Linguistik Dan Bilingual

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

“RELEVANSI BILINGUALISME DAN DIGLOSIA ”

Dosen pengampu:
Dr. Rosita Wondal

Nama : Magfira
Npm :03331711008
Semester: VI (Enam)
A. Pengertian Bilingualisme
Istilah bilingualisme dalam bahasa
Indonesia disebut juga kedwibahasaan.
Secara harfiah sudah dapat dipahami apa
yang dimaksud dengan bilingualisme itu,
yaitu berkenaan dengan penggunaan dua
bahasa atau dua kode bahasa.
Secara sosiolinguistik, bilingual diartikan
sebagai pengguanaan dua bahasa oleh
seorang penutur dalam pergaulannya
dengan orang lain secara bergantian
(Mackey 1992:12, Fishman 1997:73).
B. Pengertian Diglosia
Kata diglosia berasal dari bahasa Prancis
diglossie, yang pernah digunakan oleh Marcais,
seorang linguis Prancis. Tetapi istilah itu menjadi
terkenal dalam studi linguistik setelah digunakan
oleh seorang sarjana dari Stanford University,
yaitu C.A.Ferguson tahun 1958
Ferguson menggunakan istilah diglosia
untuk menyatakan keadaan suatu
masyarakat dimana terdapat dua variasi
dari satu bahasa yang hidup
berdampingan dan masing-masing
mempunyai peranan tertentu. Definisi
diglosia menurut Ferguson adalah:
1. Diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang
relatif stabil, di mana selain terdapat sejumlah
dialek-dialek utama dari satu bahasa,
terdapat juga sebuah ragam lain.
2. Dialek-dialek utama itu di antaranya, bisa
berupa sebuah dialek standar, atau sebuah
standar regional.
3. Ragam lain itu memiliki ciri:
1) Sudah terkodifikasi
2) Gramatikalnya lebih kompleks
3) Merupakan wahana kesusastraan tertulis
yang sangat luas dan dihormati
4) Dipelajari melalui pendidikan formal
5) Digunakan terutama dalam bahasa tulis
dan bahasa lisan formal
6) Tidak digunaakan dalam percakapan
sehari-hari
C. Relevansinya Bilingualisme dan
Diglosia
Diglosia diartikan sebagai adanya pembedaan fungsi atas
penggunaan bahasa dan bilingualisme adalah keadaan
penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam
masyarakat.
Kaitan bilingualisme dan diglosia memiliki empat macam
sebagai berikut.
1) Diglosia dan Bilingualisme adanya dua bentuk bahasa dalam
masyarakat. Distribusi stabil atau tetap dari variasi-
variasibahasa sesuai dengan fungsi sosialnya.
2) Diglosia tanpa bilingualisme dalam masyarakat bahasa,
terdapat perbedaan fungsional yang ketat dari ragam-ragam
bahasa sesuai dengan T dan R. Dalam kasus ini, adalah
perilaku kelompok dari kekuatan yang berkuasa (ragam T),
bukan hanya hidup jauh dari orang-orang biasa, melainkan
sengaja membedakan bahasa merekadari banyak orang. Kasus
ini sering ditemukan dalam masyarakat yang pernah dijajah.
4).Bilingualisme tanpa diglosia. Diglosia
ditandai dengan distibusi fungsi sosial
yang bervariasi sesuai dengan suasana
individual ataupunsosial. Jadi,
bilingualisme bervariasi sesuai dengan
situasi peran topik dan tujuan komunikasi
3).Tanpa bilingualisme dan diglosia jenis
ini terdapat pada masyarakat yang
terisolasi. Masyarakat yang tidak
berhubungan dengan dunia luar. Menurut
Fishman, jenis ini jarang ditemukan.
Sedangkan hubungan antara bilingual dan
diglosia dalam Kunjana Rahardi11, masyarakat
tutur bilingual dan diglosik adalah salah satu
jenis masyarakat tutur yang warga
penuturnya menguasai dua bahasa atau lebih,
dan di antara bahasa-bahasa yang digunakan
itu masing-masing memiliki peran yang
berbeda

Anda mungkin juga menyukai