Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MORTALITAS CODING
“Resume Materi Prinsip Utama Underlying Cause Of Death Mortality
Dan Aturan Modifikasi Untuk Seleksi Penyebab Kematian”

Oleh
Septianingtyas Risti Anggraeni
NIM. G41161049
Golongan B

PROGRAM STUDI D4 REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
A. Prinsip Umum Underlying Cause Of Death Mortality
Underlying Cause Of Death Mortality merupakan urut-urutan sebab dasar
kematian seorang pasien. Dalam menentukan Underlying Cause Of Death
Mortality terdapat beberapa aturan seleksi. Berikut adalah aturan seleksi
Underlying Cause Of Death Mortality, yaitu:
1. Prinsip Umum
Terdapat lebih dari 1 kondisi, pilih kondisi paling bawah atau paling
terakhir ditulis. Kondisi tersebut dipilih jika menimbulkan sebab akibat
terhadap kondisi-kodisi sebelumnya.
a) Contoh :
I (a) Cerebral Haemorrhage
(b) Hypertension
(c) Chronic pyelonephritis
(d) Prostatic Adenoma
II -
 Pilih Prostatic Adenoma (N40) sebagai Underlying Cause Of Death
Mortality, karena kondisi tersebut (d) dapat menyebabkan kondisi (c),
kondisi (c) menyebabkan (b), dan kondisi (b) dapat menyebabkan
kondisi (a).
2. Rule 1
Rule 1 dipilih jika beberapa kondisi yang ada tidak memenuhi aturan
prinsip umum. Ada 2 jenis seleksi aturan pada Rule 1, yaitu :
a) Contoh 1
Jika ada lebih dari satu kondisi, tapi pripsip umum tidak bisa
diterapkan.
I (a) Acute myocardial infarction (AMI)
(b) Atherosclerotic heart diseases
(c) Influenza
II –
 Pilih Atherosclerotic heart diseases (I25.1) sebagai Underlying
Cause Of Death Mortality. Karena, aturan sebab akibat berakhir di
Atherosclerotic heart diseases atau Atherosclerotic heart diseases
dapat menyebabkan Acute myocardial infarction (AMI) atau karena
kondisi terakhir (c) bukanlah penyebab kondisi sebelumnya. Maka,
pilih kondisi sebebelumnya lagi (b) jika kondisi tersebut merupakan
penyebab kematian kondisi (a).
b) Contoh 2
Jika terdiri dari 2 kondisi.
I (a) Perikarditis
(b) Pneumonia dan uremia
II –
 Pilih Pneumonia (J18.) sebagai Underlying Cause Of Death Mortality
karena hanya Pneumonia yang menyebabkan Perikarditis, sedangkan
Uremia tidak menyebabkan Perikarditis.
3. Rule 2
Jika terdiri dari 2 kondisi, dan kedua kondisi tersebut tidak saling
berhubungan sebab akibat. Maka, pilih kondisi yang pertama kali ditulis.
a) Contoh 1 :
I (a) Pernicius anemia
(b) Atherosclerosis
 Pilih Pernicius anemia (D51.0) sebagai Underlying Cause Of Death
Mortality. Karena kedua kondisi tersebut tidak saling berhubungan
sebab akibat atau Pernicius anemia tidak menyebabkan Atherosclerosis
begitu juga sebaliknya maka, pilih kondisi yang pertama kali ditulis.
4. Rule 3
Jika terdiri dari dua kondisi dan terdapat kondisi primer atau penyebab
utama kondisi lain maka, pilih kondisi primer.
a) Contoh 1:
I (a) Tuberculosis
II Penyakit HIV
 Pilih Penyakit HIV (B24) sebagai Underlying Cause Of Death
Mortality karena merupakan kondisi primer penyebab Infeksi
Mikobakterium pada Tuberculosis.

B. Aturan Modifikasi Untuk Seleksi Penyebab Kematian


Cause of death yang dipilih bukan berarti penyebab akhir dari perjalanan
suatu penyakit karena, bisa jadi Cause of death tersebut hanya kondisi umum.
Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi terhadap kondisi yang dipilih
sebagai Cause of death. Akan tetapi, tidak semua Cause of death perlu
dilakukan modifikasi. Hanya Cause of death yang memenuhi aturan
modifikasi untuk seleksi penyebab kematian.
Berikut adalah beberapa modifikasi untuk seleksi penyebab kematian,
yaitu :
1. Rule A (Senilitas dan kondisi yang sulit dijelakan)
Jika kondisi terseleksi terklasifikasi di kode R (BAB XVIII) antara
R00-R94 dan R96-R99 dipilih kecuali, R95 (Sudden Infant Deathd
Syndrome).
a) Contoh :
I (a) Cough and hematemesis
II -
 Pilih Hematemesis (K92.0) sebagai modifikasi cause of death karena
Cought merupakan gejala dari Hematemesis.
2. Rule B (Trivia atau kondisi tidak berarti)
Kondisi trivia merupakan kondisi tidak berarti atau sepele yang
tidak mungkin untuk bisa dijadikan sebagai penyebab akhir kematian.
Sehingga, pilih kondisi yang lebih serius.
a) Contoh :
I (a) Paronycia
II Tetanus
 Pilih Paronycia (L03.0) sebagai cause of death karena merupakan
kondisi yang lebih serius dari Tetanus yang merupakan kondisi
trivia.
3. Rule C (Linkage atau saling berkaitan)
Berasal dari prinsip umum. Kondisi yang dipilih sebagai cause of
death merupakan kondisi linkage yang bisa dihubungkan atau
dikombinasikan dengan kondisi lain sehingga menjadi hubungan sebab
akibat.
a) Contoh :
I (a) Intestinal obstruction
(b) Femoral hernia
II -
 Pilih kode Femoral hernia with obstruction (K41.3) sebagai cause
of death.
4. Rule D (Spesifikasi)
Berasal dari prinsip umum dan terlihat mirip dengan Rule C
namun, kondisi yang dipilih sebagai cause of death merupakan kondisi
yang paling khusus atau lebih spesifik.
a) Contoh :
I (a) Cerebral infarction
(b) Cerebrovascular Accident
II -
 Pilih Cerebrovaskular accident (I51.6) sebagai cause of death
karena lebih spesifik dari Cerebral Infarction.
5. Rule E (Stadium awal dan lanjutan suatu penyakit)
Pilih kondisi yang merupakan akibat atau lanjutan dari kondisi dini
namun, aturan ini tidak berlaku untuk kondisi kronik dan akut atau
sebaliknya. Harus dilakukan pengecekan pada volume 1, kondisi
manakah yang lebih spesifik.
a) Contoh :
I (a) Eclampsia during Pregnancy
(b) Pre-eclampsia
II –
 Pilih Eclampsia during pregnancy (O15.1) sebagai cause of death
karena, merupakan kondisi lanjutan dari Pre-eclampsia.
6. Rule F (Sequel atau Gejala Sisa)
Kondisi Cause of death yang dipilih merupakan gejala sisa dari
kondisi yang lain yang terklasifikasi terpisah “sequel of …” dan
penyebab kematian memang benar dari gejala sisa.
a) Contoh
I (a) Hydrocephalus
(b) Tuberculousmeningitis
II -
 Pilihi Sequel of tuberculous meningitis (B90) sebagai gejala sisa
dari Hydrocephalus.

Anda mungkin juga menyukai