Anda di halaman 1dari 4

Konferensi Asia

• Penderitaan rakyat Indonesia akibat agresi militer II telah membangkitkan rasa simpati dan
kesetiakawanan dari bangsa-bangsa di kawasan asia. Bangsa-bangsa di asia dan afrika membuat suatu
konferensi. Atas usul Myanmar dan India pada 20-23 januari 1949 konferensi akan diselanggarakan di
new delhi,india. Konferensi dihadiri pula oleh Australia dan beberapa Negara afrika
• Konferensi tersebut menghasilkan suatu resolusi tentang masalah RI-Belanda, yang isinya sebagai
berikut
• Belanda harus mengembalikan pemerintah ri ke Yogyakarta
• Pembentukan pemerintahan ad-interim yang memiliki kemerdekaan politik luar negeri sebelum 15 maret 1949
• Tentara belanda harus ditarik dari seluruh wilayah RI
• Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah republik Indonesia serikat (RIS) paling lambat 1 januari 1950
• Dalam konferensi tersebut,birma mengusulkan agar dibentuk Tentara Sukarela Asia untuk membantu
perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahnkan kemerdekaanya. Hasil keputusan Konferensi
New Delhi itu sangat menguntungkan pihak Indonesia. Dalam konferensi itu degalasi RI terdiri dari A.A
Maramis selaku Menteri Luar Negeri PDRI, Mr. Oetoyo dan Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo wakil
dagang RI di Amerika Serikat.
• Resolusi yang dihasilkan dalam konferensi itu kemudian disampaikan kepada PBB untuk dibahas. Pada 24 Januari
1949, DK-PBB mengadakan sidang membahas resolusi Negara-Negara Asia-Afrika tentang masalah RI-Belanda.
• Dalam sidang DK PBB tersebut Amerika Serikat mengajukan usul resolusi yang kemudian disetujui oleh perserta
sidang yaitu seperti berikut.
• Penghentian permusuhan
• Pembebasan Presiden RI dan para pemimpin RI yang ditawan pada 19 Desember 1948.
• Diperintahkan kepada KTN agar memberikan laporan lengkap tentang keadaan Indonesia sejak 19 Desember 1948.
• Sementara itu, politik kolonial Belanda terus mendapat kecaman dari bangsa-bangsa lain. Bahkan, Amerika Serikat
mengancam akan mencabut bantuanya dalam rangka Masrshall Plan jika Belanda tidak menghentikan tindakanya
terhadap Indonesia.
• Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang berisikan:
• Penghentian semua operasi militer dengan segera oleh Belanda, penghentian semua aktivitas gerilya oleh Indonesia dan kedua belah
pihak harus bekerja sama untuk mengadakan perdamaian kembali.
• Pembebasan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik di dalam daerah RI yang ditawan oleh Belanda sejak 19 Desember
1949.
• Belanda harus memberi kesempatan kepada pembesar-pembesar RI untuk kembali ke Yogyakarta dengan segera, agar mereka dapat
melaksanakan pasal 1 di atas dan supaya pembesar-pembesar RI melakukan kewajiban-kewajiban dengan bebas pada tingkat
pertama pemerintah di dalam kota Yogyakarta dan daerah-daerah di sekelilingnya, sedangkan kekuasan RI di daerah-daerah ri
menurut batas-batas Persetujuan Renville di kembalikan bengasur-angsur kepada RI.
• Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu secepat-cepatnya dengan dasar Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville
dan terutama berdasarkan pembentukan suatu pemerintah ad-interim federal paling lama pada 15 Maret 1949 dan pemilihan Dewan
Pembuat Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Serikat selambat-lambatnya pada 1 Juli 1949.
• Mulai sekarang Komisi Jasa-Jasa Baik (KTN) diganti namanya menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia (UNCI)
dengan tugas membantu kelancaran perundingan-perundingan, mengurus pengembalian kekuasaan RI,mengamati pemilihan umum
dan berhak mengajukan usul-usul tentang berbagai hal yang dapat membantu tercapainya penyelasian
• Pada 28 Febuari 1949, Pemerintah Belanda menugasi Dr. koets untuk
menemui Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di tempat pengasinganya
di Pulau Bangka. Tujuanya mengundang kedua pemimpin RI itu dalam
KMB yang akan diselanggarakan pada 12 Maret 1949 di Den Haag,
Belanda.
• Dalam pertemuan itu Dr. koets menyampaikan penjelasan pemerintah
Belanda sebagai berikut
• Pemerintahan Belanda akan menyelenggarakan KMB di Den Haag untuk
membahas penyerahan kedaulatan yang dipercepat.
• Penarikan pasukan-pasukan Belanda secepatanya setelah penyerahan
kedaulatan.
Perjanjian Roem-Royen
• Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda
yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
• Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi
Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.
• Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk mempertegas sikap Sri Sultan HB IX terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di
Yogyakarta, di mana Sultan Hamengku Buwono IX mengatakan “Jogjakarta is de Republiek Indonesie”
• Hasil pertemuan ini adalah:
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang
• Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:
1. Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948
2. Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan persamaan hak
3. Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia
• Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli,
kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-van Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno dan
secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.
• Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11 Agustus) dan Sumatera (15 Agustus).
Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua
Belanda.

Anda mungkin juga menyukai