Anda di halaman 1dari 3

PERAN NANOTEKNOLOGI DI INDONESIA

DALAM BIDANG PERTANIAN

Akhir- akhir ini banyak kita lihat sawah- sawah yang kering karena musim kemarau
yang berkepanjangan dan kurang bisa ditangggulangi dengan efektif. Hal itu sudah
menunjukkan kualitas pertanian di negara ini semakin menurun. Jika hal tersebut dibiarkan
tidak menutup kemungkinan pertanian di Indonesia ini akan semakin mengalami kemunduran.
Padahal Indonesia adalah negara dengan tanah yang subur, sehingga sektor pertanian menjadi
sektor yang paling mungkin dikembangkan serta menguntungkan. Melihat kualitas pertanian
di Indonesia yang seperti ini, memang sangat dibutuhkan teknologi yang dapat membantu dan
mempermudah pertanian. Teknologi itu nantinya diharapkan mampu menjadikan pertanian di
Negara Indonesia kembali pada kualitas yang baik dan dapat mengembangkan sumber daya
manusia.
Perkembangan teknologi telah memainkan peran penting dalam meningkatkan daya
saing industri di tingkat global. Salah satu teknologi tersebut adalah nanoteknologi. Dewasa
ini salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan para ahli terkait dengan pengembangan
teknologi pertanian menggunakan nanoteknologi. Nanoteknologi merupakan ilmu dan
rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala
nanometer. Definisi lain mengatakan bahwa, nanoteknologi adalah pemahaman dan kontrol
materi pada dimensi 1-100 nm dimana fenomena-fenomena unik yang timbul dapat digunakan
untuk aplikasi-aplikasi baru. Nanoteknologi memiliki wilayah dan dampak aplikasi yang luas
mulai dari bidang material maju, energi, transportasi, ruang angkasa, kedokteran, lingkungan,
IT sampai pertanian.
Nano teknologi ini, sudah di aplikasikan dalam bidang teknologi pertanian misalnya
dalam nano-modifikasi benih dan pupuk atau pestisida. Dengan adanya nano teknologi dalam
pertanian akan dapat meningkatkan produktivitas pertanian, kualitas produk, penerimaan
konsumen dan efisiensi penggunaan sumber daya. Akibatnya, ini akan membantu mengurangi
biaya pertanian, meningkatkan nilai produksi dan meningkatkan pendapatan pertanian. Ini
juga akan menyebabkan konservasi dan meningkatkan kualitas sumber daya alam dalam
sistem produksi pertanian.
Kolaborasi dari nanobioteknologi dan nanomaterial mengkaji tentang susunan
genetika tanaman serta rekayasa jaringan untuk menghasilkan varietas tanaman yang kebal
terhadap perubahan iklim. Dari informasi genetik yang diperoleh, nanobioteknologi
mengupayakan untuk menginsersi DNA unggul (DNA yang mempunyai sifat tahan terhadap
perubahan iklim) untuk ditanamkan (transplantasi) pada modus DNA sel tanaman yang akan
dijadikan induk. Dalam kajian yang lebih luas, ternyata nanoteknologi dalam pertanian juga
menangani ranah perunutan penyakit tanaman dan intensifikasi pemupukan. Perunutan
penyakit tanaman dilakukan dengan teknik penyisipan partikel berukuran nano (sebagai
pelacak) ke dalam tubuh tanaman dan dibiarkan menyebar ke seluruh jaringan untuk
mendeteksi lokasi sumber penyakit berada. Setelah sumber penyakit ditemukan, maka
pengobatan akan lebih efektif dan efisien.
Pupuk nano menawarkan efisiensi dan penghematan. Teknologi nano bisa membawa
manfaat besar dan mendalam pada sistem pemupukan dan perlindungan tanaman dengan
kepraktisan, ketepatan, efisiensi dan penghematan. Makalah diskusi IFPRI mengungkapkan
berdasarkan berbagai hasil penelitian di mancanegara. Diutarakan, efisiensi penggunaan
nitrogen pada sistem konvensional fertilizer saat ini rendah, kehilangan mencapai sekitar 50-
70%. Pupuk nano memiliki peluang untuk mengurangi secara sangat berarti dampak terhadap
energi, ekonomi dan lingkungan dengan cara mengurangi kehilangan nitrogen oleh
perembesan, emisi dan pergabungan jangka panjang dengan mikroorganisme tanah.
Kelemahan ini bisa diatasi dengan sistem pelepasan pupuk menggunakan teknologi nano.
Sistem pelepasan hara pada teknologi nano memanfaatkan bagian-bagian tanaman
berskala nano yang bisa mengurangi kehilangan nitrogen. Pupuk yang dienkapsulasi dalam
partikel nano akan meningkatkan penyerapan hara. Pada generasi lanjut pupuk nano,
pelepasan pupuk bisa dipicu dengan kondisi lingkungan atau dengan pelepasan pada
waktunya. Pelepasan pupuk dengan lambat dan terkendali berpotensi menambah efisiensi
penyerapan hara. Pupuk nano yang menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan perekatan
granula pupuk yang bisa larut memberi keuntungan karena biaya pembuatannya lebih rendah
dibanding pupuk yang bergantung pada bahan pelapis hasil manufaktur. Pupuk yang dilepas
dengan lambat dan terkendali bisa pula memperbaiki tanah dengan cara mengurangi efek
racun yang terkait dengan aplikasi pupuk secara berlebihan. Pada teknologi nano yang sedang
dikembangkan sekarang, zeolit telah dipergunakan sebagai pemeran mekanisme pelepasan
pupuk.
Zeolit merupakan mineral yang kelimpahanya tinggi dan tersebar luas di Indonesia.
Mineral ini ditemukan lebih dari 200 tahun yang lalu oleh Cronstedt di dalam bebatuan yang
digunakan sebagai bahan bangunan. Spesies baru ini adalah suatu aluminosilikat kristalin
berpori yang kemudian diberi nama zeolite atau batu yang dapat mendidih. Mordenit
merupakan salah satu anggota group zeolit yang penyebarannya di alam cukup banyak.
Mordenit termasuk kelompok zeolit mikropori dengan struktur kristal orthorombik dengan
kanal-kanal atau saluran-saluran terbuka yang memungkinkan air dan ion-ion berukuran besar
keluar dan masuk saluran-saluran tersebut. Ukuran saluran-saluran tersebut beragam
sehingga mordenit dapat berfungsi sebagai penyaring molecular dan adsorben.
Dengan adanya penemuan-penemuan tersebut baik yang masih diteliti ataupun
dikembangkan, dan didukung dengan luasnya lahan pertanian Indonesia. Maka dari itu,
diharapkan dapat memperbaiki kuantitas serta kualitas pertanian Indonesia. Mampu
memanfaatkan lahan pertanian secara efektif agar dapat memenuhi pangan nasional sehingga
kesejahteraan rakyat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai