Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN PENDAMPINGAN

PERHUTANAN SOSIAL
DAN TEKNIS PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL

Kupang , 24 s.d 25 Juni 2019

BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN


LINGKUNGAN
WIL. JAWA BALI NUSA TENGGARA
KEPALA SEKSI KEMITRAAN LINGKUNGAN
REALISASI
NO PROVINSI Alokasi Capaian JML SK (Unit) JML KK
LUAS (Ha) LUAS (Ha)
1 ACEH 509,634 127,678.12 40 13,670
2 SUMATERA UTARA 579,685 60,289.30 103 13,716
CAPAIAN PERHUTANAN SOSIAL 3 SUMATERA BARAT 653,689 223,524.24 231 125,487
4 RIAU 1,084,512 87,613.29 51 16,174
SAMPAI DENGAN 13 Mei 2019 5 JAMBI 392,730 180,715.61 377 28,538
6 SUMATERA SELATAN 361,897 103,672.68 142 22,269
Realisasi per Skema
7 BENGKULU 147,989 58,726.28 116 11,874

REALISASI 8
9
LAMPUNG
KEP BANGKA BELITUNG
379,224
142,117
200,743.22
37,875.79
273
350
70,699
8,853
NO SKEMA LUAS (HA)
10 KEP RIAU 205,274 26,661.00 17 2,734
3.073.675,98 Ha 11 JAKARTA - - - -
1 HD 1,324,720.21
2 HKM 637,865.82
12 JAWA BARAT 12,230 27,963.53 94 16,209
3 HTR 338,105.68
± 662.333 KK 13 JAWA TENGAH 19,812 29,628.89 57 12,327
4 KEMITRAAN KEHUTANAN 14 YOGYAKARTA 3,472 1,565.88 45 5,005
A. KULIN KK 274,188.46 5.615 Unit SK 15 JAWA TIMUR 26,557 79,057.49 121 52,930
B. IPHPS 25,814.59 16 BANTEN 2,224 17,328.95 19 5,040
5 HA*) 472,981.22 Ijin/Hak 17 BALI 14,052 12,140.13 72 29,087
JUMLAH 3,073,675.98
18 NUSA TENGGARA BARAT 345,251 27,775.68 88 18,772
*) 19 NUSA TENGGARA TIMUR 566,513 44,595.15 165 12,256
- Penetapan Hutan Adat = 21.935,34 Ha
Realisasi per Tahun 20 KALIMANTAN BARAT 1,387,949 378,305.05 132 39,702
- Wilayah Indikatif Hutan Adat = 451.045,88

1,235,176.55
Ha 21 KALIMANTAN TENGAH 1,371,896 194,027.62 137 18,850
22 KALIMANTAN SELATAN 152,353 57,917.29 105 10,612
23 KALIMANTAN TIMUR 399,452 152,661.28 80 6,382
24 KALIMANTAN UTARA 236,975 62,417.91 67 9,072

614,023.80
25 SULAWESI UTARA 115,112 30,675.01 171 3,091
519,004.26
455,845.87

26 SULAWESI TENGAH 379,105 188,909.58 1,194 18,383


27 SULAWESI SELATAN 403,162 216,192.21 515 42,729
280,534.0
151,067.03

28 SULAWESI TENGGARA 330,238 63,809.32 142 11,350


156,038.0
105,897.0

98,558.47

61,529.0

29 GORONTALO 44,615 12,966.01 101 5,465


32,276.0
26,059.0
3,246.0

1,308.0

30 SULAWESI BARAT 92,257 32,681.59 434 2,729


126.0

506.0
165.0

264.0

31 MALUKU 253,887 99,308.00 85 16,140


32 MALUKU UTARA 178,985 105,618.89 41 8,015
2007- 2015 2016 2017 2018 2019 33 PAPUA BARAT 626,357 40,122.00 22 1,383
2014
34 PAPUA 2,428,521 90,508.99 28 2,790
Luas (Ha) Jumlah KK Jumlah Unit SK TOTAL 13,847,726 3,073,675.98 5,615 662,333
ALUR PENGEMBANGAN
PERHUTANAN SOSIAL

OUTPUT
Masyarakat
sejahtera
dan hutan
lestari
PENDAMP Desa
INPUT ING Sentra
Produksi
● SK akses HANDAL berbasis
kelola Pelaku masyarakat
Perhutanan Kriteria, Tutupan
Sosial kompetens lahan
● Kelompok i meningkat
Tani/KTH Proses Keseimban
● Rencana pendampi gan
kelola/usaha ngan ekosistem
Monev dan terjaga
pelaporan Menurunka
n konflik
tenurial
Kemandiria
KEBIJAKAN PENDAMPINGAN PERHUTANAN SOSIAL
(PASKA IZIN )

Perdirjen PSKL Nomor : P.1/PSKL/KELING/KUM.1//1/2019


PANDUAN UMUM PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL
OUTLINE PANDUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB III PENYELENGGARAAN PENDAMPINGAN
A. Latar Belakang MASYARAKAT PERHUTANAN SOSIAL
B. Maksud dan Tujuan A. Standar dan Kompetensi Tenaga Pendamping
B. Alur Pemetaan dan Hubungan Kelembagaan
C. Dasar Hukum Penyelenggaraan Pendampingan
C. Sinergitas Kolaborasi Multi Pihak Pendampingan
D. Pemantauan dan Pelaporan Pendampingan

BAB II KERANGKA REGULASI


PENDAMPINGAN PERHUTANAN SOSIAL
A. Pendampingan yang dilakukan pada
tahap sebelum masyarakat mendapatkan BAB IV TATALAKSANA PENDAMPINGAN
hak/izin akses kelola hutan PERHUTANAN SOSIAL
A. Pemetaan Calon Tenaga Pendamping
(pendampingan pra izin)
B. Pelatihan/ Pembekalan Calon Tenaga Pendamping
B. Pendampingan yang dilakukan pada C. Penjaringan Calon Tenaga Pendamping
tahap setelah masyarakat memperoleh D. Penataan dan Penetapan Tenaga Pendamping
izin akses kelola hutan (pendampingan E. Pembiayaan Pendampingan
pasca izin) F. Monitoring dan Evaluasi Tenaga Pendamping
G. Pelaporan

BAB V PENUTUP
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhutanan Sosial >>> Program Pemberdayaan Masyarakat:
- Mengurangi Kemiskinan
- Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
- Mengurangi Ketimpangan pada Hak atas pengelolaan kawasan hutan
- Menjaga kelestarian hutan

Dalam rangka mempercepat pelaksanaan dan peningkatan kualitas


penyelenggaraan program perhutanan sosial dibutuhkan Pendampingan
Masyarakat Perhutanan Sosial (PMPS) setelah mendapatkan izin akses
kelola.

Pemenuhan target
pendampingan masyarakat
paska izin

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan


Lingkungan perlu dan urgent untuk menyusun Panduan
Umum Pendampingan Perhutanan Sosial (PMPS)
B. Maksud dan Tujuan

Sebagai acuan dalam melaksanakan pendampingan


MAKSUD masyarakat yang telah mendapatkan izin akses kelola
hutan bagi berbagai pihak terkait.

Agar proses pendampingan masyarakat Perhutanan


Sosial yang telah mendapat izin akses kelola hutan
TUJUAN dapat berjalan optimal dalam mencapai tujuan akhir
program Perhutanan Sosial yakni terwujudnya hutan
lestari masyarakat sejahtera.
II. KERANGKA REGULASI PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL
SECARA UMUM
PERMENHUT No. PERMENLHK No
P.29/MENHUT/II/2013 tentang
89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/
Pedoman Pendampingan
Kegiatan Pembangunan 8/ 2018 tentang Pedoman
Kehutanan Kelompok Tani Hutan.

SECARA SPESIFIK
PERMENLHK No.
PERMENLHK No 39/MENLHK/SETJEN/KUM.
83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/ 1/10/2016 Tentang
10/2016 tentang Perhutanan Perhutanan Sosial di
Sosial Wilayah Kerja Perhutani
3 HAL KEGIATAN PENDAMPINGAN PASKA IJIN
BERDASARKAN PERMEN: P/83/2016 DAN P39/2017

1. Pendampingan dalam tata kelola:


 Penandaan batas areal kerja
 Penguatan kelembagaan
 Pemulihan kawasan hutan
 Perlindungan area kerja

2. Pendampingan dalam penyelesaian/


pengelolaan Konflik;

3. Pendampingan kemitraan dalam


pengembangan Usaha.
III. PENYELENGGARAAN PMPS
SUMBER TENAGA
PENDAMPING

Local
PEMERINTAH
Champions
 Penyuluh
yang bersumber
Kehutanan
 CSO/NGO/PKS dari masyarakat
Bakti
•  Keterampilan & Sumberdaya
 Praktisi setempat yang
Rimbawan
• Fasilitasi Kelompok
 Akademisi merupakan
•  Animasi Sosial
Penyuluh hasil kaderisasi
• Mediasi
Lintas & Negosiasi dan
• Memberi Dukungan
Kementerian kepeloporan
• Membangun Konsesus
• Mengorganisasikan
Standar & Kompetensi Tenaga Pendamping

Standar Minimal Tenaga Pendamping


 Warga Negara Indonesia
 Sehat jasmani dan rohani
 Berkelakuan baik dan tidak menjadi anggota parpol
 Berpendidikan minimal SMA sederajat
 Memiliki keinginan dan motivasi tinggi untuk bekerja dengan
masyarakat;& Sumberdaya
• Keterampilan
• Fasilitasi
Bebas dariKelompok
narkoba (surat keterangan)
• Animasi
Bersedia Sosial
ditempatkan sesuai dengan SK yang ditetapkan
• Mediasi & Negosiasi
• Memberi Dukungan
• Membangun Konsesus
• Mengorganisasikan
Standar Teknis/ Kompetensi Tenaga
Pendamping
 Memiliki pengalaman dalam pemberdayaan masyarakat minimal 1
tahun, kecuali bagi lulusan baru bidang kehutanan dan pertanian;
 Memiliki kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan dan tulisan
(diutamakan mampu berbahasa lokal sesuai dengan lokasi
dampingan);
 Memiliki kemampuan analisis dalam memahami kondisi biofisik
dan sosial;
 Memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap kondisi sosial di
lokasi dampingan;
• Memiliki kemampuan
Keterampilan dan fleksibilitas dalam bekerjasama dengan
& Sumberdaya
• multi pihak
Fasilitasi (instansi pemerintahan, sektor swasta dan
Kelompok
• masyarakat);
Animasi Sosial
• Mampu
Mediasi & Negosiasi
mengoperasikan Komputer/Microsoft office;
• Memberi Dukungan
• Memiliki
Membangunkemampuan
Konsesusmenulis laporan
• Mengorganisasikan
KEWENANGAN, HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
LEMBAGA/ ORGANISASI ATAU UNIT KERJA

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan

 Memetakan kebutuhan pendamping PMPS pada setiap KUPS berdasarkan kompete


nsi, jumlah dan pertimbangan gender. Pemetaan kebutuhan pendamping PMPS dila
ksanakan oleh Balai PSKL yang di koordinir Direktorat Kemitraan Lingkungan.
 Menetapkan pendamping PMPS pada setiap region atau provinsi oleh Kepala Balai
PSKL atas nama Dirjen PSKL.
 Pendamping PMPS yang telah ditetapkan perlu diberikan pelatihan/peningkatan ka
pasitas. Penyelenggaraan pelatihan dapat dikerjasamakan dengan Balai Diklat KLH
K/Balai Diklat Provinsi/Lembaga pelatihan lainnya sesuai kebutuhan.
 Menyediakan biaya pelatihan dan biaya operasional penyelenggaraan pendampinga
n sesuai keters
ediaan anggaran.
 Menyediakan pedoman penyelenggaraan pendampingan PS.
 Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaran Pendampingan PS.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM KLHK

 Menyediakan modul-modul untuk PMPS yang digunakan oleh pendamping


PMPS;
 Melakukan penilaian kebutuhan pelatihan untuk pendamping PMPS;
 Melakukan pelatihan atau pembekalan bagi pendamping PMPS;
 Memberikan penugasan kepada Penyuluh Kehutanan PNS Pusat dan Bakti
Rimbawan sebagai Pendamping PMPS;
 Melakukan pembinaan fungsional kepada semua pendamping PMPS;
 Memberikan rekomendasi kepada Dirjen PSKL dan Dinas (yang membidangi)
Kehutanan tentang perbaikan kinerja Pendamping PMPS.
Dinas (Yang Membidangi) Kehutanan Provinsi

 Memberikan penugasan kepada Penyuluh Kehutanan PNS di wilayahnya sebagai


Pendamping PMPS;
 Melakukan pembinaan teknis dan administrasi kepada penyuluh melalui KPH;
Dalam hal IPHPS di wilayah Perum Perhutani, posisi KPH digantikan oleh UPT
KLHK yang ditugaskan oleh Dirjen PSKL;
 Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PMPS yang dilakukan oleh penyuluh
berdasarkan laporan dari KPH/ UPT KLHK;
 Menyampaikan laporan pelaksanaan PMPS di wilayahnya kepada Dirjen PSKL.
PIHAK PIHAK YANG DAPAT BERSINERGI DALAM PMPS

 Kementerian sektoral terkait


 Dinas Kehutanan dan KPH
 SKPD/UPTD terkait Pemda Tingkat I dan II
 Akademisi/Perguruan Tinggi
 Dunia usaha/Sektor Swasta/BUMN
 LSM/NGO (Penggiat Lingkungan/Perhutanan Sosial)
 Lembaga Peneliti
 Lembaga Keuangan
 Local Champions (kader konservasi,kader lingkungan)
 Ormas/Orsos
Knowledge Management
Peningkatan Kapasitas

. BENTUK SINERGITAS
MULTIPIHAK DALAM
PMPS

 Pengembangan Usaha  Fasilitasi Pengadaan


(Offtaker) Sarana Prasarana
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Pendampingan

• Keterampilan & Sumberdaya


• Fasilitasi Kelompok
• Animasi Sosial
• Mediasi & Negosiasi
• Memberi Dukungan
• Membangun Konsesus
• Mengorganisasikan

Alur Data Mining SiNav PS


IV. TATALAKSANA PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL
Pelatihan/ Pembekalan
A Pemetaan Calon B.
Calon Tenaga
Tenaga Pendamping Pendamping

Penjaringan
C Calon Tenaga
G
Pelaporan Pendamping
TATALAKSANA
PEMDAMPINGAN
Monitoring Dan PS Penataan dan
F Evaluasi Tenaga D Penetapan
Pendamping Tenaga
Pendamping

Pembiayaan
E
Pendampingan
PRIORITAS PENDAMPING HUTSOS
TA 2019

1. Pendamping yang telah di SK kan BPSKL Tahun 2018


2. KUPS dengan Klasifikasi Blue dan Silver

P L AT I N U M

S I LV E R GOLD 1. Sudah ditetapkan sebagai


BLUE
1. Sudah ditetapkan sebagai KUPS KUPS
1.Sudah ditetapkan sebagai 2. Potensi usaha sudah
2. Potensi usaha sudah teridentifikasi
1.Sudah ditetapkan KUPS 3. RPHD/RKU/RPH/RKT teridentifikasi
sebagai KUPS 2.Potensi usaha sudah 4. Unit usaha 3. RPHD/RKU/RPH/RKT
teridentifikasi 5.Sudah melakukan 4. Unit usaha
2.Potensi usaha
3.RPHD/RKU/RPH/RKT pengolahan hasil/ sarana 5. Sudah melakukan
sudah teridentifikasi pengolahan hasil/ sarana
4.Unit usaha wisata
6.Sudah memiliki akses wisata
6. Sudah memiliki akses modal
modal (mandiri/ bantuan/
(mandiri/ bantuan/pinjaman
pinjaman) 7. Sudah mempunyai
7.Sudah mempunyai pasar/wisatawan (lokal)
pasar/wisatawan (lokal) 8.Sudah mempunyai
pasar/wisatawan
(regional)
KLASIFIKASI KUPS TAHUN 2016 - 2018
Papua 65 4
(Sumber ; Direktorat BUPSHA, 2019)
Papua Barat 2212
Maluku Utara 40 58
Maluku 270 29
Sulawesi Selatan 631 292 46
Sulawesi Tenggara 142 58 1
Sulawesi Utara 111 15
Sulawesi Tengah 103 93 12
Sulawesi Barat 61 55
Gorontalo 29
Kalimantan Utara 261
Kalimantan Timur 50 3.445 (85%) 1.712 (12%) 55 (2%) 33 (1%)
Kalimantan Selatan 122 81
Kalimantan Tengah 96 1
S I LV
Kalimantan Barat 73 164 2021
BLUE GOLD
ER P L AT I N U M
Nusa Tenggara Timur 6 148
1. Sudah 1. Sudah ditetapkan
Nusa Tenggara Barat 146 142
1. Sudah ditetapkan sebagai KUPS
Bali 41 75 3 1. Sudah ditetapkan
ditetapkan sebagai
Jawa Timur sebagai 2. Potensi usaha sebagai KUPS
247 122 KUPS
DI Yogyakarta 59 72 1 KUPS sudah 2. Potensi usaha
2. Potensi
2. Potensi teridentifikasi sudah teridentifikasi
Jawa Tengah 96 21 usaha
usaha sudah sudah 3. RPHD/RKU/RPH/ 3. RPHD/RKU/RPH/R
Jawa Barat 172 59
teridentifikas teridentifik RKT KT
Banten 31 i 4. Unit usaha
asi 4. Unit usaha
DKI Jakarta 0 5. Sudah melakukan 5. Sudah melakukan
3. RPHD/RK
Lampung 196 247 15
U/RPH/RK pengolahan hasil/ pengolahan hasil/
Bengkulu 52 60 T sarana wisata sarana wisata
Bangka Belitung 117 7 4. Unit usaha 6. Sudah memiliki 6. Sudah memiliki
Sumatera Selatan 45 31 9 akses modal akses modal
Jambi 225 18 (mandiri/ bantuan/ (mandiri/
pinjaman) bantuan/pinjaman
Kepulauan Riau 31
7. Sudah 7. Sudah mempunyai
Riau 31 37
mempunyai pasar/wisatawan
Sumatera Barat 66 61 pasar/wisatawan (lokal)
Sumatera Utara 57 41 (lokal) 8. Sudah mempunyai
Aceh 14 pasar/wisatawan
(regional)
BLUE SILVER GOLD PLATINUM
Status Data Pendamping Provinsi
Bali – BPSKL Jabalnur
URAIAN
DALAM
REALISASI TARGET PERSENTASE
JUMLAH PROSES
No PROVINSI JUMLAH PENDAMPING REALISASI
LUAS (Ha) JUMLAH KK SK PS SK/POTENSI
PENDAMPING 2019 (%)
(Unit) PENDAMPING
(SK-BPSKL)
4 BPSKL JABALNUR
JAWA BARAT 25,608.31 15,872 91 52
JAWA TENGAH 27,085.88 10,998 52
JAWA TIMUR 73,880.69 49,191 105
YOGYAKARTA 1,565.88 5,005 45
BANTEN 3,426.00 2,880 13
BALI 13,026.25 29,722 82 20
NUSA TENGGARA BARAT 27,648.98 18,625 87 18
NUSA TENGGARA TIMUR 44,495.15 12,150 161 24 24
Sub Total 216,737.14 144,443.00 636 62 151 25.17 76
5 BPSKL SUMATERA
SUMATERA BARAT 212,747.64 126,084 232 151
SUMATERA SELATAN 103,296.59 21,229 141 63 192
SUMATERA UTARA 64,202.21 14,294 112 40 119
BENGKULU 48,201.16 11,981 118 43 146
JAMBI 181,328.81 25,870 376 81 171
KEP BANGKA BELITUNG 37,875.79 8,853 350 32 41
KEP RIAU 36,871.00 2,877 18 15 15
LAMPUNG 202,369.89 69,893 280 382
ACEH 104,558.40 14,494 41 158
RIAU 83,928.54 16,174 50 145
Sub Total 1,075,380.03 311,749 1,718 274 460 59.57 1,520
TOTAL 2,628,423.66 638,331 5,575 813 1,215 67

Keterangan: Realisasi Sementara Penetapan SK Pendamping PS oleh 5 Wilayah BPSKL (Pertanggal 7 Mei 2019)
adalah 813 pendamping (67%) dari target pendamping PS tahun 2019 sebanyak 1.215 pendamping.
TEKNIS PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL
• Alur Pemetaan dan Penetapan Tenaga Pendamping P
en
da
m
pi
ng
an
P
er
hu
ta
na
n
S
os
ial
• Peranan Balai PSKL terkait P
Kegiatan Pendampingan PS
en
1. Memberikan bantuak teknis da
secara fungsional kepada m
pendamping PS pi
2. Melakukan pembinaan teknis dan
administrasu kepada pendamping ng
PS an
3. Melakukan koordinasi dengan P
Dinas Kehutanan Provinsi, UPT • Jumlah Pendamping
KLHK, KPH, dan Pokja PPS
er
Perhutanan Sosial di Wilayah
4. Menyelenggarakan Kerja BPSKL Jawa Bali dan
hu
pelatihan/peningkatan kapasitas Nusa Tenggara untuk tahun ta
pendamping 2019 sebanyak 151 orang, di na
5. Melakukan monitoring dan Provinsi NTT sebanyak 24
evaluasi kegiatan pendampingan n
orang.
PS diwilayah kerja S
6. Menyampaikan laporan os
pelaksanaan pendampingan PS di
wilayah kepada Dirjen PSKL ial
• Kewajiban Pendamping • Objek yang dilaporkan dalam P
Perhutanan Sosial aplikasi Simping/SiNav
en
a. Kelembagaan kelompok PS da
1. Memberikan pendampingan b. Rencana kerja kelompok PS m
berupa fasilitas, bimbingan teknis, c. Potensi areal PS
d. Potensi dan produksi usaha pi
arahan serta evaluasi
pelaksanaan kegiatan PS kelompok PS ng
2. Penyampaian dan pemutahiran e. Penghasilan penjualan produk an
data ditingkat tapak melalui kelompok PS
f. Jenis dan jumlah tanaman tegakan
P
aplikasi Simping/SiNav.
3. Menyusun rencana kegiatan g. Jenis dan jumlah tanaman er
pendampingan PS agroforestry hu
h. Pasar atau offtaker
4. Membuat laporan secara periodik ta
laporan bulanan yang berisikan i. Fasilitasi kelompok perhutanan
sosial na
perkembangan Perhutanan
Sosial. j. Fasilitasi bantuan alat ekonomi n
5. Menyusun laporan bulanan dan produktif S
laporan tahunan. k. Konflik tenurial
l. Profil pendampingan kelompok PS os
6. Mengawasi pelaksanaan kegiatan
perhutanan sosial m. Perkembangan kulitas lingkungan ial
hidup dan konservasi pada areal
perhutanan sosial
• Tahapan Pelaksanaan
Pendampingan P
BPSKL memberikan en
BPSKL membuat asistensi kepada tenaga
kontrak kerja pendamping da
dengan pendamping sebagaimana dalam m
kontrak kerja
pi
ng
Tenaga pendamping
menyusun rencana
an
kerja pendampingan P
selama 1 tahun er
hu
Tenaga pendamping ta
Tenaga pendamping
melakukan
menyampikan progres
kegiatan kepada BPSKL
na
pendampingan setiap 1 bulan (melalui n
SiNav atau laporan manual)
S
os
ial
P
• Keberhasilan perhutanan sosial tidak boleh berhenti en
pada capaian figure angka 12,7 juta ha, namun juga da
harus diiringi dengan tercapainya kualitas hasil kelola
m
kawasan hutan. Pemerataan keadilan dalam arti
pi
pengurangan kemiskinan, menurunnya tingkat konflik
dalam masyarakat, meningkatkan tutupan lahan, akan
ng
dapat dicapai dengan adanya pendampingan dari an
berbagai pihak terkait. Masyarakat pemegang izin P
memiliki hak untuk mendapatkan pendampingan er
sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk hu
memberikan dan menyediakan pendampingan bagi ta
masyarakat. na
n
• Dengan adanya kegiatan pendampingan ini, diharapkan S
tujuan pembangunan melalui program Perhutanan os
Sosial bisa terwujud, yaitu menjadikan masyarakat ial
sejahtera dan hutan lestari.....!
PENUTUP
 Sesuai peraturan yang ada, masyarakat pemegang
izin berhak untuk mendapatkan pendampingan, oleh
karenanya adalah kewajiban pemerintah untuk
menyediakan pendampingan yang memadai dengan
mengupayakan kerjasama dengan berbagai
pemangku kepentingan.
 Saat ini, keberadaan pendamping bagi masyarakat
yang telah mendapatkan izin SK kelola kawasan
hutan masih sangat terbatas baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai