Anda di halaman 1dari 6

JENIS POLA ASUH ANAK DAN

DAMPAKNYA PADA ANAK


 Sejumlah psikologi anak telah lama meneliti tentang bagaimana pola
asuh orang tua mempengaruhi perkembangan anak. Para peneliti
berpendapat bahwa ada hubungan antara pola asuh dan perilaku anak
di kemudian hari.
 Salah satu teori yang banyak digunakan ditemukan oleh psikologi
Diana Baumrind. Selama dari penelitian ini, Baumrind menemukan
tiga jenis pola asuh anak. Baumrind menyarankan agar orang tua
menggunakan salah satu menggunakan salah satu dari tiga pola asuh
anak yang berbeda.
 Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Eleanor Maccoby dan John. Dua
psikolog ini menambahkan satu pola asuh terakhir dari tiga yang
ditemukan Baumrind terlebih dahulu.
Mengutip Very Well Mind, berikut empat pola asuh
anak yang paling utama.

1. Orang Tua Otoriter


Dalam pola asuh ini, anak diharapkan untuk selalu mengikuti aturan ketat yang
ditetapkan orang tua. Kegagalan mengikuti aturan umumnya akan berujung pada
hukuman.
Lihat juga:
Tuntutan tinggi
Orang yang
Tua, dilayangkan
Kunci Anak tak sebanding dengan respons yang diberikan
Indonesia
orang tua yangMereka
pada anak. Gembirahanya berharap agar si buah hati berperilaku baik
Seutuhnya
dan tidak membuat kesalahan.

Baumrind mencatat, orang tua jenis ini berorientasi pada kepatuhan dan status.
Mereka digambarkan sebagai sosok yang mendominasi bak diktator.

Dalam penelitiannya, Baumrind menemukan, anak yang diberikan dengan orang


tua otoriter akan menjadi pribadi yang selalu patuh dan cakap. Namun sayang,
meski cakap, anak cenderung menjadi pribadi yang tidak bahagia, tak memiliki
kemampuan sosial, dan memiliki harga diri yang rendah.
2. Orang Tua Demokratis
Seperti otoriter, orang tua dengan pola asuh ini berusaha menerapkan
aturan dan pedoman untuk si buah hati. Namun, pola asuh ini lebih
demokratis ketimbang otoriter.

Orang tua berusaha tetap responsif terhadap anak dan mau


mendengarkan setiap pertanyaan si buah hati. Harapan besar pada anak
sebanding dengan kehangatan dan dukungan yang diberikan.
                                                              
Alih-alih menghukum, orang tua akan memaafkan dan tetap memberikan
dukungan saat anak mengalami kegagalan.

Demokratis menjadi pola asuh yang tegas tanpa harus membatasi anak
Baumrind mencatat, kebanyakan orang tua dengan pola asuh ini berharap
agar anak dapat bersikap tegas di kemudian hari, memiliki tanggung
jawab sosial, dan mandiri.

Kombinasi antara harapan dan dukungan ini membantu anak


mengembangkan keterampilan seperti kemandirian.

Gaya pengasuhan ini, tulis Baumrind, dapat mencetak pribadi yang


bahagia serta gigih mencapai sukses di masa depan. Ilustrasi. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap karakter anak di masa depan. (CNN
Indonesia/Adhi Wicaksono)
3. Orang Tua Permisif
Gaya permisif menjadi pola asuh terakhir yang diidentifikasi
Baumrind. Orang tua permisif terkadang juga dikenal sebagai
mereka yang gemar memanjakan dan memiliki sedikit tuntutan atau
harapan untuk si buah hati.

Namun, dalam catatan Baumrind, orang tua jenis ini lebih responsif
pada anak dibandingkan dua pola asuh sebelumnya. Pola asuh ini
lebih modern, toleran dan menghindari konfrontasi.

Sayang, pola asuh ini kerap mencetak pribadi yang tak mandiri.
Mereka cenderung mengalami masalah yang berkaitan dengan
kekuasaan dan berkinerja buruk di lingkungan sosialnya.
4. Orang Tua Lalai
Selain tiga pola asuh utama yang diperkenalkan Baumrind,
psikolog Eleanor Maccoby dan John Martin menemukan gaya
pengasuhan keempat. Pola asuh terakhir ini umumnya
ditandai dengan kelalaian orang tua.

Dalam pola asuh ini, orang tua sama sekali tidak terlibat
dengan apa pun yang terkait dengan anak. Orang tua tidak
menuntut, tak responsif, dan minim komunikasi.

Meski kebutuhan dasar anak terpenuhi, namun umumnya


mereka terlepas jauh dari kehidupan si buah hati. Mereka
hanya memastikan bahwa anak mendapatkan asupan makan
dan minum yang tepat, pulang ke rumah dengan aman, dan
hal-hal mendasar lainnya. Sementara hal-hal yang bersifat
dukungan emosional disebut nihil.

Dengan pola asuh seperti ini, anak cenderung tak memiliki


kontrol diri di kemudian hari. Pola asuh ini juga mencetak
pribadi dengan harga diri dan kompetensi yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai