Anda di halaman 1dari 28

SKENARIO 1

Mati rasa pada tungkai kaki kanan


dan kelemahan otot pada pak
suwono
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :

Mohammad Thaha Fawaid ( 18700043 )


Bani Marhaban putera ( 18700045 )
I Gede Wisnu Nugraha ( 18700047 )
Dany Kurnianto ( 18700049 )
Nafasya Ainayya Putri Fanani ( 18700051 )
Vivi Alia Pratiwi ( 18700053 )
Wisnu Pratama Putra ( 18700055 )
Komang Aneni Mugi Rahayuni ( 18700057 )
SKENARIO 1
Bpk Suwono berusia 35Th , dibawa istrinya ke Puskesmas dengan
keluhan tungkai kaki kanan terasa mati rasa dan disertai kelemahan
otot .
Pada riwayat anamnesa diketahui 5 tahun yang lalu pernah mengalami
trauma pada saat bermain bola basket dengan teman temanya,
tungkai kaki sebelah kanan tertendang bola basket dengan sangat
keras, terasa nyeri hebat sampai tidak sadarkan diri. Ketika sadar sudah
dibawa ke UGD RS untuk mendapatkan pertolongan. Setelah sembuh
tungkai kaki kanan dirasakan mati rasa (parese) dan kelemahan otot .
Pada kaki kanan bila dibuat berjalan terasa sulit , tungkai kaki kanan
cenderung menurun dan jari kaki kanan terlihat menyeret sehingga
waktu berjalan seperti nampak berdiri pada jari jari kaki . Keluhan ini
tidak disertai adanya nyeri pada bokong atau masalah pada tungkai
kaki sisi lainya
Pada pemeriksaan tungkai kaki kanan di dapatkan adanya
pengurangan sensasi pada ujung kaki kanan dan sisi lateral
tungkai kaki kanan bawah bersama ketidak mampuan melakukan
dorso fleksi kaki kanan , yang mengakibatkan kelainan “drop
foot” , juga adanya edema perifer minimal pada kedua
extremitas bagian bawahnya .

Apa yang terjadi pada tungkai kaki kanan bp Suwono ?


Bagaimana keadaan Bp Suwono saat ini ?
ANAMNESA
• Nama : Tn. suwono
• Umur : 35 tahun
• Alamat :-
• Pekerjaan :-
• Status : Menikah
Gejala klinis
1. terasa mati rasa ( parese ) pada tungkai kaki kanan
2. kelemahan otot pada tungkai kaki kanan
3. pada kaki kana sulit untuk dibuat berjalan, tungkai kaki kanan
terlihat menurun dan jari kaki kanan terlihat menyeret
4. tidak ada keluhan nyeri pada bokong atau masalah pada
tungkai kaki sisi lainnya
5. ketidakmampuan melakukan dorso fleksi kaki kanan
6. adanya edema perifer minimal pada kedua ekstremitas
bagian bawah
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran : Compos Mentis
• Vital sign :
• Tensi : 120/80
• Nadi : 80x/menit
• RR : 20x / menit
• Suhu : 37 C
• GCS : 456
A. Inspeksi
• Regio Cruris Dextra tampak kelainan “ Drop foot”
• Bila dibuat berjalan Regio Cruris Dextra tampak menurun dan
jari kaki yang menyeret sehingga berjalan seperti berdiri pada
jari jari kaki
• Edema perifer pada kedua extremitas inferior

B. Palpasi
• Pada regio Cruris dextra sisi lateral terasa adanya
pengurangan sensasi perabaand an kelemahan otot . Tidak
ada nyeri tekan , Tidak ada nyeri pada regio Gluteus pada
Regio Cruris sinistra normal
C. Gerakan
• Ketidak mampuan melakukan dorso fleksi kaki
kanan , yang mengakibatkan kelainan “ Drop foot”
• Bila dibuat berjalan maka pada Regio Cruris Dextra
tampak menurun dan jari kaki yang menyeret ,
seperti berdiri pada jari kaki . Sehingga sulit berjalan
KATA KUNCI
• Mati rasa / parase sensorik
• Kelemahan otot
• Edema Perifer
• Drop Foot
• Mati Rasa/Parese Sensorik
Mati rasa sering kali digunakan untuk menggambarkan keadaan
hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu. Kondisi ini akan
disebut hipesthesia apabila hilangnya sensasi hanya terjadi
sebagian. Mati rasa disebut anesthesia apabila hilangnya sensasi
dirasakan total.
• Kelemahan Otot
Kelemahan adalah penurunan kekuatan pada satu atau lebih
otot. Beberapa penderita hanya merasakan lelah. Tetapi pada
kelemahan otot yang sejati, meskipun sudah berusaha sekuat
tenaga, kekuatan yang normal tidakakan dicapai.Kelemahan bisa
terjadi di seluruh tubuh, atau hanya terbatas di satu
lengan,tungkai, tangan atau jari tangan.
• Edema Perifer
Edema perifer, atau yang lebih dikenal dengan kaki
bengkak adalah kondisi kesehatan yang terjadi
akibat penumpukan cairan di bagian kaki atau
pergelangan kaki.
• Drop Foot
Drop Foot (DF) merupakan gangguan yang
melibatkan pergelangan kaki seseorang dan otot-
otot kaki (James, 2009). Seseorang dengan DF
memiliki kontrol terbatas terhadap gerakan kaki
yang terkena.
PROBLEM
• Apa yang disebut parase sensorik/mati rasa itu
?
• Apa itu kelemahan otot ?
• Seperti apa Edema Perifer itu ?
• Mengapa bapak suwono bisa terkena Drop
Foot ?
HIPOTESIS AWAL ( DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS )
1. Drop Foot
2. Neuropatic Diabetic
3. Stroke
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Drop Foot
Pengertian
Istilah umum untuk kesulitan mengangkat bagian depan kaki ,
atau kerusakan pada N. peroneus Comunis
Gejala
Drop foot membuat sulit untuk mengangkat bagian depan kaki,
sehingga kaki terseret di lantai saat Anda berjalan. Akibatnya,
Anda mungkin mengangkat paha saat Anda berjalan, seperti
sedang menaiki tangga (steppage gait). Cara berjalan seperti ini
dapat menyebabkan Anda menepakkan kaki ke lantai pada
setiap langkah Anda. Pada beberapa kasus, kulit pada bagian
atas kaki dan jari-jari kaki dapat terasa mati rasa.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Bila dibuat berjalan Regio Cruris Dextra tampak menurun dan jari
kaki yang menyeret sehingga berjalan seperti berdiri pada jari jari
kaki
Gerakan
Ketidak mampuan melakukan dorso fleksi salah satu kaki
Palpasi
Pada regio Cruris dextra sisi lateral terasa adanya pengurangan
sensasi perabaan dan kelemahan otot
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang khas , diagnosa dapat
ditegakan dengan pemeriksaan neurologis
2. Neuropatic Diabetic
Pengertian
Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang terjadi
karena penyakit diabetes. Kadar gula darah yang tinggi dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan pada
serabut saraf di seluruh tubuh, seperti tungkai, kaki, peredaran
darah, jantung, sistem pencernaan, dan saluran kemih
Gejala
Lumpuh pada salah satu sisi wajah.
Nyeri pada tulang kering, kaki, panggul, punggung bagian bawah,
paha depan, dada, atau perut.
Rasa sakit di belakang mata, mata sulit fokus, atau penglihatan
ganda.
Pemeriksaan Fisik
Refleks fisiologis pada ektremitas atas biasanya masih dalam batas
normal pada kondisi neuropati diabetika yang ringan. Selain itu,
seringkali didapatkan hilangnya modalitas serabut sensoris secara
bertahap atau defisit sensoris gloves and stocking.
Penurunan fungsi motorik biasanya terjadi setelah adanya
abnormalitas pada pemeriksaan sensoris dan refleks. Kelemahan
motorik seringkali diawali pada ekstensor jari kaki kemudian diikuti
fleksor jari kaki.
Fungsi motorik otot-otot proksimal tungkai biasanya masih normal
kecuali pada pasien yang telah mengalami neuropati diabetika selama
25-30 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan elektrodiagnostik berguna pada pasien dengan gejala dan
tanda otonom murni atau hanya nyeri radikuler dan nyeri neuropat
simetris distal.
3. STROKE
Pengertian
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu
atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area
otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan
oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Gejala
Mati rasa tiba-tiba atau kelemahan wajah, lengan atau kaki (terutama pada
satu sisi tubuh) adalah gejala stroke yang pertama.
Kehilangan kesadaran tiba-tiba, kesulitan berbicara atau memahami
pembicaraan juga merupakan gejala stroke.
Masalah tiba-tiba melihat pada satu atau kedua mata adalah gejala stroke
selanjutnya.
Tiba-tiba kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi
juga perlu diwaspadai sebagai gejala stroke.
Sakit kepala parah tiba-tiba tanpa diketahui penyebab juga bisa menjadi
gejala stroke.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
1. Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukardimengerti,
kadang tidak bisa bicara
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadibervariasi
Pemeriksaan Penunjang
– CT SCAN
– MRI
– EKG
– Kadar gula darah
DIAGNOSIS
• Berdasarkan data yang kami peroleh , kami dapat
menarik kesimpulan bahwa pasien didiagnosa “Drop
foot” atau kerusakan pada N . PERONEUS COMUNIS
REGIO CRURIS DEXTRA
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
Penatalaksanaan
Kebanyakan cedera / kompresi N. Fibularis Comunis merupakan
cedera yang terbatas dan membaik dengan perawatan
penunjang fisioterapi
 
Prinsip Tindakan Medis
Menempatkan penderita pada posisi yang tepat memerlukan
pemahaman anatomi yang baik untuk menghindari masa
kompresi saraf yang berkepanjangan
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
Apabila dilakukan penatalaksanaan dengan baik maka , Bp. Suwono yang
berusia 35Th , akan sembuh kembali normal
• Kompresi N. Peroneus Comunis merupakan cedera saraf extremitas
inferior pasca trauma yang sering ditemukan. Kompresi Paralise N .
Prenoeus Comunis ini terjadi dari fleksi lutut dan kompresi dari pijakan
tungkai pada aspek lateral lutut . N . Peroneus Comunis cedera selama
proses penyembuhan terjadi karena pembedahan lutut , trauma , atau
masa kompresi yang memanjang (koma , tertidur lelap , pembalutan
extremitas inferior dengan gips ) . Cedera pada N . Pernoeus Comunis
menyebabkan mati rasa ( parese) . kelemahan tungkai bawah/kaki , dan
“drop foot” ( peroneus Comunis setelah persalinan merupakan cedera
terbatas dan emmbaik dengan perawatan penunjang ( fisioterapi) .
Menempatkan penderita pada posisi ang tepat memerlukan pemahaman
antomi yang baik untuk menghindari masa kompresi saraf yang
berkepanjangan
A. Cara penyampaian prognosis kepada Pasien/Keluarga
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan seorang dokter apabila
akan menyampaikan kabar buruk kepada pasien , antara lain :
• Bukalah Komunikasi dengan membangun kepercayaan pasien
terhadap dokter
• Lihat situasi dan kondisi yang terjadi pada pasien tersebut
• Carilah perhatian pasien untuk mendengarkan informasi yang akan
disampaikan oleh dokter
• Berilah fakta / berita yang sebenarnya terjadi pada pasien
• Tunjukan sikap empati
B. Tanda untuk merujuk pasien

(1). Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
(2). Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus
(3). Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
(4) untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas
medis / paramedis yang berkompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien
C. Peran pasien/ keluarga untuk penyembuhan

Membantu pengobatan ( mengingatkan , mengajak , kontrol dll )


Mengurangi pencetus
A) Menemukan pencetus kekambuhan

B) Pola perilaku yang sehat


C) Bantu mengatasi masalah
D) Mengurangi Konflik

Mengenali tanda- tanda kekambuhan


D. Pencegahan Penyakit
• Memakai alat perlindungan ketika akan melakukan aktifitas
fisik yang berat agar mengurangi resiko cedera pada kaki
• Melakukan gerakan hidup sehat agar mengurangi resiko
penyakit
• Tahu dan kenali gejala dan resiko penyakit
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai