Anda di halaman 1dari 34

Interpretasi Sertifikat

Kematian

Yerni Mariani Sitompul , A.Md, S.Kom Infokes,


M.Kes
O
U Aturan modifikasi untuk
seleksi penyebab kematian
T
Anatomi sertifikat kematian
L
I
Penjelasan masing-masing
N isian sertifikat kematian

E
S Pencegahan Anemia
Aturan Modifikasi
Untuk Seleksi
Penyebab
Kematian
Aturan Seleksi
• Prinsip Umum
• Rule 1
• Rule 2
• Rule 3
• Aturan Modifikasi
(Adam, 2017)
Aturan Modifikasi
• Rule A
• Rule B
• Rule C
• Rule D
• Rule E
• Rule F (Adam, 2017)
Rule A. Ketuaan dan kondisi lain yang
sulit dijelaskan
Kalau penyebab yang dipilih bisa diklasifikasikan pada
bab XVIII (Gejala, tanda dan penemuan klinis dan
laboratorium abnormal, yang tidak diklasifikasikan di
tempat lain) kecuali untuk R95 (Sudden infant death
syndrome), dan pada sertifikat dilaporkan kondisi lain
yang klasifikasinya bukan R00-R94 atau R96-R99,
pilihlah penyebab kematian seolah-olah kondisi yang
bisa diklasifikasikan pada bab XVIII itu tidak
dilaporkan, kecuali kalau kondisi itu memodifikasi
pengkodean.

(Adam, 2017)
Contoh Rule A
I (a) Batuk dan muntah darah (hematemesis)

Kode hematemesis (K92.0). Batuk yang dipilih


oleh Rule 2 diabaikan

(Adam, 2017)
Rule B. Kondisi-kondisi ‘trivia’
Kalau penyebab yang dipilih adalah kondisi trivia (tidak
berarti) yang biasanya tidak mematikan, dan sebuah
kondisi yang lebih serius dilaporkan, pilihlah penyebab
dasar kematian seolah-olah kondisi trivia tadi tidak
dilaporkan. Kalau kematian merupakan akibat reaksi
yang tidak diinginkan pada pengobatan kondisi trivia,
pilihlah reaksi yang tidak diinginkan itu.

(Adam, 2017)
Contoh Rule B
I. (a) Karies gigi
II. Serangan jantung

Kode serangan jantung (I46.9). Karies yang


dipilih oleh Prinsip Umum diabaikan.

(Adam, 2017)
Contoh Rule B
I (a) Kuku kaki tumbuh ke dalam dan gagal
ginjal akut

Kode gagal ginjal akut (N17.9).Kuku kaki yang


tumbuh ke dalam, dipilih oleh Rule 2, diabaikan.

(Adam, 2017)
Contoh Rule B
I (a) Paronikhia (radang kuku) Tetanus
II

Kode tetanus (A35). Paronikhia yang dipilih oleh


Prinsip Umum, diabaikan.

(Adam, 2017)
Rule C. Linkage (Sebab- Akibat)

Jika penyebab yang terpilih dihubungkan dengan satu


atau lebih kondisi lain di dalam sertifikat oleh sebuah
ketentuan di dalam klasifikasi atau di dalam catatan
yang digunakan untuk pengkodean penyebab dasar
kematian, kodelah kombinasinya.
Kalau ketentuan linkage hanya untuk kombinasi satu
kondisi yang dinyatakan sebagai akibat kondisi lain,
kombinasinya dikode hanya jika ada hubungan
sebab-akibat yang benar telah dinyatakan atau
dapat diperkirakan dari penerapan Selection Rules

(Adam, 2017)
Contoh Rule C
I (a) Infark miokardium akut
(b) Penyakit jantung aterosklerosis
(c) Influenza

Kode infark miokardium akut (I21.9).


Penyakit jantung aterosklerotik berhubungan
dengan infark miokardium akut.

(Adam, 2017)
Contoh Rule C
I (a) Infark miokardium akut
(b) Penyakit jantung aterosklerosis
(c) Influenza

Kode infark miokardium akut (I21.9).


Penyakit jantung aterosklerotik berhubungan
dengan infark miokardium akut.

(Adam, 2017)
Contoh Rule C
I (a) Fraktur os. Occipitalis
(b) Jatuh setelah kejang epilepsy

Kode kejang epilepsy (G40.9).

Jatuh, yang dipilih oleh Rule 1, berhubungan


dengan kejang epilepsi.

(Adam, 2017)
Rule D. Kespesifikan
Jika penyebab yang dipilih menunjukkan kondisi
secara umum, dan sebuah kondisi yang
menyediakan informasi yang lebih tajam
mengenai situs atau bentuk kondisi ini
dilaporkan di dalam sertifikat, pilihlah kondisi
yang lebih informatif.

(Adam, 2017)
Contoh Rule D
I (a) Infark serebrum
(b) Cerebrovascular accident
Kode infark serebrum (I63.9)

I(a) Penyakit jantung rematik, stenosis


katup mitral
Kode stenosis mitral rematik (I05.0)

(Adam, 2017)
Contoh Rule D
I (a) Hipertensi berat pada kehamilan
II Konvulsi eklampsia
Kode eklampsia pada kehamilan (O15.0)

I (a) Aneurisma aorta


(b) Sifilis

Kode aneurisma sifilis aorta (A52.0). Kondisi ini


dinyatakan dalam hubungan sebab-akibat
yang tepat.
(Adam, 2017)
Rule E. Stadium penyakit dini dan
lanjut
Kalau penyebab yang dipilih merupakan
tingkat awal suatu penyakit sedangkan tingkat
yang lebih lanjut dari penyakit yang sama
dilaporkan di dalam sertifikat, maka kodelah
yang lebih lanjut.
Rule ini tidak berlaku pada bentuk ‘kronis’
yang dilaporkan sebagai akibat bentuk ‘akut’
kecuali kalau klasifikasi memberikan instruksi
khusus untuk efek tersebut.

(Adam, 2017)
Contoh Rule E
I (a) Sifilis tertier
(b) Sifilis primer
Kode yg dipilih: Sifilis tertier (A52.9)

I (a) Eklampsia sewaktu hamil


(b) Preeklampsia
Kode yang dipilih: eklampsia sewaktu hamil
(O15.0)
(Adam, 2017)
Contoh Rule E
I (a) Miokarditis kronis
(b) Miokarditis akut
Kode yang dipilih: Kode miokarditis akut (I40.9)

(Adam, 2017)
Rule F. Sekuel
Kalau penyebab yang dipilih merupakan bentuk
awal suatu kondisi, sedangkan klasifikasi
menyediakan kategori “Sekuel dari ......” yang
terpisah, dan terdapat bukti bahwa kematian
disebabkan oleh efek sisa kondisi ini, bukan fase
aktifnya, maka kodelah kategori “Sequelae of
...........” yang sesuai.

Kategori “Sequelae of ....”:


B90-B94, E64.-, E68, G09, I69, O97, dan Y85-Y89
(Adam, 2017)
Contoh Rule F
I (a) Fibrosis paru-paru
(b) Tuberkulosis paru-paru lama
Kode sekuel tuberkulosis paru-paru (B90.9)

I (a) Bronkopneumonia
(b) Bengkokan tulang punggung (curvature of spine)
(c ) Riketsia di masa kanak-kanak
Kode sekuel riket (E64.3)

I (a) Hidrosefalus
(b) Meningitis tuberkulosa
Kode sekuel meningitis tuberkulosa (B90.0)

(Adam, 2017)
Anatomi sertifikat
kematian
Sertifikat Kematian
Sertifikat kematian adalah sumber utama data
mortalitas. Informasi sertifikat kematian bisa
didapat dari praktisi kesehatan atau pada kasus
kematian karena kecelakaan atau kekerasan
coroner. Pada peradilan, petugas lain (yang tidak
terlatih secara medis) bertanggung jawab untuk
melengkapi sertifikat kematian.
(Firda, 2018)
Orang yang mengisi sertifikat sebab kematian akan
memasukkan urutan kejadian yang menyebabkan kematian
pada sertifikat kematian dengan format international.

Format sertifikat internasional sebab kematian yang telah


direkomendasi WHA (World Health Assembly) mempunyai 2
bagian :
a. Bagian I : Digunakan untuk penyakit yang berhubungan
dengan urutan kejadian yang mengarah langsung ke
kematian
b. Bagian II: Digunakan untuk kondisi yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kejadiaan yang
menyebabkan kematian, tetapi menunjang kematian
(Firda, 2018)
  Berikut ini contoh formulir yang direkomendasikan oleh WHO:
Bagian I dari sertifikat kematian
terdiri dari 3-4 baris tergantung
pada kebiasan setempat untuk
mencatat urutan dari kejadian
menuju kematian. Jika terdapat
dua atau lebih penyebab
kematian maka urutan waktu
harus dicatat oleh pembuat
sertifikat. Setiap kejadian dalam
urutan harus dicatat di baris
yang terpisah.
(Firda, 2018)
1. Penyebab langsung kematian dituliskan pada baris
pertama;
2. Penyebab dasar kematian dituliskan pada baris
terbawah;
3. Penyebab antara dituliska pada baris yang terletak
antara baris pertama dan baris terbawah;
4. Dengan demikian sertifikat yang lengkap berisi
informasi tentang:
I.     (a) Penyebab langsung
(b) Penyebab antara dari (a)
(c) Penyebab antara dari (b)
  (d) Penyebab dasar dari (c)
II. Penyebab lain yang berkontribusi (Firda, 2018)
Penjelasan Masing-
Masing Isian Sertifikat
Kematian
Prinsip Umum
Jika terdapat lebih dari satu kondisi yang dilaporkan
pada sertifikat kematian, maka kondisi yang
dituliskan tersendiri di baris terbawah pada bagian
1 sertifikat kematian dipilih sebagai penyebab dasar
kematian apabila kondisi tersebut dapat
mengeakibatkan semua kondisi yang ditulis pada
baris di atasnya. (Firda, 2018)
Rule I
Jika prinsip umum tidak bisa diterapkan dan
terdapat urutan yang berakhir pada kondisi yang
dituliskan pada baris pertama sertifikat, pilihlah
penyebab awal dari urutan tersebut. Jika terdapat
lebih dari satu urutan yang berakhir pada kondisi
yang dituliskan pada baris pertama sertifikat
kematian, pilih penyebab awal dari urutan yang
disebutkan pertama (Firda, 2018)
Rule 2
Jika tidak ada urutan yang berakhir pada kondisi
yang diisikan pertama pada sertifikat kematian,
maka pilih kondisi yang diisikan pertama tersebut.
(Firda, 2018)
  Rule 3
Jika kondisi yang dipilih dengan prinsip umum, Rule
1 atau Rule e ternyata secara jelas merupakan
akibat langsung dari kondisi lain meskipun
dilaporkan bagian I ataupun bagian II, maka pilih
kondisi lain tersebut. Dalam menggunakan Rule 3
diperlukan pengetahuan mengenai asumsi akibat
langsung dari suatu penyakit dengan penyakit
lainnya. (Firda, 2018)

Anda mungkin juga menyukai