Anda di halaman 1dari 21

BREAK EVEN POINT AND

SHUT DOWN POINT

OLEH:
NADIYA DAMARA (1415041038)
BREAK EVEN POINT
WHAT IS BEP (BREAK EVEN POINT?

BEP adalah titik dimana pendapatan sama


dengan modal yang dikeluarkan, tidak
terjadi kerugian atau keuntungan. Hal ini
terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume
penjualan hanya cukup untuk menutup
biaya tetap dan biaya variabel.
Apabila penjualan hanya cukup untuk
menutup biaya variabel dan sebagian
biaya tetap, maka perusahaan mengalami
kerugian.

Sebaliknya akan memperoleh


keuntungan, bila penjualan melebihi biaya
variabel dan biaya tetap yang harus di
keluarkan.
Asumsi dasar dalam BEP
 Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus
digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya
variabel.

 Biaya variabel yang secara total berubah sesuai


dengan peubahan volume, sedangkan biaya tetap
tidak mengalami perubahan secara total.

 Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada


perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit
akan berubah-ubah.
Harga jual perunit konstan selama periode
di analisis.

Jumlah produk yang di produksi dianggap


selalu habis terjual

Perusahaan menjual dan membuat satu jenis


produk, bila perusahaan membuat atau
menjual lebih dari satu produk maka
“perimbangan hasil penjualan” setiap
produk tetap.
KOMPONEN PERHITUNGAN
DASAR BEP
Fixed cost (FC) terdiri dari: depresiasi, pajak
kekayaan, asuransi, dan biaya-biaya sewa.

Variablecost (VC) terdiri dari: bahan baku,


pengepakan, pengapalan dan royalties.

Biaya-biaya semi variabel (SVC) terdiri dari:


buruh pabrik langsung, plant over-head,
pemeliharaan dan perbaikan, pengawasan
pabrik, general expenses, laboraturium dan
kontrol, plant supplies
Dari komponen tersebut, maka BEP dapat
dihitung, atau digambarkan dalam bentuk
grafik.

Apabila digunakan perhitungan, maka


BEP dihitung menggunakan persamaan
berikut:
Apabila digambarkan dalam bentuk
grafik, maka BEP dapat dicari seperti
yang terlihat pada gambar berikut:
SHUT DOWN POINT
WHAT IS SHUT DOWN POINT?

Shut down point bagi perusahaan terjadi


apabila harga output (P) sama dengan
biaya variable rata-rata (AVC). Pada
kondisi ini, apabila perusahaan tetap
berproduksi dan dapat menjual semua
output yang dihasilkan, maka perusahaan
tersebut akan rugi sebesar biaya tetapnya.
Gambar 1. Kondisi perusahaan shut down point
Apabila harga output lebih kecil daripada
biaya variable rata-rata (AVC), maka
perusahaan tersebut lebih baik menutup
usahanya. Karena, apabila menutup
perusahaannya, maka akan rugi sebesar
biaya tetapnya saja.

Apabila perusahaan meneruskan usahanya,


maka akan rugi sebesar biaya tetap ditambah
dengan biaya variable, yaitu selisih biaya
variable rata-rata dengan harga output.
Ketika harga berada dibawah titik minimum dari
kurva biaya variable rata-rata, maka akan terjadi hal-
hal sebagai berikut:

Penerimaan total lebih kecil dari biaya variable total.


Laba operasi menjadi negatif.
Perusahaan akan tutup.
PERBEDAAN BEP DAN SDP

BEP hanya mencari titik impas dan untuk


mengetahui hubungan antara biaya,
volume penjualan dan profit. Berbeda
dengan SDP yang bertujuan untuk
mengetahui prospek perusahaan secara
ekonomis, pantas atau tidak untuk
dilanjutkan.
Yang dilakukan bila mencapai BEP dan SDP

Untuk menganalisa keseimbangan perusahaan menggunakan 2


(dua) pendekatan yaitu :
1. Total Approach
Pendekatan ini menggunakan analisis total, baik dari struktur
penerimaan (revenue) maupun struktur biaya (cost). Struktur
penerimaan berupa Total Revenue (TR), dan struktur biaya
berupa Total Cost (TC), Total Variable Cost (TVC) dan Total
Fixed Cost (TFC).
2. Marginal Approach
Pendekatan ini menggunakan analisis struktur penerimaan
(revenue) dan struktur biaya (cost) yang bersifat per unit dan
bersifat marginal adalah Average Revenue (AR), Marginal
Revenue (MR), sedangkan struktur biaya adalah Average Total
Cost (ATC), Average Variable Cost (AVC)dan Marginal Cost
(MC).
TOTAL APPROACH
Syarat untuk terjadi keseimbangan
perusahaan pada pendekatan total, dapat
dikemukakan sebagai berikut :
 Dalam keadaan profit, jika TR ˃ TC; artinya
besar penerimaan total harus lebih besar dari
biaya total.

 Dalam keadaan rugi, jika TR ˂ TC dan TR ˃


TVC; artinya besar penerimaan total lebih
kecil dari biaya total.
 Dalam keadaan Break Even Point (BEP),
jika TR = TC dan TR ˃ TVC; artinya besar
penerimaan total sama dengan biaya total
yang dikeluarkan

 Dalam keadaan Shut Down Point (SDP),


jika TR ˂ TC dan TR = TVC; artinya
perusahaan di ambang kebangkrutan,
penerimaan total hanya bisa menutupi
biaya variabelnya.
MARGINAL APPROACH
Syarat untuk terjadi keseimbangan perusahaan
pada pendekatan marginal, dapat dikemukakan
sebagai berikut :
 Dalam keadaan profit, jika AR ˃ ATC; artinya
besar penerimaan per unit harus lebihbesar dari
biaya per unit yang dikeluarkan untuk
menghasilkan 1 unit produk.

 Dalam keadaan rugi, jika AR ˂ ATC dan AR ˃


AVC; artinya besar penerimaan per unit lebih
kecil dari biaya per unit yang dikeluarkan untuk
menghasilkan 1 unit produk.
 Dalam keadaan Break Even Point (BEP),
jika AR = ATC dan AR ˃ AVC; artinya
besar penerimaan per unit sama dengan
biaya per unit yang dikeluarkan untuk
menghasilkan 1 unit produk.

 Dalam keadaan Shut Down Point (SDP),


jika AR ˂ ATC dan AR = AVC; artinya
perusahaan di ambang kebangkrutan,
penerimaan per unit hanya bisa menutupi
biaya variabel per unit nya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai