Anda di halaman 1dari 38

Oftalmologi Komunitas

dr. Kristian Goenawan, Sp.M


FK UKRIDA
Pendahuluan
• Informasi yang ditangkap oleh manusia :
– Penglihatan 83%
– Pendengaran 11%
– Penciuman 3,5%
– Rasa lewat kulit 1,5%
– Rasa lewat lidah 1%
Oftalmologi komunitas
• Fungsi utama mata  melihat
• Cara mengukur  Visus (ketajaman
penglihatan)
VISUS SNELLEN
6  Jarak pasien diperiksa
6  Jarak yang seharusnya
orang normal bisa melihat
Visus hitung jari
• 1/60 sampai 6/60

• LP

• NLP
Definisi Kebutaan (WHO)
6/6 6/18 Normal – near
normal
6/18 6/60 Visual
impairment
6/60 3/60 Severe visual
impairment
3/60 No light Blind
perception (NLP)

SALAH 1 MATA DENGAN


KOREKSI TERBAIK
Masalah Kebutaan

Penderita Keluarga Pemerintah


• Kegiatan • Merawat • Sarana dan
sehari-hari orang buta fasilitas
• Kemampuan  biaya dan khusus untuk
bekerja waktu orang buta
Mengapa penting?
Aspek Aspek perilaku
Aspek lingkungan
epidemiologis masyarakat
• Dapat mengenai • Kegelisahan • 79,1 % penderita
seluruh masyarakat dengan keluhan
golongan umur • Pengurangan mata tidak
• Dapat mengenai produktivitas mencari
daerah yang • Penyakit bisa pengobatan
luas. timbul disemua
daerah
• Penyakit bisa
timbul karena
lingkungan yang
tidak memadai
SURVEY
Angka kebutaan
• Angka kebutaan <0,5% : masalah klinis
• Angka kebutaan 0,5 – 1% : masalah
kesehatan masyarakat
• Angka kebutaan >1 % : masalah sosial :
– Masyarakat, instansi pemerintah, lembaga
non pemerintah dan berbagai pihak yang lain

Di Indonesia : 1.5%
(berdasarkan survey 1996)
Indonesia (urutan penyebab kebutaan)

1. Katarak (70.8%)
2. Glaukoma (11.1%)
3. Gangguan refraksi (7.6%)
4. Kelainan retina (6.2%)
5. Kelainan kornea (4.1%)

Berdasarkan Survey 1996


Depkes Indonesia
• Riskesdas 2007 : 0.9%
• Riskesdas 2013 : 0.4%

• Katarak sebagai penyebab kebutaan


utama
RAAB 2016
• Berasal dari International Center of Health
Care (ICEH)
• Kuisioner
– 61 klaster (50 orang per klaster)
– Sample diambil berusia > 50thn

• Angka kebutaan : ±3%


• Katarak penyebab kebutaan utama (81%)
UPAYA-UPAYA KESEHATAN
Upaya Kesehatan
• Promotif – peningkatan kesehatan
• Preventif – pencegahan
• Kuratif – pengobatan TERPADU
• Rehabilitatif –pemulihan
SKN 1982
• Menurunkan angka kesakitan
• Menurunkan angka kematian
• Mencegah akibat buruk lebih lanjut dari
penyakit tersebut
Vision 2020
• IAPB (International Agency for the
Prevention of Blindness)
– The Right to Sight, yaitu pemenuhan hak
untuk melihat secara optimal bagi setiap
orang
1. Katarak
2. Gangguan refraksi
3. Trakoma
4. Defisiensi vitamin A
5. Retinopati diabetik
6. Glaukoma

MASALAH-MASALAH
KESEHATAN MATA DI INDONESIA
Katarak
• Backlog katarak : penumpukan jumlah
penderita katarak yang belum dioperasi
• Kenapa?
– Faktor jangkauan operasi yang rendah
– Tingginya biaya operasi
– Ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan
yang terbatas
– Pengetahuan masyarakat yang rendah.
• Bedah katarak
massal
• Penambahan
infrastruktur dan
tenaga ahli
Gangguan refraksi
• Booming myopia
• Faktor resiko
– Near work
– Jarang beraktivitas di luar ruangan
• Skrining
kelainan
refraksi
• Pelatihan guru
SD dan kader
Trakoma
• Penyebab : Chlamydia trachomatis
• Faktor resiko
– Kemiskinan (berhubungan dengan higiene,
sanitasi, gizi)
– Lalat (berperan sebagai vektor penularan)
– Etnis
– Usia muda (3-5 tahun)
Staging
• TF : folikel : >5 buah, >0.5 mm
• TI : inflamasi
• TS : scar
• TT : trikiasis
• CO : corneal opacity
SAFE
• S : surgery : TT atau CO

• A : Antibiotic : azitro atau tetraciclin

• F : face cleanliness

• E : environment
Defisiensi vitamin A
• Faktor risiko:
– Geografik
– Sosiokultural
– Campak
Vitamin A Deficiency
Xerophthalmia Classification (WHO,1976)

Classification Signs
Primary
X1A Conjungtival xerosis
X1B Bitot’s spot with cunjungtival xerosis
X2 Corneal Xerosis
X3A Corneal ulceration with xerosis
X3B Keratomalacia
Secondary
XN Nightblindness
XF Xerophthalmia fundus
XS Corneal scars
Vitamin A Deficiency
Xerophthalmia Classification (WHO,1976)

X1A - Conjungtival xerosis

Due absence of goblet cells


Improves to 2-4 days with treatment
Vitamin A Deficiency
Xerophthalmia Classification (WHO,1976)

X1B - Bitot’s spot

Due keratinisation, white or grey, foamy, usually temporal


take week or months to resolve with treatment
Vitamin A Deficiency
Xerophthalmia Classification (WHO,1976)

X2 - Corneal xerosis
drying of the cornea, decreased of wettability of the cornea,
corneal epithelium keratinisation in severe cases
Vitamin A Deficiency
Xerophthalmia Classification (WHO,1976)

X3A - ulceration of less


than 1/3 of the cornea
X3B - ulceration of 1/3
or more of the cornea
5-7 days to heal with
scar formation
Keratomalacia

Circumscribed area
of cornea is
missing centrally

Iris bulging
through the
defect
Retinopati diabetik
• Terjadi perubahan pada retina  kebutaan
permanen
• Faktor resiko
– Usia tua
– Riwayat keluarga diabetes
– Kegemukan
• Skrining :
– 7 field fundus photograph
– Dilated pupil funduskopi
Glaukoma
• Ireversible
• Faktor resiko :
– Berusia >40 tahun
– Wanita lebih banyak dibanding pria
– TIO tinggi
– Struktur anatomis mata :
• Kamera depan dangkal
• Diameter kornea kecil
• Miopia tinggi
• Hiperopia tinggi
• Skrining glaukoma melalui pemeriksaan
mata dengan funduskopi
Semoga bermanfaat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai