Anda di halaman 1dari 62

PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI

(Pendekatan Filosofis – Ideologis dan

Konstitusional)

)*  

)*
 Pendidikan Pancasila dalam NKRI, terutama meliputi
PKn bagi pendidikan dasar dan menengah; dan
Pendidikan Pancasila bagi PT. Semuanya bertujuan
membina kesadaran dan kebanggaan nasional SDM
warga negara, sebagai subyek penegak budaya dan
moral politik NKRI sekaligus sebagai bhayangkari
integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila.

Berdasarkan asas normatif filosofis-ideologis dan


konstitusional sebagai diamanatkan dalam UUD
Proklamasi seutuhnya, dan demi integritas wawasan
nasional dan SDM Indonesia yang adil dan beradab
(bermartabat) maka ditetapkanlah program Pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi.
 
 INTEGRITAS NILAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI
PANCASILA
Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai
nilai-nilai budaya dan moral Pancasila sebagai
diakui dalam amanat Bung Karno dalam Pidato di
PBB September 1960: “.....berbicara tentang nilai
dasar negara Pancasila, sesungguhnya kita
berbicara tentang nilai-nilai warisan budaya dan
filsafat hidup bangsa Indonesia sepanjang 2000
tahun berselang....”.
1. Sistem Nasional (cermati skema 2)
2. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya Indonesia: asas
dan moral politik NKRI.
3. deologi Negara, ideologi nasional.
Nilai Dasar 4. Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD 45): asas
Filsafat kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45; Grundnorm, basic norm,
Pancasila sumber dari segala sumber hukum.
5. Jiwa dan kepribadian bangsa; jatidiri nasional (Volkgeist)
Indonesia.
6. Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).
7. Warisan sosio-budaya bangsa.
Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis
dan konstitusional demikian, integritas nasional
dan NKRI juga akan memprihatinkan. Karena,
berbagai jabaran di dalam amandemen UUD
45 belum sesuai dengan amanat filosofis-
ideologis filsafat Pancasila secara intrinsik.
Terbukti, berbagai penyimpangan dalam
tatanan dan praktek pengelolaan negara cukup
memprihatinkan, terutama dalam fenomena
praktek: demokrasi liberal dan ekonomi liberal.
 Demi cita-cita nasional yang diamanatkan para
pahlawan dan pejuang nasional, khususnya the
founding fathers dan PPKI maka semua komponen
bangsa sekarang ---10 tahun reformasi---
berkewajiban untuk merenung (refleksi) dan
mawas diri untuk melaksanakan evaluasi dan
audit nasional apakah kita sudah sungguh-
sungguh menegakkan integritas NKRI berdasarkan
Pancasila – UUD 45 sebagai sistem kenegaraan
Pancasila dan sistem ideologi nasional.
 Kita semua bukan hanya melaksanakan visi-misi
reformasi; melainkan secara moral nasional kita
juga berkewajiban menunaikan amanat dan visi-
misi Proklamasi, sebagaimana terkandung
seutuhnya dalam UUD Proklamasi
 Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila –
UUD Proklamasi
 Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis
dan kritis atas UUD 45 (amandemen) dan
dampaknya dalam hukum ketatanegaraan RI,
dapat diuraikan landasan pemikiran berikut:
 1. Baik menurut teori umum hukum
ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans
Kelsen dan Notonagoro diakui kedudukan dan
fungsi kaidah negara yang fundamental yang
bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi,
sumber dari segala sumber hukum dalam negara.
Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh
siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini
ditetapkan hanya sekali oleh pendiri negara
Dengan mengakui kedudukan dan fungsi
kaidah negara yang fundamental, dan bagi
negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca:
NKRI) ialah berwujud: Pembukaan UUD
Proklamasi 1945. Maknanya, PPKI sebagai
pendiri negara mengakui dan
mengamanatkan bahwa atas nama bangsa
Indonesia kita menegakkan sistem
kenegaraan Pancasila – UUD 45. Asas
demikian terpancar dalam nilai-niai
fundamental yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 45 sebagai kaidah filosofis-
ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya
dengan jalan apapun, oleh lembaga apapun
tidak dapat diubah. Karena Pembukaan
ditetapkan hanya 1 X oleh pendiri negara (the
founding fathers, PPKI)
 Pokokpikiran yang keempat yang terkandung
dalam "pembukaan" ialah negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus


mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur.
 Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam
pasal-pasalnya.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana
kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan
cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai
hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis
(Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang
tidak tertulis.
 Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-
pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya."
Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi
sebagai perwujudan dasar negara Pancasila;
karenanya memiliki legalitas supremasi dan
integritas filosofis-ideologis secara konstitusional
(terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD
45).

 Sistem kenegaraan RI secara formal adalah


kelembagaan nasional yang bertujuan menegakkan
asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar
negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental
dan asas kerokhanian negara di dalam
kelembagaan negara bangsa (nation state)
dengan membudayakannya
 Keunggulan Indonesia
Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga
atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bahwa
bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai
keunggulan potensial, terutama:
 Keunggulan natural (alamiah): nusantara
Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2
daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan
17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya;
amat kaya sumber daya alam (SDA); amat
strategis posisi geopolitiknya: sebagai negara
bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan
samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan
kultural postmodernisme dan masa depan.
Keunggulan kuantitas-kualitas manusia
(SDM) sebagai rakyat dan bangsa;
merupakan asset primer nasional: 235 juta
dengan karakteristika dan jatidiri yang
diwarisinya sebagai bangsa pejuang
(ksatria)…… ---silahkan dievaluasi
bagaimana identitas dan kondisi kita
sekarang!--- dalam era reformasi.
KEUNGGULAN HISTORIS
 Bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah
keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad
VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit
(abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan
kedaulatan geopolitik melebihi NKRI
sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar).
KEUNGGULAN SISTEM KENEGARAAN PANCASILA SEBAGAI NEGARA PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945; TERJABAR
DALAM ASAS KONSTITUSIONAL UUD 45:
1. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);
2. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat);
3. NKRI sebagai negara bangsa (nation state);
4. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan,
wawasan nasional dan wawasan nusantara);
5. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD
Proklamasi yang memancarkan asas konstitusionalisme melalui
tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan
identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat
Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai
sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan
keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari sistem
filsafat Timur) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa
depan: neo-liberalisme, neo-imperialisme dalam pascamodernisme
yang mengoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI.
 SISTEM FILSAFAT DAN SISTEM KENEGARAAN
 Setiap bangsa dan negara menegakkan sistem
kenegaraannya berdasarkan sistem filsafat dan
atau ideologi nasionalnya; nilai fundamental ini
menjiwai, melandasi dan memandu tatanan dan
fungsi kebangsaan, kenegaraan dan kebudayaan,
yang secara umum diakui sebagai
Weltanschauung!
 Sistem filsafat terutama mengajarkan
bagaimana kedudukan, potensi dan martabat
kepribadian manusia di dalam alam; khususnya
dalam masyarakat dan negara. Karenanya, ajaran
ini melahirkan teori hak asasi manusia (HAM)
dan teori kekuasaan (kedulatan) dalam
negara; termasuk sistem ketatanegaraan dan
sistem negara hukum.
Ajaran Sistem Filsafat tentang Kedudukan
dan Martabat Manusia

 Sejarah HAM membuktikan bahwa sepanjang


peradaban senantiasa dalam tantangan: Mesir
purbakala, Cina, Yunani. . . sampai
kolonialisme-imperialisme di Asia dan Afrika
baru runtuh pertengahan abad XX.
 Nilai demokrasi sebagai suatu teori
kedaulatan, atau sistem politik (kenegaraan)
diakui sebagai teori yang unggul, karena
mengakui kedudukan, hak asasi, peran (fungsi),
bahkan juga martabat (pribadi, individu) manusia
di dalam masyarakat, negara dan hukum.
,*antara lain: “. . . these values be democratically

shared in a world-wide order, resting on respect

for human dignity as a supervalue . . .”

(Bodenheimer 1962: 143). Sebagaimana juga Kant

menyatakan: “. . .that humanity should always be

respected as an end it self (Mc Coubrey & White

1996: 84)
 Secara normatif filosofis ideologis,
negara RI berdasarkan Pancasila – UUD
45 mengakui kedudukan dan martabat
manusia sebagai asas HAM berdasarkan
Pancasila yang menegakkan asas
keseimbangan hak asasi manusia (HAM)
dan kewajiban asasi manusia (KAM)
dalam integritas nasional dan universal.
Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan RI

 B. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan


Sistem Kenegaraan RI
Filsafat Pancasila cukup memberikan
kedudukan yang tinggi dan mulia atas
kedudukan dan martabat manusia (sila I
dan II); karenanya ajaran HAM
berdasarkan Pancasila mengutamakan
asas normatif theisme-religious:
 1. bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha
Pencipta (sila I dan II); sekaligus amanat untuk
dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia.
 2. bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan
asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia
(KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat)
manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha
Pencipta.
 3. kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan
filsafat Pancasila, ialah:
 a. manusia wajib mengakui sumber (HAM: life,
liberty, property) adalah Tuhan Maha Pencipta (sila
I).
 b. manusia wajib mengakui dan menerima
kedaulatan Maha Pencipta atas semesta, termasuk
atas nasib dan takdir manusia; dan
 c. manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat
kepada Maha Pencipta, atas anugerah dan amanat
yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia.
 Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh
tegaknya asas keseimbangan HAM dan
KAM; sekaligus sebagai derajat
(kualitas) moral dan martabat manusia.
 Sebagai manusia percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas
potensi jasmani-rokhani, dan martabat
unggul, agung dan mulia manusia berkat
anugerah kerokhaniannya ---sebagai
terpancar dari akal-budinuraninya---
sebagai subyek budaya (termasuk
subyek hukum) dan subyek moral. (M.
Noor Syam 2007: 147-160)
SISTEM KENEGARAAN PANCASILA, AMANAT KONSTITUSIONAL UUD 45
(UUD PROKLAMASI) DAN PEMBUDAYAANNYA

 Sesungguhnya secara filosofis-ideologis-


konstitusional bangsa Indonesia menegakkan
kemerdekaan dan kedaulatan dalam tatanan negara
Proklamasi, sebagai NKRI berdasarkan Pancasila-
UUD 45, dengan asas dan identitas fundamental,
adalah fungsional sebagai asas kerokhanian-
normatif-filosofis-ideologis dalam UUD 45. Artinya,
dasar negara Pancasila (filsafat Pancasila) ditegakkan
dan dikembangkan sebagai sistem ideologi negara
(ideologi nasional). Secara kelembagaan negara,
ditegakkan sebagai sistem kenegaraan (in casu:
sistem kenegaraan Pancasila; analog dengan: sistem
negara kapitalisme-liberalisme; dan sosialisme, atau
marxisme-komunisme).
FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI NASIONAL

 Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah


jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai
ideologi nasional (Weltanschauung); asas
kerokhanian negara dan jatidiri bangsa.
Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-
ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan
melandasi cita budaya dan moral politik
nasional, terjabar secara konstitusional:
Perwujudan Sistem NKRI Berdasarkan Pancasila - UUD 45

U U D 45
TAP MPR

P A N C A S I L A

skema 1
Asas normatif fundamental ini
bersumber dari sistem filsafat
Pancasila yang memancarkan
identitas martabatnya sebagai
sistem filsafat theisme-religious.
Sistem Kenegaraan Pancasila Tegak
dalam N-Sistem Nasional

Menegakkan filsafat Pancasila sebagai dasar


negara dan ideologi nasional, secara
kebangsaan dan kenegaraan berwujud
sistem kenegaraan Pancasila. Sebab,
setiap sistem kenegaraan dilandasi sistem
filsafat dan atau sistem ideologi.
Secara formal-struktural-kenegaraan asas normatif filosofis-ideologis
Pancasila dikembangkan (dijabarkan) dalam tatanan kenegaraan sebagai
terlukis dalam skema berikut.

N-SISTEM NASIONAL

SISTEM HUKUM NASIONAL

SISTEM POLITIK SISTEM EKONOMI

N E G A R A H U K U M

FILSAFAT HUKUM

FILSAFAT NEGARA

SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP

NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA


 PROGRAM MENDASAR PENDIDIKAN
PANCASILA DI PT

Sebagai amanat nilai dasar negara dan UUD


negara, maka sistem pendidikan nasional
berkewajiban (imperatif) melaksanakan visi-misi
pembudayaan nilai dasar negara Pancasila, baik
sebagai dasar negara maupun sebagai ideologi
negara (ideologi nasional). Visi-misi demikian
tersurat dan tersirat dalam UUD Proklamasi
seutuhnya.
MEMORANDUM
 Dengan berpedoman kepada pasal-pasal
UUD Proklamasi ini, dapat dikembangkan
tujuan, isi dan program pembinaan SDM
unggul-kompetitif-terpercaya sebagai subyek
dalam NKRI. Mereka wajib dikembangkan
sesuai kaidah fundamental Pancasila dan
UUD Proklamasi;
 Pembudayaan dasar negara Pancasila,
khususnya sila I (Pasal 29) sebagai landasan
moral watak dan kepribadian SDM Indonesia;
 Dalam bidang HAM mulai nilai sila I – II – IV dan
V, dan jabarannya dalam UUD (Pasal 28, 34)
perlu pembudayaan dan pengamalan yang
nyata.
 Khusus kondisi sosial ekonomi, karena cukup
menyimpang dari nilai dasar Pancasila dan UUD
(terutama sila V dan Pasal 33, 34) maka realitas
aktual berupa ekonomi liberal dan penguasaan
berbagai sumber daya alam yang vital dan
potensial oleh investor, maka pendidikan kita
kepada generasi penerus menjadi sekedar
propaganda dan kebohongan publik (yang
mungkin ditertawakan mereka).
LANDASAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN
PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI

 Meskipun UU No. 20 tahun 2003 tidak


mengandung kurikulum yang khusus adanya
program Pendidikan Pancasila, namun tetap
diakui bahwa nilai Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi negara menjadi core
curriculum (kurikulum dasar, kurikulum
inti), sebagai nilai dasar (nilai fundamental,
core values) Indonesia.
PROGRAM DAN GBPP PENDIDIKAN PANCASILA DI PTN-PTS
 Program dimaksud secara mendasar dan
komprehensif dapat dibahas melalui thema dan sub-
thema dalam GBPP yang dikembangkan dosen dan
team dosen, terutama meliputi:
 Nusantara, sosio budaya dan sejarah nasional
sebagai geopolitik dan geostrategis.
 Filsafat hidup dan filsafat negara Pancasila (pokok-
pokok ajarannya)
 Kedudukan dan fungsi Pembukaan UUD 45 dan
hubungannya dengan Batang Tubuh dan Penjelasan.
 Negara RI sebagai negara berkedaulatan rakyat
(demokrasi, yakni demokrasi Pancasila; asas dan tata
kerja kelembagaannya).
 Kedudukan dan fungsi kelembagaan berdasarkan
UUD 45 (pra dan pasca amandemen).
 Sistem NKRI sebagai nation state: wawasan
nasional dan wawasan nusantara. Waspada
terhadap berbagai kelompok ekstrim (kiri dan
kanan) yang mengancam integritas nasional.
 Negara RI sebagai negara hukum: asas-asas dan
sifat negara hukum.
 Teori-teori HAM; dan ajaran HAM berdasarkan
filsafat Pancasila.
 Ekonomi kerakyatan sebagai demokrasi ekonomi:
pemberdayaan rakyat sebagai subyek ekonomi
(teori dan praktek ekonomi Pancasila).
 Pembinaan dan pengembangan SDM berkualitas
sebagai manusia Indonesia baru memasuki abad
XXI sebagai tantangan globalisasi-liberalisasi dan
pascamodernisme: neoliberalisme-neoimperialisme.
 Tantangan kebangkitan ideologi marxisme-
komunisme-atheisme
 Asas Ketahanan Nasional (trigatra + pascagatra
= astagatra); sebagai bagian dari geostrategi
politik NKRI.
 Asas-asas Wawasan Nusantara; nation state,
jiwa kekeluargaan dan kesadaran nasional
(nasionalisme Indonesia: sila III Pancasila).
 SDM Pancasilais sebagai subyek penegak sistem
kenegaraan Pancasila (unggul-kompetitif-
terpercaya), dan wujud Ketahanan Nasional
yang aktual!
 Kesadaran tanggungjawab bina alam
lingkungan hidup dan sumber daya alam (ALH +
SDA) lokal, nasional dan global
Demi ketahanan nasional mendesak
dilaksanakannya pembudayaan dasar negara
Pancasila, yang dipercayakan kepada lintas
kelembagaan negara (Mendiknas; Mendagri;
Menag; LIPI; Lemhannas; Wantannas; Meneg
Pemuda dan Olah Raga (Menpora); dan Meneg
Komunikasi dan Informasi (yang melaksanakan
sosialisasi, pembudayaan) secara nasional; serta
berbagai potensi dalam komponen-komponen
kelembagaan keagamaan: seperti tokoh-tokoh
MUI, para ulama dan pemuka agama dari
berbagai agama)
MODUL
Mata Kuliah PANCASILA
TINJAUAN MATA KULIAH

 Mata kuliah Pendidikan Pancasila


memberikan penjelasan tentang perlunya
diberikan perkuliahan Pancasila dari berbagai
sudut pandang, beberapa teori asal mula,
fungsi dan kedudukan, hubungannya dengan
Pembukaan UUD 1945, pemikiran dan
pelaksanaan serta reformasi pemikiran dan
pelaksanaan Pancasila. Selain hal tersebut di
atas, pada matakuliah Pendidikan Pancasila
ini juga dibahas permasalahan aktual dewasa
ini khususnya tentang SARA, HAM, krisis
ekonomi, dan berbagai pemikiran yang digali
dari nilai-nilai Pancasila.
Modul-modul matakuliah Pendidikan
Pancasila ini disusun berdasarkan Garis
Besar Program Pembelajaran yang tertuang
dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nomor: 265/DIKTI/2000 tentang
Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Pancasila Pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
TUJUAN UMUM YANG INGIN DICAPAI OLEH MATAKULIAH PENDIDIKAN
PANCASILA TERTUANG DALAM TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM, YAITU
MAHASISWA DIHARAPKAN DAPAT:
 Memahami landasan diberikannya
perkuliahan Pancasila.
 Memahami pengertian Pancasila.

 Memahami pengetahuan ilmiah secara


umum dan Pancasila sebagai pengetahuan
ilmiah.
 Memahami Pancasila sebagai obyek studi
ilmiah.
 Memahami pengertian teori asal mula.

 Memahami teori asal mula Pancasila secara


budaya, asal mula Pancasila formal, dan
dinamika Pancasila sebagai dasar negara.
 Memahami dan menjelaskan fungsi serta kedudukan
Pancasila, baik secara formal yaitu Pancasila sebagai
Dasar Negara Indonesia maupun secara material
yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
 Memahami dan menjelaskan tentang hubungan
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 maupun kedudukan hakiki Pembukaan UUD
1945.
 Memahami dan menjelaskan pemikiran dan
pelaksanaan Pancasila serta Reformasi pemikiran
dan pelaksanaan Pancasila.
 Memahami dan menjelaskan berbagai permasalahan
aktual dewasa ini, khususnya permasalahan SARA,
HAM, dan krisis ekonomi serta berbagai pemikiran
yang digali dari nilai-nilai Pancasila untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
Beban kredit matakuliah Pendidikan Pancasila
adalah 2 sks. Setiap sks mempunyai 3 modul
sehingga matakuliah ini mempunyai 6 modul.
Keenam judul modul mencerminkan tujuan
instruksional umum yang dibahas pada modul
tersebut. Adapun judul modul tersebut adalah:
 Modul 1 : Pancasila dan Pengetahuan Ilmiah

 Modul 2 : Asal Mula Pancasila

 Modul 3 : Fungsi dan Kedudukan Pancasila

 Modul 4 : Pancasila dan UUD 1945

 Modul 5 : Pelaksanaan Pancasila

 Modul 6 : Pancasila dan Permasalahan Aktual


 PANCASILA DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 Kegiatan Belajar 1

 LANDASAN PERKULIAN DAN PENGERTIAN


PANCASILA
 Seluruh warga negara kesatuan Republik
Indonesia sudah seharusnya mempelajari,
mendalami dan mengembangkannya serta
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai
Pancasila yang dapat dihubungkan dengan
tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah. Tingkatan
pengetahuan ilmiah yakni pengetahuan
deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan
normatif, dan pengetahuan esensial.
Kegiatan Belajar 2
 PANCASILA SEBAGAI PENGETAHUAN
ILMIAH
 Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi
syarat-syarat ilmiah yakni berobjek,
bermetode, bersistem, dan bersifat universal.
Berobjek terbagi dua yakni objek material
dan objek formal. Objek material berarti
memiliki sasaran yang dikaji, disebut juga
pokok soal (subject matter) merupakan
sesuatu yang dituju atau dijadikan bahan
untuk diselidiki.
Modul 2
ASAL MULA PANCASILA
Kegiatan Belajar 1
TEORI ASAL MULA PANCASILA
 Asal mula Pancasila dasar filsafat Negara
dibedakan:
 Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal
dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat
kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-
agamanya.
 Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun)
dimaksudkan bagaimana Pancasila itu dibentuk
rumusannya sebagaimana terdapat pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal
ini BPUPKI memiliki peran yang sangat menentukan.
 Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula
yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar
negara menjadi Pancasila yang sah sebagai
dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini
adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang
kemudian mengesahkan dan menjadikan
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah
melalui pembahasan dalam sidang-sidangnya.
 Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan
dari perumusan dan pembahasan Pancasila
yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara.
Untuk sampai kepada kausan finalis tersebut
diperlukan kausa atau asal mula sambungan.
ASAL MULA PANCASILA SECARA FORMAL

 BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945.


Adanya Badan ini memungkinkan bangsa
Indonesia dapat mempersiapkan
kemerdekaannya secara legal, untuk
merumuskan syarat-syarat apa yang harus
dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dilantik pada tanggal 28 Mei 1945
oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan bala
tentara Jepang di Jawa).
Modul 3
FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA
Kegiatan Belajar 1
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
 Dasar negara merupakan alas atau fundamen
yang menjadi pijakan dan mampu memberikan
kekuatan kepada berdirinya sebuah negara.
Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan
pada suatu landasan atau pijakan yaitu
Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai
dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum
yang mengatur negara Republik Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya
yakni pemerintah, wilayah dan rakyat.
Kegiatan Belajar 2
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai
pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu
wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang
terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur.
Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman
untuk mengatur hubungan manusia dengan
sesama, lingkungan dan mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya.
Modul 4
PANCASILA DAN PEMBUKAAN UUD’45
Kegiatan Belajar 1
HUBUNGAN PANCASILA DAN PEMBUKAAN UUD’45
Hubungan Secara Formal antara Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945: bahwa rumusan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD’45; bahwa
Pembukaan UUD’45 berkedudukan dan berfungsi selain
sebagai Mukadimah UUD’45 juga sebagai suatu yang
bereksistensi sendiri karena Pembukaan UUD’45 yang
intinya Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh
UUD’45, bahkan sebagai sumbernya; bahwa Pancasila
sebagai inti Pembukaan UUD’45 dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat
diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara
RI.
 Kegiatan Belajar 2
KEDUDUKAN HAKIKI PEMBUKAAN UUD’45
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
memiliki kedudukan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena
terlekat pada proklamasi 17 Agustus 1945,
sehingga tidak bisa dirubah baik secara formal
maupun material. Adapun kedudukan hakiki
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah pertama; Pembukaaan Undang-Undang
Dasar memiliki kedudukan hakiki sebagai
pernyataan kemerdekaan yang terperinci,
yaitu proklamasi kemerdekaan yang singkat
dan padat 17 Agustus 1945 itu ditegaskan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.
Modul 5
PELAKSANAAN PANCASILA
Kegiatan Belajar 1
PEMIKIRAN DAN PELAKSANAAN PANCASILA
Berbagai bentuk penyimpangan terhadap
pemikiran dan pelaksana-an Pancasila terjadi
karena dilanggarnya prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan. Prinsip-prinsip itu dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu prinsip ditinjau dari segi
intrinsik (ke dalam) dan prinsip ditinjau dari segi
ekstrinsik (ke luar). Pancasila dari segi intrinsik
harus konsisten, koheren, dan koresponden,
sementara dari segi ekstrinsik Pancasila harus
mampu menjadi penyalur dan penyaring
kepentingan horisontal maupun vertikal.
 Kegiatan Belajar 2
REFORMASI PEMIKIRAN DAN PELAKSANAAN
PANCASILA
 Reformasi secara sempit dapat diartikan sebagai menata
kembali keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang
lebih baik. Reformasi kadang disalahartikan sebagai suatu
gerakan demonstrasi yang radikal, “semua boleh”,
penjarahan atau “pelengseran” penguasa tertentu.
Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan agar
orang tidak salah mengartikan reformasi, antara lain
sebagai berikut.
Reformasi bukan revolusi
Reformasi memerlukan proses
Reformasi memerlukan perubahan dan berkelanjutan
Reformasi menyangkut masalah struktural dan kultural
Reformasi mensyaratkan adanya skala prioritas dan agenda
Reformasi memerlukan arah
 Modul 6
 PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL

 Kegiatan Belajar 1

 PANCASILA DAN PERMASALAHAN SARA

 Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun


horisontal. Konflik vertikal misalnya antara si
kuat dengan si lemah, antara penguasa dengan
rakyat, antara mayoritas dengan minoritas, dan
sebagainya. Sementara itu konflik horisontal
ditunjukkan misalnya konflik antarumat
beragama, antarsuku, atarras, antargolongan
dan sebagainya. Jurang pemisah ini merupakan
potensi bagi munculnya konflik.
 Kegiatan Belajar 2
PANCASILA DAN PERMASALAHAN HAM
Hak asasi manusia menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa, adalah hak yang melekat pada
kemanusiaan, yang tanpa hak itu mustahil
manusia hidup sebagaimana layaknya manusia.
Dengan demikian eksistensi hak asasi manusia
dipandang sebagai aksioma yang bersifat given,
dalam arti kebenarannya seyogianya dapat
dirasakan secara langsung dan tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut (Anhar
Gonggong, dkk., 1995: 60).
PIAGAM HAM
Pada pasal-pasal Piagam HAM ini diatur secara eksplisit
antara lain:
 Hak untuk hidup

 Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan

 Hak mengembangkan diri

 Hak keadilan

 Hak kemerdekaan

 Hak atas kebebasan informasi

 Hak keamanan

 Hak kesejahteraan

 Kewajiban menghormati hak orang lain dan kewajiban


membela negara
 Hak perlindungan dan pemajuan.
KEGIATAN BELAJAR 3
PANCASILA DAN KRISIS EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi


pada masa Orba ternyata tidak berkelanjutan
karena terjadinya berbagai ketimpangan
ekonomi yang besar, baik antargolongan,
antara daerah, dan antara sektor akhirnya
melahirkan krisis ekonomi. Krisis ini semula
berawal dari perubahan kurs dolar yang
begitu tinggi, kemudian menjalar ke krisis
ekonomi, dan akhirnya krisis kepercayaan
pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.
 Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain
oleh tidak diterapkannya prinsip-prinsip
ekonomi dalam kelembagaan, ketidak-
merataan ekonomi, dan lain-lain. yang juga
dipicu dengan maraknya praktek monopoli,
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme oleh para
penyelenggara negara
 Sistem ekonomi Indonesia yang mendasarkan
diri pada filsafat Pancasila serta konstitusi UUD
1945, dan landasan operasionalnya GBHN
sering disebut Sistem Ekonomi Pancasila.
Sistem ekonomi Pancasila dibangun di atas
landasan konstitusional UUD 1945, pasal 33 yang
mengandung ajaran bahwa :

(1) Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan


oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial,
dan moral;
(2) Seluruh warga masyarakat bertekad
untukmewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak
membiarkan adanya ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial
(3) Seluruh pelaku ekonomi yaitu produsen,
konsumen, dan pemerintah selalu
bersemangat nasionalistik, yaitu dalam setiap
putusan-putusan ekonominya
menomorsatukan tujuan terwujud-nya
perekonomian nasional yang kuat dan tangguh;

4) Koperasi dan bekerja secara kooperatif selalu


menjiwai pelaku ekonomi warga masyarakat.
Demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
 (5) Perekono-mian nasional yang amat luas
terus-menerus diupayakan adanya
keseimbangan antara perencanaan nasional
dengan peningkatan desentralisasi serta
otonomi daerah. hanya melalui partisipasi
daerah secara aktif aturan main keadilan
ekonomi dapat berjalan selanjutnya
menghasilkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Modul 1
 PANCASILA DAN PENGETAHUAN ILMIAH

 1. Bakry, Noor M.S. (1994). Orientasi Filsafat


Pancasila. Yogyakarta: Liberty
 2. Bertens (1989). Filsafat Barat Abad XX. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
 3. Ismaun. Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat
Negara Indonesia.
 4. Jacob (1999). Nilai-nilai Pancasila sebagai
Orientasi Pengembangan IPTEK. Yogyakarta:
Interskip dosen-dosen Pancasila se Indonesia
 5. Kaelan (1986). Filsafat Pancasila. Yogyakarta:
Paradigma

Anda mungkin juga menyukai