Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

TRANSLOKASI IUD

Pembimbing : DR. dr. H. M. Natsir Nugroho,SpOG,Mkes

KEPANITRAAN KLINIK STASE OBGYN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. NR Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 24 Tahun Suku Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan :Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Swasta Pendidikan : S1

Alamat : Pondok Kelapa Tangga masuk RS : 26/8/16, pukul : 09.04


WIB
Anamnesis
Keluhan Utama
• Keluar darah sejak 2 minggu dari jalan lahir.

Keluhan Tambahan
• Pusing dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke Poli RS Islam Jakarta Pondok Kopi, dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 minggu yang
lalu. Darah keluar tidak terlalu banyak. Disamping itu,
pasien juga mengeluhkan pusing dan demam. Pasien tidak
tampak pucat, menyangkal muntah-muntah, BAB berdarah
maupun pengobatan yang sudah dilakukan.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Riwayat anemia, hipertensi, diabetes melitus,
asma, penyakit jantung, maupun keganasan disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak terdapat anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sam dengan pasien

Riwayat Haid
• Haid pertama : 13 Tahun
• Haid teratur : Ya
• Nyeri haid : Tidak
• Lama haid : 5 Hari
• Siklus : 24 Hari
• HPHT : Amenorea sejak nifas ± 6 bulan
Riwayat Pernikahan
• Pernikahan yang pertama, sudah berlangsung
selama 2 tahun

Riwayat Persalinan
• Pasien pernah melahirkan di bidan pada tahun 2015, jenis persalinan
spontan, jenis kelamin spontan laki-laki, berat lahir 2900 gram.

Riwayat Pengobatan
• Pasien belum meminum obat sebelumnya
untuk mengurangi keluhan
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M5V6
Berat badan : 61 kg
• Vital sign
Tekanan darah : 111/71 mmHg
Nadi : 66 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8 ᴼC
Status Generalis

Kepala dan leher


• Kepala : Normochepal
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil bulat
isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+)
• Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
• Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
• Mulut : Mukosa bibir basah (+),bibir simetris, sianosis (-), lidah
kotor (-), lidah tremor (-), faring hiperemis (-),tonsil T1-
T1.
• Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
bruit arteri karotis (-), JVP (-).
Thorax
Paru
• Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-/-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar setinggi ICS
6 midclavikulari dextra
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis terlihat pada ICS 5 midclavikula sinistra
• Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra
• Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra, Batas
kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra
• Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
• Inspeksi : Bentuk datar
• Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
• Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
• Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
• Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang

26/08/16
Pemeriksaan Hasil Hasil pemeriksaan

Hemoglobin 13.1 12.5 – 15.5


Leukosit 7.3 5.0 – 10.0
Hematokrit 39 37 - 47
Trombosit 326 150 – 400

Bleeding time 1.30 1.00 - 3.00


Cloatting time 4.00 3.00 – 6.00
USG
Diagnosis

Translokasi IUD

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

• Definisi IUD
Kontrasepsi IUD adalah alat untuk mencegah kehamilan
setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat
tidak permanen, dan memungkinkan pasangan  untuk
mendapatkan anak apabila diinginkan.

Jenis AKDR / IUD


Copper T
COPPER 7
MULTI LOAD

LIPPES LOOP
• Cara Kerja
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai
berikut:
– Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba
falopii
– Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri
– IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk
ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
– Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus.
Keuntungan
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
b. IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid
terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
a. Efek samping yang umum terjadi:
• Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
• Haid lebih lama dan banyak
• Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
• Saat haid lebih sakit
• Translokasi IUD
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan
memilih AKDR (IUD) adalah:

• Usia reproduktif
• Keadaan nulipara
• Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
• Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
• Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
• Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
• Resiko rendah dari IMS
• Tidak menghendaki metode hormonal
• Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
• Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
• Cara Pemakaian
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR
setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri).
Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu
mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam
keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid. Pemasangan AKDR dapat dilakukan
oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan
setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan
selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.8
• Definisi Translokasi IUD
Translokasi IUD adalah berpindahnya lokasi
IUD sehingga tidak berada di tempat yang
seharusnya (rongga rahim), melainkan
keluar dari rongga rahim, menembus
dinding rahim atau di rongga perut.
• Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya perforasi rahim karena penggunaan
dari IUD, yang paling penting adalah konsistensi
dan fleksibilitas rahim, jenis dan kekakuan dari
IUD serta keterampilan tenaga ahli  dan sejumlah
gaya yang diberikan pada saat dilakukan insersi
untuk memperkirakan bahwa IUD berhenti pada
titik-titik tertentu. Apabila gaya atau kekuatan
tersebut berlebihan nantinya dapat
menyebabkakn perforasi. Erosi bertahap dari
dinding rahim oleh karena keradangan kronis
juga memicu terjadinya migrasi dari IUD.
DIAGNOSIS
• Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde
uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam
rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang
terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto
Roentgen, dan jika tampak di foto AKDR dalam
rongga panggul, hendaknya dilakukan histerografi
untuk menentukan apakah AKDR terletak di dalam
atau di luar caavum uteri. Dewasa ini dapat
ditentukan dengan USG transvaginal dan
transabdominal.
Dari beberapa kasus yang dilaporkan mengenai
perforasi uterus dengan translokasi IUD ke
rectosigmoid, pada anamnesa pasien mengeluh
sakit punggung menetap dan sakit saat buang air
besar. Pada pemeriksaan klinis didapatkan nyeri
tekan saat palpasi pada perut bagian bawah.
Pada pemeriksaan dengan inspikulo tidak tampak
benang IUD, pemeriksaan bimanual bisa disertai
nyeri goyang porsio dan nyeri tekan pada daerah
adneksa .
Pada pemeriksaan USG umumnya uterus terkesan
normal, tampak IUD diluar cavum uterus dengan
pemeriksaan pelvix X-ray. Untuk hasil pemeriksaan
dari darah lengkap pasien baik Hb, jumlah leukosit
dan komponen darah lainnya dalam batas normal.

• Bila IUD tidak segera dikeluarkan maka dapat


menyebabkan perforasi, herniasi usus dan perforasi
viscus. IUD jenis copper T dapat menyebabkan
inflamasi dan pembentukan adhesi.
• Tatalaksana
Apabila pasiennya hamil dan bagian ekor IUD
hilang atau tidak dapat ditemukan namun IUD
masih berada di kavitas uterin, maka manajemen
yang paling baik adalah dibiarkan saja, pada pasien
rawat jalan yang tidak hamil maka IUD dapat
dikeluarkan dengan sedikit kesulitan menggunakan
kuret biopsi endometrium atau instrumen pengait
lainnya. Apabila IUD tidak dapat dikeluarkan
menggunakan alat ini, maka pasien harus
menjalani dilatasi dan kuretase dengan anestesi
umum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai