Anda di halaman 1dari 9

NANOTEKNOLOGI DALAM

BIDANG PERTANIAN
Pada bidang pertanian, teknologi nano digunakan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman, kualitas produk, penerimaan konsumen dan efisiensi penggunaan sumber
daya.
Perez-de- Luque dan Hermosín (2013) membagi penerapan teknologi nano dalam
bidang pertanian menjadi tiga:
(1) formulasi nano agrokimia untuk penerapan pestisida dan pupuk pada tanaman
dengan menggunakan tiga tipe material nano, yaitu polimer organik, senyawa
inorganik, dan material hibrid (komposit nano);
(2) potensi pengembangan perangkat nano (nanodevices) untuk manipulasi genetik
tanaman; dan
(3) penerapan sensor nano dalam produksi tanaman untuk identifikasi penyakit dan
residu agrokimia.
Pupuk NANO
Di Indonesia telah dikembangkan oleh BPPT yang disebut
sebagai pupuk lepas lambat atau SRF (Slow Release Fertilizer) .
Prinsip utama dari pupuk nano yaitu meningkatkan efisiensi
pupuk melalui pengaturan pelepasan nutrisi. Daya serap
tanaman terhadap pupuk dapat meningkat dikarenakan
semakin kecil ukuran partikel pada pupuk, maka luas permukaan
material pupuk tersebut semakin meningkat. Selain itu, pori –
pori pada tanaman juga memiliki ukuran dalam skala nano
sehingga ada kesesuaian antara ukuran partikel pupuk dengan
pori pada tanaman.  
Pestisida Nano
dikembangkan dengan menggunakan Cu, SiO2, ZnO,

dan TiO2 yang dibentuk menjadi partikel  nano besi-


oksida.
Partikel nano ini dapat melindungi tanaman dengan
menghambat pertumbuhan patogen pada tanaman.
Contoh, penggunaan nano silika dapat membunuh
serangga patogen tanaman apabila terserap ke dalam
lapisan kutikula pada kulit serangga. Hal ini
dikarenakan sifat dari nano silika yang hidrofobik
sehingga dapat dengan mudah menempel pada kulit
serangga yang juga bersifat hidrofobik.
Sensor Nano

Sensor nano sebagai salah satu teknologi nano yang berperan penting untuk
mendeteksi dan memantau pertumbuhan tanaman, penyakit, toksisitas,
kualitas tanah, serta mengontrol keseluruhan aspek keamanan dari tanaman
budidaya tersebut.Sensor nano dibagi menjadi 2 bagian yakni elektrikal-
sensor nano dan bio-sensor nano.
Salah satu model dari sensor nano ini yaitu sensor nano elektroda emas yang
dimodifikasi dengan partikel nano tembaga. Sensor nano ini dapat
mendeteksi serangan jamur patogen dengan menghitung total asam salisilat
yang dihasilkan pada tanaman tersebut. Asam salisilat merupakan salah satu
senyawa yang dijadikan indikator dalam mengukur tingkat stress pada
tanaman.
Pupuk Hayati Ultra Gen atau Bravo nature
Dalam proses produksi Pupuk Hayati
ULTRA GEN (pupuk nano), terjadi
penguraian struktur dari unsur hara yang
ada menjadi struktur atom terkecil (nano)
oleh mikroba yang ada.
Pupuk yang menggunakan teknologi nano
bermafaat untuk meningkatkan
penyerapan hara, perlindungan tanaman
dari hama penyakit, serta meningkatkan
hasil produktifitas tanaman dengan
efisiensi dan penghematan sumber daya
lahan.
Hidrogel
benda berupa serbuk cristal atau berbentuk butiran bulat.
merupakan kristal polimer yang berfungsi menyerap dan
menyimpan air dan nutrisi untuk tanaman dalam jumlah besar.

Hidrogel dapat terurai melalui pembusukan


oleh mikroba sehingga produk ini aman
digunakan. Hidrogel tidak larut dalam air tetapi
dia hanya menyerap dan akan melepaskan air
dan nutrisi secara proporsional pada saat
dibutuhkan oleh tanaman. Dengan demikian
tanaman akan selalu mempunyai persediaan
air dan nutrisi setiap saat karena hidrogel
berfungsi menyerap dan melepaskan
nanobiosilika cair
Terbuat dari limbah sekam padi.
Produk ini telah diujicoba pada skala
lapang di 17 Provinsi pada tanaman
padi sawah, lahan kering dan rawa,
serta tanaman bawang merah
dataran tinggi.

Penggunaan nanobiosilika pada tanaman padi dapat meningkatkan ketahanan terhadap


hama penyakit dan mampu memberikan tambahan produksi hingga 1,4 ton GKP per
hektare (ha). Sedangkan pada tanaman bawang merah dapat memberikan tambahan
produksi hingga 2 ton per hektare.

Anda mungkin juga menyukai