Anda di halaman 1dari 11

Penegakan Hukum Dan Kode Etik

Penyelenggara Pemilihan 2020

Oleh :

Dr. Mohammad Ilham Agang, S.H., M.H.

Tarakan, 5 Juni 2020


Pendahuluan
 Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota (Pemilihan) merupakan sarana untuk
memfasilitasi transfer atau pergantian kekuasaan pemerintahan di tingkat lokal
secara damai dan demokratis;
 Pemilihan Tahun 2020 akan diselenggarakan di 270 daerah, meliputi: 9
provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Pelaksanaan pemungutan suara
awalnya dijadwalkan tanggal 23 September 2020;
 Pemerintah menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2020, yang mengatur
pemungutan suara diselenggarakan pada bulan Desember 2020, namun
dengan ketentuan yang fleksibel (dapat diubah) mengingat tidak adanya
kepastian berakhirnya penyebaran Covid-19. Kemudian Perppu disetujui oleh
DPR menjadi UU No. 2 Tahun 2020;
Lanjutan......

 Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dilaksanakan oleh Komisi II DPR,
hari Rabu, tanggal 27 Mei 2020, Komisi II DPR, Kemendagri dan KPU
menyetujui pemungutan suara serentak dilaksanakan pada tanggal 9
Desember 2020;
 Pemerintah berpendapat dunia kerja tidak mungkin selamanya dilakukan
pembatasan, roda perekonomian harus tetap berjalan, sehingga pasca
pemberlakuan PSBB, perlu dilakukan upaya mitigasi dan kesiapan tempat
kerja seoptimal mungkin sehingga dapat beradaptasi melalui perubahan pola
hidup pada situasi COVID-19 (New Normal).
Penegakan Hukum
KONSEP PENEGAKAN HUKUM PEMILIHAN
Bersifat KOREKTIF, penegakan hukum yang
memungkinkan untuk mengubah atau
membatalkan keputusan. (Penyelesaian sengketa,
penyelesaian pelanggaran administrasi,
TINDAKAN DALAM
PEMILIHAN YANG TIDAK PENEGAKAN perselisihan hasil pemilihan umum)

SESUAI PERUNDANG-
UNDANGAN (SENGKETA, HUKUM
PELANGGARAN, ATAU Bersifat PUNITIF, memungkinkan adanya
TINDAK PIDANA) PEMILIHAN penjatuhan sanksi, baik administratif maupun
pidana, kepada pelaku pelanggaran. (Penanganan
tindak pidana pemilihan, penyelesaian pelanggaran
administrasi TSM)

HAK MEMILIH
(RIGHT TO VOTE)
MELINDUNGI DAN PEMILIHAN JUJUR DAN ADIL
MEMULIHKAN HAK PILIH
HAK DIPILIH
(RIGHT TO BE CANDIDATE)
SUBSTANSI HUKUM
Kerangka Hukum Pemilihan yang baik,
mulai dari UU, Peraturan KPU, Peraturan
Bawaslu, dll
FAKTOR-FAKTOR
YANG STRUKTUR HUKUM
MEMPENGARUHI Penyelenggara Pemilihan yang Berintegritas,
KEBERHASILAN Penegak Hukum yang profesional, Peradilan
PENEGAKAN HUKUM yang Independen
PEMILIHAN
BUDAYA HUKUM
Kepatuhan Penyelenggara, Peserta, dan
Pemilih/Masyarakat terhadap Peraturan
Perundang-undangan

Keterangan: Merujuk pada teori sistem hukum Lawrence M. Friedman


Penegakan Hukum Pemilu
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu-lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Jika melihat pada standar
terakhir (kepatuhan dan penegakan hukum pemilu), adalah
penting untuk memastikan pelaksanaan pemilu yang adil.
ETIKA PENYELENGGARA
PEMILIHAN
Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah suatu kesatuan asas
moral, etika, dan filosofi yang menjadi pedoman perilaku
bagi Penyelenggara Pemilu berupa kewajiban atau larangan,
tindakan dan/atau ucapan yang patut atau tidak patut
dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu*
*(Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 1 Angka 4)
INTEGRITAS & MENTALITAS PENGAWAS PEMILU
JUJUR
Pengawas Pemilu dalam menjalankan tugas mengedepankan kejujuran, dan memiliki niat semata-
mata agar pemilihan terselenggara dengan jujur dan adil
0
1
MANDIRI
0 Pengawas Pemilu menolak campur tangan dan pengaruh siapapun yang mempunyai
INTEGRITAS 2 kepentingan atas perbuatan, tindakan, keputusan dan/atau putusan yang diambil
BERPEDOMAN
PADA PRINSIP
0 ADIL
Pengawas Pemilu menempatkan segala sesuatu sesuai hak dan kewajibannya;
3
0
4 AKUNTABEL
Pengawas Pemilu dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

MENTALITAS, Selain memiliki integritas, pengawas pemilu juga harus memiliki keberanian dalam melakukan tindakan

Keterangan: Konsep integritas merujuk pada Kode Etik Penyelenggara Pemilu


INTELEKTUAL QUOTIENT (IQ)
Teknis, Data, Profesi, Tupoksi, Gaji,
Tunjangan, dll

PENYELENGGARA EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)


PEMILIHAN Reward, Apresisasi, Pertemanan,
Komunitas,

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ)


Visi, Misi, Tujuan Penyelenggara Pemilihan
yang Berintegritas, Penegak Hukum yang
profesional, Peradilan yang Independen

Dr (HC) Ary Ginanjar Agustian (ESQ 165)


KASUS PENYELENGGARA PEMILIHAN
 Kasus Kode Etik Ad Hoc Kpu Kabupaten Nunukan Nomor :
02/Hk.06.4/6503/KPU-kab/VII/2019.

KASUS PENYELENGGARA DI KABUPATEN MALINAU


PUTUSAN DKPP NOMOR : 189-PKE-DKPP/VII/2019
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai