Anda di halaman 1dari 12

Anatomi

Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker
ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya
obstruksi saluran kemih.
Etiologi

Penyebab terjadinya hiperplasia prostat hingga sekarang


masih belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat
adalah:

1) Teori dihidrotestosteron
2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
4) berkurangnya kematian sel (apoptosis)
5) teori stem sel
1) Teori dihidrotestosteron

2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen- testosteron

Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap.

Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel


kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap
rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
3) Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara
tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor)
tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu
sendiri secara intrakrin dan atuokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin.
Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.

4) Berkurangnya kematian sel prostat


Program kematian sel (apoptosis) : mekanisme fisiologik untuk mempertahankan
homeostasis kelenjar prostat.

Pada jaringan normal : terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian
sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah
sel-sel prostat meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.

Faktor-faktor yang menghambat proses apoptosis belum dapat diterangkan secara pasti.
Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel. Estrogen
diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostat, sedangkan faktor pertumbuhan TGFβ
berperan dalam proses apoptosis.
5) Teori sel stem

Didalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem.

Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormon


androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti
yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis.

Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai


ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
Epidemiologi

BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia


60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga
90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Angka
kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum
pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital
prevalencedi Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 1994-
2013 ditemukan 3.804 kasus dengan rata-rata
umur penderita berusia 66,61 tahun.
Diagnosis

1. Anamnesis
Anamnesis meliputi:

• Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan itu


mengganggu
• Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia
(pernah mengalami cedera, infeksi, kencing berdarah
(hematuria), kencing batu atau pembedahan saluran kemih)
• Riwayat kesehatan secara umum dan keadaam fungsi seksual
• Riwayat konsumsi obatt yang dapat menimbulkan keluhan
berkemih
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa lower
urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas:

Gejala iritasi Gejala obstruksi (voiding symptoms) Gejala


(storage symptoms) pasca berkemih
Urgensi Hesitansi (jika ingin miksi harus menunggu Dribbling (menetes setelah miksi)
Frekuensi (miksi sering) lama) Incomplete emptying
Disuria Weak stream (pancaran miksi melemah) (pengosongan tidak sempurna)
Nokturia Intermittence (miksi putus-putus)  
  Straining (harus mengedan)
 

Skor keluhan
Salah satu sistem penskoran yang digunakan secara luas adalah
International Prostate Skoring System (IPSS)

Berat-ringannya keluhan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang


diperoleh, yaitu: skor 0-7 ringan, 8-19 sedang, dan 20-35 berat.
Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih
bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis) atau demam (infeksi/
urosepsis).
 

Gejala di luar saluran kemih


Keluhan pada penyakit hernia inguinalis/hemoroid sering
mengikuti penyakit hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit
ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.
2. Pemeriksaan Fisik

Mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah
supra simfisis akibat retensi urine.

Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari yaitu


merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.

Colok dubur diperhatikan:


(1)Tonus sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya
kelainan buli-buli neurogenik
(2)Mukosa rektum
(3)keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi
prostat, simetri antar lobus dan batas prostat.

Colok dubur pada pembesaran prostat benigna :


• Konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung,
• Lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Sedimen urin
2) Kultur urin
3) Faal ginjal
4) Gula darah
5) Penanda tumor prostate specific antigen (PSA)

b. Pencitraan
6) Foto polos abdomen
7) Pemeriksaan PIV (Pielografi IntraVena)
8) Pemeriksaan ultrasonografi transrektal atau TRUS

c. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara
mengukur:
9) Residual urine
10)Pancaran urine atau flow rate

Anda mungkin juga menyukai