Anda di halaman 1dari 6

Silogisme Kategorial

Keterangan :
PM = Premis mayor, menyatakan bahwa semua golongan tertentu (semua A) memiliki sifat
atau hal tertentu (B).
Pm= Premis minor, menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah anggota golongan
tertentu.
K= Kesimpulan, menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang itu (C ) memiliki sifat atau hal
tersebut pada (B).
Contoh 1 Contoh 2:
PM : Semua binatang bersayap bisa terbang Semua atlet harus giat berlatih. (premis
mayor)
A B
Yandri adalah seorang atlet. (premis minor)
Pm : Kupu-kupu binatang bersayap Yandri harus giat berlatih. (simpulan)
C A Keterangan: Term mayor= Yandri
Term minor= harus giat berlatih
K = Kupu-kupu pasti bisa terbang Term penengah= atlet
C B
 b) Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri dari atas premis mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis. Kalau premisminornya membenarkan anteseden, kesimpulannya
membenarkan konsekuen. Sebaliknya kalau premis minornya menolak anteseden,
kesimpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh:
1) PM : Jika Anda giat belajar, Anda akan lulus dalam ujian.
Pm : Anda giat belajar.
K : Jadi, Anda akan lulus dalam ujian akhir.
2) PM : Jika Anda giat belajar, Anda akan lulus dalam ujian.
Pm : Anda tidak giat belajar.
A : Anda tidak akan lulus dalam ujian akhir
 c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri dari premis mayor berupa proposisi
alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternative, simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh
PM : Dia adalah seorang dosen atau mahasiswa
Pm : Dia seorang dosen.
K : Dia bukan mahasiswa.
Atau lika premis minornya tidak membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya
tidak akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
PM : Dia adalah seorang dosen atau mahasiswa
Pm : Dia bukan seorang dosen
K : Dia adalah seorang mahasiswa
d. Entimem
Dalam kehidupan sehari-hari orang ingi serba praktis, tidak kaku, dan ingin serba ringkas. Oleh karena itu,
silogisme dipersingkat atau diperpendek.Cara silogisme yang dipersingkat atau diperpendek ini disebut entimem.
Didalam entimem, kita langsung menyebutkan simpulan dan alasannya saja tanpa mengemukakan premis-premis
sebelumnya.
Contoh:
Silogisme
PM : Siswa yang baik tidak mau mengutip pekerjaan temannya.
Pm : Kirana siswa yang baik.
K : Kirana tidak mau mengutip pekerjaan temannya.
Entimem
Kirana tidak mau mengutip pckerjaan temannya karena siswa yang baik. Sebuah entimem dapat diubah menjadi
silogisme seperti contoh di bawah ini.
Contoh:
Entimem
Lila harus bekerja keras dan rajin berdoa karena ia ingin hidup sukses.
Silogisme
PM : Semua orang yang ingin hidup sukses, harus bekerja keras dan rajin berdoa.
Pm : Lila ingin hidup sukses.
K : Lila harus bekerja keras dan rajin berdoa.
 2. Pola Induktif
 a Pengertian Pola Induktif
Sebaliknya dari pola deduktif, pola induktif adalah pola berpikir dengan pengambilan simpulan
dari kasus yang bersifat khusus menjadi simpulan khusus menuju kepada yang umum.
Contoh : Seorang guru mengadakan eksperimen bersama siswanya tentang pemuaian pada logam.
Besi memuai setelah dipanaskan. Nikel memuai setelah dipanaskan. Tembaga memuai setelah
dipanaskan. Kuningan memuai setelah dipanaskan. Baja juga memuai setelah dipanaskan.
Simpulannya adalah “semua logam bila dipanaskan akan memuai”
b. Jenis Induktif
Penalaran induktif dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus yangkemudian dilanjutkan
dengan menyebutkan pernyataan umum.
1) Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang menggunakan bebera pernyataan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai
Jika dipanaskan, emas memuai
Jika dipanaskan, tembaga memuai
Jadi, jika dipanaskan, semua logam akan memuai
 2) Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama.
Berdasarkan persamaan persamaan itulah kita menarik sebuah kesimpulan.
Contoh:
Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk pribadinya
sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih dapat diisi dengan berbagai hal sesuai
dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik maka akan seperti kertas yang terisi
dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk
kepribadian baik seseorang anak ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.
3)Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah cara penalaran vang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki
pola hubungan sebab-akibat.
Misalnya: Jika hujan-hujanan, maka akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit
kepala.
a) Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan
sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B.

Anda mungkin juga menyukai