Pengujian Residu Antibiotika Chloramphenicol Dan Nitrofuen
Pengujian Residu Antibiotika Chloramphenicol Dan Nitrofuen
(CHLORAMPHENICOL, NITROFURAN)
PADA BERBAGAI PRODUK PERIKANAN
SURABAYA
PRESENTED BY:
TANOTO HERLAMBANG, SPI, MMA
LPPMHP SURABAYA
PENGUJIAN RESIDU CHLORAMPHENICOL
DAN NITROFURAN DENGAN METODE ELISA
ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay), merupakan
pengujian/pemeriksaan dengan menggunakan reaksi antigen-antibodi
(imun) yang teradsorbsi dan tersambung dengan enzyme sebagai label.
Kloramfenikol adalah antibiotika yang berasal dari bakteri S treptomyces venezuelae (Hendra,
2007).
Penggunaannya dalam keg. Budidaya dilarang berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya, tanggal 19 Oktober 2001 karena Kloramfenikol dapat mengakibatkan
timbulnya Gray Baby Sindrome yaitu gejala bayi berkulit warna abu-abu, perut kembung,
suhu tubuh rendah, susah bernapas, demam, yang dapat menyebabkan kematian (Saparinto,
2002), menyebabkan anemia aplastis ( penyakit kelainan dan kerusakan pada sumsum tulang
belakang) (Tjay dan Rahardja, 2002).
Di centrifuge kecepatan 3500 rpm selama ± 10 menit masukkan 50µl sampel yang telah dipreparasi ke mikroplate
Ambil lapisan jenih (lapisan paling atas) ± 4 ml buang lapisan lemak di lapisan atas
Keringkan dengan gas nitrogen di sentrifuge kecepatan 3500 rpm selama ± 10 menit
+ buffer 0.5 ml
PENGUJIAN RESIDU NITROFURAN
DENGAN ELISA
Nitrofuran merupakan antibiotik spektrum luas
Banyak digunakan sebagai pemacu pertumbuhan pada budidaya perikanan dan juga sebagai antibacterial
Penggunaannya dibidang perikanan telah dilarang berdasarkan berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya, tanggal 19 Oktober 2001, karena baik parent drugs maupun metabolit
menunjukkan daya karsinogenikm dan mutagenik.
Parent drug nya dimetabolisme dengan cepat, dan tidak terdeteksi dalam waktu relatif singkat setelah treatment.
HCl 1 M 0.5 ml
Di centrifuge kecepatan 3000 rpm selama ± 10 menit masukkan 50µl sampel yang telah dipreparasi ke mikroplate
Ambil lapisan jenih (lapisan paling atas) ± 2.5 ml buang lapisan lemak di lapisan atas
Keringkan dengan gas nitrogen di sentrifuge kecepatan 3500 rpm selama ± 10 menit
+ buffer 0.5 ml
Antibiotika
Pengertian dan Penggolongan Antibiotika
Antibiotika (L. anti= lawan, bios = hidup)
adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil (Tjay dan Rahardja, 2002)
Berdasarkan mekanisme kerjanya
Antibiotika diklasifikasikan sebagai berikut:
Menghambat sintesa dinding sel bakteri (Beta-laktam,
Penisilin, Polipeptida, Sefalosporin, Ampisilin, Oksasilin),
Menghambat transkripsi dan replikasi bakteri (Kuinolon,
Rifampisin, Aktinomisin-D, Asam Nalidiksat,
Linkosamida, Metronidazol),
Menghambat sintesa protein bakteri (Macrolida,
Aminoglikosida, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Kanamisin,
Oksitetrasiklin),
Menghambat fungsi membran sel bakteri (Ionimisin dan
Valinomisin),
Menghambat metabolisme energi bakteri (golongan Sulfa
atau Sulfonamida, Trimetoprim)
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Berdasarkan kemampuannya dalam menekan
pertumbuhan atau membunuh bakteri
Dibedakan menjadi antibiotika Bakterisida dan
Bakteriostatika
Antibiotika bakterisida adalah antibiotika yang
mampu membunuh sel bakteri (Penisilin,
Streptomisin, Basitrasin, Neomisin, Polimiksin dan
Nitrofuran)
Antibiotika bakteriostatika yaitu antibiotika yang
hanya mampu menekan pertumbuhan sel bakteri
(Tetrasiklin, Kloramfenikol, Eritromisin, Tilosin, dan
Oleandomisin)
(Saparinto, 2002)
Beberapa jenis antibiotika yang telah digunakan di
bidang perikanan antara lain sebagai berikut:
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan senyawa hablur halus berbentuk jarum atau
lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan.
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat (FI IV, 1995).
Kloramfenikol adalah antibiotika yang berasal dari bakteri Streptomyces
venezuelae
(Hendra, 2007).
(Kordi, 2004).
Tetrasiklin dan derivatnya
Senyawa tetrasiklin semula (1948) diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klortetrasiklin) dan
Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Tetapi setelah 1960, zat induk tetrasiklin mulai dibuat secara
sintesis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivat –oksi dan –klor serta senyawa long acting
doksisiklin dan minosiklin (Tjay dan Rahardja, 2002)
(Kordi, 2004).
Nitrofuran
Nitrofuran merupakan anti bakteri gram posistif dan gram negatif
yang biasanya digunakan pada hewan ternak, ikan dan udang
(Farmakologi Terapi, Edisi 4/ 1995).
Antibiotik ini memiliki empat anggota dengan sifat yang berbeda-
beda yaitu Furaltadone, Furazolidone, Nitrofurantoin dan
Nitrofurazon.
5-(4 Morpholinylmethyl)-3-[[5-Nitro-2Furanyl)methylene]amino-2-Oxazolidone
Furazolidone (C8H7N3O5)
3-[(5-Nitro-2Furanyl)methylene]amino-2-Oxazolidone
Merupakan kristal berwarna kuning, mempunyai titik lebur 275C, dan larut dalam air pada
pH 6
Nitrofurantoin (C8H6N4O5)
1-[(5-Nitro-2Furanyl)methylene]amino-2,4-imidazolidiedione
Mempunyai titik lebur antara 270C-272C, larut dalam air 19 mg/100 ml, pelarut organik,
etanol, aceton, dimethylformamide, minyak kacang, Glycerol, polyethylen glycol.
Nitrofurazon (C6H6N4O4) /
2- [(5-Nitro-2Furanyl)methylene]Hydrazinecarboxamid
Merupakan serbuk berwarna kuning pucat, agak pahit bila dirasakan, memiliki suhu lebur
antara 236C-240C. Sukar larut dalam air (1: 4200), sulit larut dalam alkohol (1:500), dalam
propylene glycol (1:350), larut dalam pelarut alkali.
Gambar . Struktur kimia derivat nitrofuran
Senyawa ini telah digunakan secara luas dalam bentuk bahan
tambahan makanan / food additive untuk mencegah penyaki
infeksi gastrointestinal yang disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli dan Salmonella yang umumnya dijumpaimpada
ternak unggas dan sapi.
Di Amerika nitrofuran banyak digunakan dalam budidaya
catfish. Nitrofuran yang sering digunakan di Belgia adalah
Furazolidon, Furaltadon dan Nitrofurazon. Furazolidone dapat
bertindak sebagai pemicu pertumbuhan dengan pemakaian
ditambahkan pada pakan.
Nitrofurazon dan Furaltadon adalah antibiotik sintesis yang
memiliki efektifitas tinggi, senyawa-senyawa ini mempunyai
ciri/ karakter struktur pada cincin furan dapat mengikat gugus
nitro pada 5 posisi.
Sesuai yang tertuang dalam Official Journal of the European
Communities dalam council Directive batas toleran metabolite
nitrofuran adalah 1.0 ppb.
Dampak Negatif Penggunaan Antibiotika pada
Perikanan
Sumber daya ikan sendiri meliputi berbagai jenis ikan termasuk biota
perairan yang lain, yaitu: Pisces (ikan bersirip); Crustacea (udang,
rajungan, kepiting dan sebangsanya); Mollusca (kerang, tiram, cumi-
cumi, gurita, siput dan sebangsanya); Coelenterata (ubur-ubur dan
sebangsanya); Echinodermata (teripang, bulu babi dan sebangsanya);
Amphibia (kodok dan sebangsanya); Reptilia (buaya, penyu, kura-
kura, biawak, ular air dan sebangsanya); Mammalia (aus, lumba-
lumba, pesut, duyung dan sebangsanya); Algae (rumput laut dan
sebangsanya); dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan
kesembilan biota tersebut.
Produk perikanan asal Indonesia yang diekspor ke luar negeri sangat beraneka
ragam, antara lain yaitu :
ikan beku (frozen fish), yang meliputi ikan jenis Scarlet Snapper, Malabar
Snapper, Grouper, King Fish, Parrot Fish, Golden Threadfin Bream, Big Eye
Snapper, Leather Jacket, Tonang, Lizard Fish, Baby Tuna / Skip Jack, Flying
Fish, Black Tilapia, Red Tilapia, Milk Fish, Cat Fish, Tawes, Emperor,
Barracuda, Ribbon Fish / Hairtail Fish, Long Spin Snapper, Baramundi,
Kapasan, Redbass, Chinaman, Yellow Tail, Sweetlips, Trevally, Yellowfin Tuna.
Udang beku (frozen shrimp) dalam berbagai kondisi seperti HLSO (Headless
Shell on), HOSO (Head on Shell on) , EZ Peel PD (Peeled & Deveined) , PD
Skewer, PUD (Peeled Undeveined) , PDTO (Peeled Deveined Tail On) PDTO
Skewer , PDTO Strecthed PDTO Butterfly dan Sushi Ebi.
makanan laut kering (dried seafood) seperti Chirimen (baby anchovy), Himego
(Indiana anchovy);
daging kepiting (crab meat) dalam bentuk olahan paseturisasi, beku dan claw
finger;
Cephalopoda antara lain gurita, cumi-cumi, Anadara / Cockle Shell, Baby Clam
da
produk value added, merupakan produk perikanan yang telah diolah dengan
penambahan bahan-bahan lain, contoh produknya antara lain Butterfly Breaded
Shrimp, Torpedo Breaded Shrimp, Pop Corn Shrimp, Fish Finger, Samosa,
Shrimp Filo, Seafood Money Bag, Seafood Bon-bon, Seafood Springroll.
HPLC (High Performance Liquid
Chromatography)
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-
macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fase
gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fase diam yang juga bisa berupa
cairan ataupun suatu padatan.
Penemu Kromatografi adalah kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-
1919). Terdapat beberapa jenis kromatografi, antara lain kromatografi padatan
cair, kromatografi partisi, kromatografi penukar ion, kromatografi eksklusi,
kromatografi penukar ion (Putra, 2007).
B. Injektor (injector)
Merupakan bagian HPLC sebagai tempat untuk memasukan sampel. Sampel yang akan
dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari
material kolom. Terdapat dua model umum yaitu Stopped Flow dan Solvent Flowing.
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan yaitu Stop-Flow, aliran dihentikan,
injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi.
Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak
dipengaruhi. Septum, injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -70 atmosfir.
Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair. Partikel
kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan
penyumbatan. Loop Valve, digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ
dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai,
volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel
diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan
masuk ke dalam kolom.
C. Kolom (Column)
Kolom merupakan jantung kromatografi berfungsi sebagai pemisah antara pelarut (fase
gerak) dan komponen yang dianalisa. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada
pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kolom analitik dan kolom praparatif. Kolom analitik umumnya memiliki
diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom.
Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan
poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Kolom preparatif umumnya memiliki diameter 6 mm
atau lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar,
tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion
dan kromatografi eksklusi.
D. Detektor (Detector)
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom
(analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang baik
memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang
luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah
terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat
diperoleh.
Detektor yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang
dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor
indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi
umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya
antara lain: Detektor Fluorometer, Detektor Spektrofotometer Massa, Detektor lonisasi
nyala, Detektor Refraksi lndeks, Detektor Elektrokimia, Detektor Reaksi Kimia.
Prinsip Kerja HPLC (High
Performance Liquid Chromatograph)
Menurut Julia (1996) dalam Hendra (2007), prinsip kerja dari HPLC adalah
pemisahan absoprsi dan desorpsi yang berulang kali dari komponen yang
dipisahkan pada saat komponen tersebut dibawa oleh fase gerak mengalir
sepanjang kolom. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan kecepatan
migrasi dari masing-masing komponen yang didasarkan oleh adanya perbedaan
koofisien distribusi dari komponen tersebut antara kedua fase. Terdapat dua fase
dalam HPLC, yaitu fase normal dan fase balik.
Fase Normal, memiliki kolom dengan diameter internal 4.6 mm (dan mungkin
kurang dari nilai ini) dengan panjang 150 sampai 250 mm diisi dengan partikel
silika yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya heksan. Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang
polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom.
Fase balik memiliki ukuran kolom sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non
polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya
secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Pelarut polar yang digunakan
berupa campuran air dan alkohol seperti metanol. Air mengandung buffer atau
garam untuk membantu dalam pemisahan komponen analit.
Waktu Retensi
Waktu retensi adalah waktu yang dibutuhkan oleh
senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju
detektor.
Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana
sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan
ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu.
Waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung
pada tekanan yang digunakan, kondisi dari fase diam
(tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga
pada ukuran partikel), komposisi yang tepat dari
pelarut, temperatur pada kolom (Putra, 2007).
Pengolahan Data
Output akan direkam sebagai rangkaian
puncak-puncak, dimana masing-masing
puncak mewakili satu senyawa dalam
campuran yang melalui detektor dan menyerap
sinar UV.
Selain itu waktu retensi juga digunakan untuk
membantu mengidentifikasi senyawa yang
diperoleh.
Kelebihan dan Keuntungan HPLC
HPLC merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia, termasuk metode
analisia terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan dan
fase diam cairan atau padat.
Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya (Done
dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson
dan Stevenson, 1978 dalam Putra, 2007) antara lain, mampu memisahkan
molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya, kecepatan
analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi /
kerusakan bahan yang dianalisis, resolusi yang baik, dapat digunakan
bermacam-macam detektor, kolom dapat digunakan kembali, dan mudah
melakukan "sample recovery".