:  Hasil Lab: (+)/(-)
Desa/Kec/Kab/Prov  Hasil Akhir:
 Nama Orang Tua Hidup/Meninggal yg
 Pusk berhub dg difteria.
 Tgl Demam  Klasifikasi: Pertusis
 Tgl Batuk – Whooping Probable, Pertusis
 Imunisasi Pertusis – pasti
(DPT) sebelum sakit
 Jumlah dosis
 Tgl/Th terakhir
diimunisasi
Investigasi
KLB Pertusis
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan investigasi
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB Cek Data di Pusk (reg &
2. Pelaporan Segera KLB W2) / lapangan:
3. Persiapan investigasi • Kasus sesuai dengan
4. Investigasi lapangan
kriteria klinis suspek
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
pertusis: st. kataral &
7. Pengolahan dan Analisa data Paroksismal
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB  SMS/Telp/Email dlm
2. Pelaporan Segera KLB 24 jam pertama:
3. Persiapan investigasi 1. Pusk  Kab/Kota
4. Investigasi lapangan
2. Kab/Kota  Prov
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
3. Prov  Pusat
7. Pengolahan dan Analisa data  Tindak lanjuti dg W1
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut
Langkah Investigasi KLB
Pertusis • Tentukan tim investigasi dan
siapkan surat Tugas
1. Konfirmasi awal KLB
• Mengumpulkan informasi awal
2. Pelaporan Segera KLB
– Area KLB (dataran
3. Persiapan investigasi rendah/tinggi)
4. Investigasi lapangan – Total Populasi dan populasi
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko rentan di area KLB
6. Tatalaksana kasus – Buat mapping kasus
sementara unt menentukan
7. Pengolahan dan Analisa data
luas investigasi
8. Pelaporan
– Sarana & Prasarana
9. Umpan Balik dan rencana tindak lanjut Kesehatan terdekat
– Keamanan
– Cuaca/musim
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan kasus dan
bukan kasus
– Alat ambil spesimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi
ke pihak berwenang (Kec – RT &
Polsek – Binpolda, sekolah,
kantor)
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB • Mendata Usia dan st. imunisasi
2. Pelaporan Segera KLB kasus dan anggota kelg
3. Persiapan investigasi - (Mendata usia dan status
4. Investigasi lapangan imunisasi kasus dan bukan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor kasus)
Risiko - Mencari kasus tambahan 
6. Tatalaksana kasus Pendataan dimulai dari kasus
7. Pengolahan dan Analisa data pertama yang dilaporkan
8. Pelaporan bergerak melingkar smp tidak
9. Umpan Balik dan rencana tindak ditemukan kasus baru lagi yang
lanjut berhubungan secara
epidemiologi
- Kasus dirujuk ke RS
- Ambil sampel apus nasofaring
pada kasus & kontak dengan
sebelum diberikan antibiotik dan
minimal 20 kontak
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi

x Kasus

Semua rumah di data:


umur, sakit/tidak, st
imunisasi, riwayat
bepergian dlm 3 minggu
terakhir
Setiap kasus diambil
spesimen swab tenggorok
Area KLB: area/lokasi kasus yg berhub secara epidemiologi

Kasus

Sekolah

x Kasus
Daftar Populasi yang SAKIT di Area KLB

Status
Umur Tgl st. Tgl st. Tgl ambil Riwayat
No Nama Alamat Imunisasi Gejala
Bl/Th kataral Paroksismal Spes Bepergian
P (DPT)
Daftar Populasi yang TIDAK SAKIT & KONTAK
di Area KLB

Umur Status Tgl Ambil


No Nama Alamat Imunisasi Spes (20 Riwayat
Bl/Th kontak) Bepergian
P (DPT)
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB • Cakupan imunisasi DPT 3
3. Persiapan investigasi atau booster sesuai usia
4. Investigasi lapangan (18 bln) di tingkat
5. Mengumpulkan Informasi puskesmas, desa
Faktor Risiko terjangkit dan desa sekitar
6. Tatalaksana kasus beresiko selama 3 - 5
7. Pengolahan dan Analisa data
tahun terakhir.
8. Pelaporan
9. Umpan Balik dan rencana tindak
• Frekuensi pelayanan
lanjut imunisasi masyarakat
setempat
• Ketenagaan, ketersediaan
vaksin, penyimpanan
vaksin dan kontrol suhu
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
• Rujuk ke puskesmas/RS
1. Konfirmasi awal KLB • Isolasi kasus dari lingkungan
2. Pelaporan Segera KLB anak-anak kecil dan bayi
3. Persiapan investigasi disekitarnya, khususnya dari
4. Investigasi lapangan bayi yang belum diimunisasi,
5. Mengumpulkan Informasi Faktor sampai dengan penderita
Risiko diberi paling sedikit 5 hari dari
6. Tatalaksana kasus 14 hari dosis antibiotika yang
7. Pengolahan dan Analisa data harus diberikan.
8. Pelaporan • Kasus tersangka yang tidak
9. Umpan Balik dan rencana tindak mendapatkan antibiotika harus
lanjut diisolasi paling sedikit selama 3
minggu.
• Penderita diberikan antibiotik
(eritromicin) dosis 40 - 50
kg/BB/hari mak 2 gram/hari
dibagi dalam 4 dosis diberikan
selama 14 hr.
• Kontak diberikan antibiotik
yang sama sebagai profilaksis
selama 14 hari.
Langkah Investigasi KLB
Pertusis Mengetahui letak masalah 
1. Menghitung angka serangan
1. Konfirmasi awal KLB (Attack Rate = AR),
2. Pelaporan Segera KLB berdasarkan:
3. Persiapan investigasi – Gol umur
4. Investigasi lapangan – Area KLB
5. Mengumpulkan Informasi Faktor – St. imunisasi diimun /tidak
Risiko lengkap/ tidak im
6. Tatalaksana kasus 2. Angka kematian = CFR
7. Pengolahan dan Analisa 3. Efikasi vaksin
data
8. Pelaporan Bila EV < 0,95  ada masalah dg
cold chain.
9. Umpan Balik dan rencana tindak
lanjut 4. Periode KLB, buat grafik
berdasarkan tgl rash  Stop
KLB bila 2 x 20 hr tdk ada
kasus baru
5. Populasi rentan dapat
memprediksi besar
KLB/terulang
VE= 1 - % divaksin sakit
% tak divaksin sakit
Contoh Hitung AR dan CFR
Gol. Umur
AR
Gol Umur Populasi Jumlah Jumlah
CFR (%)
(tahun) Beresiko Kasus Meninggal (%)

< 1 Th 25 1 0 4 0
1-4 Th 98 7 1 7,14 14.29
5 - 9 Th 143 3 0 2,09 0.00
Total 266 11 2 4,14 18.18

Jumlah kasus campak pada kelompok umur


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk (kelompok umur tersebut)

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak
Hitung AR dan CFR
Wilayah KLB
AR
Populasi Jumlah Jumlah
Wilayah CFR (%)
Beresiko Kasus Meninggal (%)

A 68 4 0 5.88 0.00
B 78 7 1 8.97 14.29
C 120 8 0 6.67 0.00
Total 266 19 1 7.14 5.26

Jumlah kasus campak pada Wilayah A


Attack Rate = X 100%
Jumlah populasi at risk di Wilayah A

Jumlah kasus campak meninggal


CFR = X 100%
Jumlah kasus campak
Hitung Efikasi Vaksin
Imunisasi Tdk Imunisasi Attack Rate
Efikasi
Golongan Tdk Tdk Vaksin
Umur Sakit Tdk Sakit Sakit Sakit Imunisasi Imunisasi
< 1 Th 5 20 0 1 20.00 0.00 #DIV/0!
1-4 Th 0 143 2 5 0.00 28.57 100
5-14 Th 2 120 10 0 1.64 100.00 98.36

Total 7 283 12 6 2.41 66.67 96.38

Dengan cara yang sama hitunglah Efikasi vaksin


berdasarkan wilayah KLB dan hubungkan dengan
faktor resiko rantai dingin vaksin.
Cara Menghitung Populasi Rentan
Jumlah Populasi Balita
Tahun Sasaran Cakupan
Imunisai Rentan
A B
2010 218 91 % 198 50
2011 253 50 % 127 145
2012 253 54 % 136 137
2013 361 91 % 327 83
Jumlah 1085   788 415

Populasi rentan = (A – B) + (15% x B)


Kurva Epidemiologi KLB Pertusis

Minggu

KLB dinyatakan berhenti bila selama 2 x masa


inkubasi terpanjang (20 hr) tidak ditemukan kasus
baru.
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
• Latar Belakang
1. Konfirmasi awal KLB • Metodologi
2. Pelaporan Segera KLB • Analisa kasus pertusis :
3. Persiapan investigasi – Distribusi kasus menurut waktu
4. Investigasi lapangan (Time), Tempat (Place) dan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor orang (person).
Risiko – Kurva epidemi kasus, Mapping
kasus, Grafik kasus menurut
6. Tatalaksana kasus
kelompok umur dan status
7. Pengolahan dan Analisa data imunisasi
8. Pelaporan – Attack rate menurut kelompok
9. Umpan Balik dan rencana tindak umur
lanjut – Menghitung vaksin efikasi bila
memungkinkan
• Analisa pelaksanaan program
imunisasi (Manajemen, logistik,
cakupan)
• Upaya yang sudah dilakukan
• Outbreak response bila ada
• Kesimpulan dan rekomendasi
Upaya yang dilakukan
1. Outbreak response Imunisasi:
 Umur 2 bulan s.d 3 tahun diberikan vaksin
DPT-HB-Hib,
 Umur > 3 tahun s.d 7 tahun diberikan vaksin
DTaP (namun saat ini belum tersedia dalam
program imunisasi Indonesia)
 Umur > 7 tahun diberikan vaksin TdaP
(namun saat ini belum tersedia dalam
program imunisasi Indonesia)
 Cakupan ≥ 90 % imunisasi Selektif
 Cakupan < 90 % imunisasi massal sampai usia
tertinggi
2. Perbaikan Menejemen Cold chain
3. Perbaikan Gizi (PMT)
4. KIE kepada Para pengambil kebijakan
dan masyarakat
Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:
1. Telah terjadi KLB di ….. pada periode ….. dengan jumlah kasus…..
2. Angka serangan tertinggi pada wilayah….dan gol. Umur…..
3. Faktor resiko terjadinya KLB kemungkinan berhubungan
dengan…..(sesuai hasil analisa faktor resiko:
 Cakupan imunisasi rendah  populasi rentan tinggi
 Jangkauan pelayanan rendah
 Penerimaan masyarakat rendah
 Menejemen Cold Chain  Efikasi vaksin rendah
4. Kegiatan penanggulanan yang telah dilakukan:
 Imunisasi selektif atau massal
 Perbaikan menejemen rantai dingin vaksin
 Penyuluhan masyarakat ttg pentingnya imunisasi dan
kesehatan pada umumnya
 Advokasi kepada Para pengambil kebijakan
Kesimpulan dan Rekomendasi

Rekomendasi:
• Untuk penanggulangan yang belum dapat
dilakukan dan membutuhkan sumber daya lebih
besar/luas.
Langkah Investigasi KLB
Pertusis
• Umpan Balik disampaikan
1. Konfirmasi awal KLB kepada program terkait
2. Pelaporan Segera KLB secara langsung maupun
3. Persiapan investigasi
tidak: Imunisasi, KIA/Gizi,
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor
dan Kesling
Risiko • Tindak lanjut sebagai
6. Tatalaksana kasus upaya penanggulangan
7. Pengolahan dan Analisa data
yang melibatkan linpro
8. Pelaporan
dan linsek jangka panjang
9. Umpan Balik dan rencana
tindak lanjut agar tidak terulang
– Meningkatkan
pemahaman masy ttg
imunisasi dan kesehatan
– Perbaikan sarana tempat
tinggal
– Sebagai masukkan Renc
Tahunan
Kebijakan & Strategi Surveilans Pertusis

 Penemuan kasus : RS dan Puskesmas dan fasyankes


lainnya
 1 kasus Pertusis  KLB, dilakukan penyelidikan dalam
waktu 1x 24 jam
 Manajemen kasus dan kontak erat : AB (eritromisin),
isolasi (imun neg/tdk lengkp)
 Pengambilan dan pengiriman spesimen ke
laboratorium terhadap kasus dan kontak
 Melakukan kajian faktor risiko untuk penanggulangan
dalam menghentikan penularan  analisa dan
rekomendasi
 Penanggulangan : imunisasi masal/selektif
 Pencatatan dan pelaporan pd form W1 dan list kasus
pertusis serta form PD3I terintegrasi
4
INVESTIGASI KASUS
TETANUS
NEONATORUM
Target Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal
Mempertahankan status
Eliminasi Maternal dan
Neonatal (MNTE)
• Cakupan imunisasi rutin
yang tinggi dan merata
• Imunisasi Td pada WUS
(status imunisasi T5,
perlindungan seumur hidup)
• Persalinan yang bersih dan
oleh tenaga kesehatan
• Kinerja Surveilans Tetanus
DEFINISI :

Kasus Pasti/Konfirm Tetanus Neonatorum :

bayi lahir hidup dapat menangis dan menetek


selama 2 hari pertama, kemudian mulut mencucu
(trismus) sehingga sulit menetek disertai kejang
rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3-28 hari.

Kasus TN yang didiagnosa oleh dokter atau


petugas kesehatan terlatih

Kasus tersangka/suspek tetanus


neonatorum :
-Kematian neonatus umur 3 – 28 hari yang tidak
diketahui penyebabnya
-
Kebijakan dalam Eliminasi Tetanus Neonatal

 Status ETN ditetapkan di Kab/Kota


 < 1 /1000 KH
 Satu kasus/kematian TN = KLB 
penyelidikan epidemiologi ke
lapangan dalam 24 jam pertama
 Temukan semua kasus/kematian
bayi di masyarakat
 Surveilans zero report

Strategi
Surveilans • Penemuan
Operasional kasus
ETN • Investigasi
• Rekomendasi
Tetanus
o Ditandai dengan
 Sifat kejang: Umum,
Trismus (sulit netek),
Opisthotonus dan
sensitif terhadap
rangsangan (cahaya,
suara)

 Kaku otot yang nyeri


& tingkat kematian yg
tinggi
Tetanus
o Tetanus neonatorum (TN):
tetanus antara hari ke 3 dan 28
setelah lahir

o Tetanus maternal (TM):


tetanus pada kehamilan dan
dalam 6 minggu setelah
melahirkan
Vaksin Tetanus Toxoid (TT)
Tidak ada kekebalan alami terhadap tetanus –
hanya dari vaksin

TN dan TM dapat dicegah dengan


vaksinasi ibu dan calon ibu

Kekebalan yang diperoleh:


o Diperlukan 2 dosis untuk pencegahan jangka
pendek
o Diperlukan >3 dosis untuk pencegahan yg lebih
panjang (>5 tahun)
o Diperlukan 5 dosis untuk pencegahan seumur hidup
wanita subur
FAKTOR RESIKO TN

1. Ibu Bayi Tidak pernah mendapat im. TT


2. Pertolongan Persalinan tidak steril (3 B = Alat,
Alas, Tangan)
3. Perawatan tali Pusat tidak steril
Eliminasi Tetanus
Neonatorum
Indikator : 1/1000 kelahiran hidup, dengan
kelengkapan laporan nihil dari RS
dan puskesmas = 90 %.

Melalui Strategi integrasi 3 Program:


KIA
Imunisasi
Surveilens TN
Tugas Program

1. Program KIA
 Meningkatkan cakupan ANC, KN
(Kunjungan Neonatal)
 Penanganan/penyuluhan penolong
persalinan (tindaklanjut penolong
kasus)
2. Program Imunisasi
 Meningkatkan cakupan imunisasi Toxoid
Life Long Card (kartu seumur hidup)

Status TT Interval Lama Perlindungan

TT1
TT2 4 mgg setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup
3. Program Surveilans
 Melacak setiap kasus untuk mengetahui faktor
risiko
 Melakukan umpanbalik ke Prog.terkait & T.Lanjut
 Melaksanakan SKD Imunisasi TT/map
 Map : K1, K4, KN1 & 2, Dukun
 Mengolah & analisa data kasus TN serta
Rekomendasi
VARIABEL
FORM INVESTIGASI Kasus TN
1. Tgl. Dilaporkan kasus dan Tgl investigasi
2. Identifikasi kasus: No. Epid, Tgl lahir, nama,
jenis kel, alamat
3. Riwayat Ibu: Jumlah anak yang lahir hidup, lahir
mati, status TT, ANC.
4. Persalinan: dimana, ditolong oleh siapa,
perawatan tali pusat,
5. Riwayat klinis: Tgl mulai sakit, mencucu (sucking),
kejang (stiffness) outcome, treatment, klasifikasi
final.
6. Tindakan: imunisasi ibu, SIAs ke ibu lainnya,
pencarian kasus aktif.
Negara Anggota Regional SEAR : Indonesia, Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Timur
Leste, India, DPR Korea, Bangladesh, Nepal, Maldives dan Bhutan.
Without high quality surveillance, the billion
dollar program effort is flying blind’.

Surveillans sebagai sarana mengevaluasi pelaksanaan PROGRAM


pencegahan & pengendalian suatu PENYAKIT & Masalah Kesehatan
Gambaran Penemuan kasus Klinis Campak dan Hasil Pemeriksaan Spesimen Campak
Di Prov. Sumsel, 2017-2018
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

CBMS KLINIS
Hasil CBMS, 2017
1%

26% 26%
Campak
Rubella
Negatif
Equivocal

47%
Trend Kasus Klinis Campak di Provinsi
Sumatera Selatan, 2018
80
70
60
50
40
30 Kampanye MR
20
10
0
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

Klinis Campak

Frekuensi KLB Campak & Rubella di Provinsi


Sumatera Selatan, 2017-2018
25

20

15

10

0
Yang Dilaporkan KLB Campak KLB Rubella Negatif Mix Pending
Distribusi Kasus Difteri di Prov. Sumatera
Selatan, 2017-2018

10
Trend Mingguan Kasus Difteri Tahun 2018
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Jumlah Kasus
Gambaran Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur & Status Imunisasi di Prov.
Sumsel , 2018

17% 17%
1; 6%

17%
9; 53% 7; 41% Tidak
Imunisasi
1 kali
2 kali
3 kali
50% 4 kali
Unknow
< 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 Th > 15 Th

Tidak Imunisasi 1x 2x 3x 4x >4 x Unknow

27%

73%
N : 11 kasus
Penemuan Kasus Tetanus Neonatorum
Di Provinsi Sumatera Selatan, 2018
5

2 Kasus TN
Kematian

0
I t LI l
ng U im sin ul
ih
ub
a
OK ha UR
A am au Ilir ur an an
g
ar
a se
ba OK .En ua m M La .Al gg an im l at w PA at m
lem
y u M P in
Og
T Se a r Su
M
Ba
n ab L.L U E.L u
Pa Pr OK O K U M

pada tahun 2018 terdapat 4 kasus dengan 1 kematian (CFR : 25%). Dari
total kasus yang tercatat, faktor resiko masih pada penolong persalinan
dan perawatan tali pusat karena 75% penolong persalinan adalah dukun,
75% pemotongan tali pusat menggunakan bambu/sembilu serta 100
perawatan tali pusat dengan ramuan (kunyit dan garam).
Penemuan Kasus Pertusis di Provinsi Sumatera
Selatan, 2017-2018

Terdapat 11 kasus yang terlaporkan kasus Pertusis pada tahun 2018


terdapat 5 kasus dengan konfimasi mengalami penurunan yang cukup besar
namun yang dikhawatirkan surveilans
laboratorium positif Bordetella Pertussis (
yang kurang sensitif menangkap kasus
45,5%) dan terdapat 32 kontak dengan dimasyarakat terutama kasus yang
hasil laboratorium positif Bordetella usianya < 4 tahun
Pertussis.

Anda mungkin juga menyukai