Anda di halaman 1dari 5

Pengertian jiwa

Adz-Dzakiey (2007) memberikan pengertian jiwa (nafs) sebagai ruh


yang menyatu dengan jasad yang berfungsi mendorong manusia untuk
bertingkah laku.
Jiwa adalah sesuatu yang menggerakkan manusia untuk cenderung
berbuat kebaikan (taqwa) atau keburukan (fasik), sehingga jiwa yang
taqwa senantiasa mengajak kepada amal-amal kebaikan, sedangkan
jiwa yang fasik mengarahkan manusia kepada pengingkaran dan
kejahatan.
Macam-macam jiwa dalam Al Quran
a. Jiwa hewani
Gambaran tentang jiwa hewani dijelaskan dalam ayat-ayat Al Quran sebagai binatang ternak. AL Furqaan (25)
ayat 43-44 juga memberikan penjelasan bahwa manusia yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya,
dikatakan sebagai lebih sesat dari pada binatang ternak.
b. Jiwa yang jahat (Syaitan)
Syaitan senantiasa mengajak kepada perilaku jahat, tipu daya, dan kesombongan. QS Yusuf
c. Jiwa Rabbani (Malaikat)
Jiwa Rabbani senantiasa mengajak kepada kebaikan, pengendalian hawa nafsu, serta kedekatan kepada Allah.
d. Jiwa yang menyesali diri (jiwa insani atau lawwamah)
Jiwa yang bergerak antara kecenderungan buruk dan baik digambarkan sebagai jiwa yang menyesali diri

Hanyalah jiwa yang tenang yang bisa kembali kepada Allah, yaitu jiwa yang telah mencapai tingkatan
tertinggi, sehingga merasakan kenikmatan dalam ketaatan kepada Allah (Karzon, 2010).
Kesehatan jiwa menurut Islam
Berdasarkan kajian Al Quran dan hadist, kesehatan jiwa mengandung
arti kecenderungan jiwa kepada kebaikan yang mengarahkan kepada
ketaatan kepada Allah, kecintaan kepada akhirat, menyebabkan sifat
rendah hati dan jauh dari kesombongan, sehingga akan diraih
ketenangan jiwa yang berbuah kebahagiaan dunia dan akhirat.
Perilaku yang Mencerminkan Sehat Jiwa
Menurut Islam
1. Kecintaan pada akhirat sebagai sumber kesehatan jiwa
Penjelasan dalam ayat-ayat Al Quran memberikan pesan bahwa kehidupan akhirat lebih menjanjikan kebahagiaan yang
berlipat ganda dibandingkan kehidupan dunia yang bersifat sementara (sebentar) seperti gambaran dalam QS An nisaa (4)
ayat 77. Allah membolehkan menikmati kesenangan dunia, namun dengan cara yang tidak melampaui batas, agar manusia
tidak lalai dan meraih kebahagiaan hakiki.
2. Kecintaan pada akhirat sebagai sumber kesehatan jiwa
Al Quran surat Al Baqarah (3-4) menyebutkan bahwa indikator orang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib,
melakukan shalat, menafkahkan sebagian rizki, dan meyakini adanya hari akhir. Ayat-ayat berikut ini :
- QS Al Baqarah (2) ayat 38
- QS Yunus (10) ayat 62-63
- Al Baqarah (2) ayat 62
- Al Maidah (5) ayat 69
mengisyaratkan bahwa Allah memberikan janji kepada orang yang bertaqwa berupa ketentraman hati, ketenangan jiwa,
hilangnya kesedihan dan kekhawatiran.
QS Fushshilat (41) ayat 30 Al Fath (48) ayat 4, juga menegaskan bahwa Allah memberikan ketenangan hati kepada orang-
orang mukmin untuk menambah keimanan mereka.
Lanjutan…
3. Kepasrahan (Tawakal) kepada Allah sebagai sumber kebahagiaan
Tawakal ditandai dengan kepasrahan bahwa hanya Allah yang mengatur segala urusan (Athaillah, 2007).
Manusia merasa gelisah karena telah melanggar aturan-aturan yang digariskan Allah atau mengingkari
sunatullah. Berserah diri membuat manusia tidak bergantung kepada makhluk, dan hanya bergantung
kepada Allah, sehingga jiwanya tidak terikat kepada selain Allah.
4. Kesombongan sebagai sumber penyakit hati
Kesombongan merupakan salah satu sumber penyakit hati yang berbahaya, seperti digambarkan oleh
Rasulullah sebagai kesukaan dipuji dan ketakutan untuk dicela. Allah juga sangat membenci kesombongan
karena sifat tersebut akan menjauhkan manusia dari kebenaran dan ketaatan kepada Allah, serta
menyebabkan kerusakan.
Sifat sombong menghalangi orang masuk syurga, karena kesombongan menyebabkan orang tidak mau
mentaati kebenaran, merendahkan orang lain, menimbulkan kemarahan, hasad, dan dendam.
Orang yang sombong menganggap bahwa semua yang diraih merupakan usahanya sendiri, sehingga akan
sangat bersedih bahkan berputus asa jika mengalami kehilangan dan sangat gembira jika mendapatkan
sesuatu yang diinginkannya.

Anda mungkin juga menyukai