Anda di halaman 1dari 11

DEEP VEIN TRHOMBOSIS

ASMAUL HUSNA
1811401045
FISIOTERAPI 4B
Defenisi

Deep vein thrombosis (DVT) adalah bekuan darah di


vena dalam yang sebagian besar tersusun atas fibrin,
sel darah merah, serta sebagian kecil komponen
leukosit dan trombosit.
Pembuluh darah vena yang terkena biasanya terletak
jauh di dalam otot kaki tetapi juga bisa dalam area
lainnya, gumpalan (trombus) menyebabkan aliran
darah melambat.
Daerah tersebut akan mengalami penyumbatan yang
mengakibatkan terjadi pembengkakkan, kemerahan,
dan menyakitkan.
PATOLOGI

Thrombosis dapat melibatkan kantong katup dan merusak


fungsi katup. Katup yang tidak berfungsi atau inkomptemen
mempermudah terjadinya statis dan penimbunan darah di
ekstremitas.
Trombofelitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya
disertai pembekuan darah. Ketika pertama kali terjadi
bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas
tanpa disertai peradangan, maka proses ini dinamakan
Flebotrombosit.
Gangguan ini dapat menyerang dengan baik vena supervisial
mapun vena dalam tungkai. Pada vena supervisial, vena
safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam
tungkai yang sering terkena adalah vena iliofemoralis.
Etiologi

Segala kondisi yang mengakibatkan rusaknya tunika intima (endothelium) dan


lambatnya aliran darah
Adapun kondisinya yaitu:
Kerusakan sel endotel
a. Lupus eritematous
b. Penyakit Burger’s
c. Giant cell arteritis
d. Penyakit Takayasu
Hiperkoagulasi
a. Resistensi aktif protein C
b. Sindrom antifosfolipid
c. Defisiensi Antitrombin III
d. Defisiensi Protein C dan S
e. Disfibrogenemia
Stasis
a. Gagal jantung kongestif
b. Hiperviskositas
c. Tirah baring yang terlalu lama
d. Gangguan neurologik dengan hilangnya mekanisme pompa otot.
Fraktur à pembuluh darah tertekan oleh callus
varises lanjut (kronis)
Lambatnya aliran darah, karena :
a. Kompresi vena pada pelvic
b. Hypercoagulasi
c. Penyakit paru, jantung
Faktor resiko timbulnya trombosis vena adalah sebagai berikut :

 Defisiensi Anto trombin III, protein C, protein S dan alfa 1 anti


tripsin.
 Pada kelainan tersebut di atas, faktor-faktor pembekuan yang aktif
tidak di netralisir sehinga kecendrungan terjadinya trombosis
meningkat.
Tindakan operatif
 Terlepasnya plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah karena
trauma pada waktu di operasi.
 Statis aliran darah karena immobilisasi selama periode preperatif,
operatif dan post operatif.
 Menurunnya aktifitas fibrinolitik, terutama 24 jam pertama
sesudah operasi.
 Operasi di daerah tungkai menimbulkan kerusakan vena secara
langsung di daerah tersebut.
 Kehamilan dan persalinan
Infark miokard dan payah jantung
Immobilisasi yang lama dan paralisis ekstremitas.
Obat-obatan konstraseptis oral
Obesitas dan varices
Intervensi Fisioterapi

Posisi pasien tidur terlentang, tungkai dielevasikan,


Fisioterapis pada posisi diagonal, sambil melakukan :
Bed rest merupakan hal terakhir yang dilakukan setelah
dilakukan kompresi kaki dan ambulasi pada pasien yang
sudah menderita DVT. Perkembangan thrombus jarang
terjadi dan kurang berat pada kelompok ambulasi.
Terapi fisik harus diberikan lebih dini untuk pasien DVT.
Pada pasien post-operasi, dapat dilakukan latihan range
of motion, latihan berjalan, dan latihan isometrik, yang
dapat dimulai pada hari pertama setelah operasi.
Terapi manual
Terapi yang efektif pada pasien trauma (dengan
antikoagulan) untuk mencegah DVT yakni gerakan
pasif yang berkelanjutan. Misalnya menggerakan
sendi kaki secara pasief sebanyak 30 kali dalam satu
menit.
Protesa-Ortesa
Penggunaan stoking kompresi elastic (ECS) setelah
menderita DVT untuk mengurangi gejala dan tanda
selama latihan tidak memberikan hasil yang konklusif
Exercise

•Posisi pasien tidur terlentang, tungkai dielevasikan, Fisioterapis pada posisi


diagonal, sambil melakukan
1.Stroking (usap degan adanya tekanan)
•Dilakukan dengan bedak, dimulai dari daerah proksimal ke distal (gerakan ke
arah proksimal), juga diberikan squezing kneading dan efflurage.
•Metode Bisgard Exercise massage (latihan) dimulai dari proksimal ke distal
•Berikan perhatian pada Tendo Achilles dan lekukan malleolus lateralis dan
medialis
2. Bandaging
3.Remedial exercise
Saat bandage / lepas bandage dimulai dengan gerakan pasif, yaitu : dilakukan
pasif stretching karena biasanya ada kontraktur akibat tirah baring lama pada
akhir gerakan diberikan traksi stretching force lepas perlahan-lahan (dilakukan
pada ankle).
4. Mobilisasi pasif pada knee
5. Active movement pada ankle
6. Bila terjadi ulcer daerah tepi ulcer diberikan friction dan juga movement dari
luka.
SYUKRON

Anda mungkin juga menyukai