Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 50

Sifat

Termodinamika
Hidrokarbon

Kelompok 1

M. Novaldy Sangadji Nida Fathia

Adream Bais Jr. Bella Novia B.


SOAL NOMOR 1
Menentukan Fasa Campuran
Hidrokarbon
Komponen Kmol/jam
SOAL
N2 1,0 NOMOR 1
C1 124,0
C2 87,6 Tentukan kondisi fasa
dari suatu aliran
C3 161,6 hidrokarbon yang
n-C4 176,2 mempunyai komposisi
seperti di bawah pada
n-C5 58,5 temperatur 7,2 oC dan
n-C6 33,7 2620 kPa.
Mencari Fraksi Mol Komponen
Komponen Kmol/jam %mol
N2 1,0 0,15562
C1 124,0 19,29661
C2 87,6 13,63212
C3 161,6 25,12784
n-C4 176,2 27,41986
n-C5 58,5 9,10364
n-C6 33,7 5,24432
∑ 642,6 100
Menggunakan Software NIST
Menyesuaikan Units

Acuan Units:
Temperature oC
Pressure kPa
Mass/Mole kg.kmol
Menentukan Properties

Menentukan Kondisi
Suatu Aliran Menggunakan
Quality pada software NIST
Menentukan Komponen Hidrokarbon

Menentukan komponen
Hidrokrabon pada soal
sesuai dengan %mol dari
masing – masing komponen
Menentukan Komponen Hidrokarbon

Memasukkan %mol
komponen atau
menggunakan fitur
“normalize”
Menginput Data dan Mengiterasi
Kesimpulan

Disimpulkan bahwa keadaan aliran


Kualitas dalam software NIST menggambarkan hidrokarbon adalah dalam keadaan
“Jumlah uap yang terbentuk dengan jumlah campuran dua fasa dengan perbandingan
uap dan cairan yang terbentuk” komposisi yang didapatkan dari
perhitungan sebagai berikut;
Dengan perhitungan NIST diketahui bahwa: V/F sebesar 0,1412 dan
Jumlah fasa Vapour pada campuran sebesar 0,1412 L = 1-V/F sebesar 0,89588
Jumlah fasa Liquid pada campuran sebesar 0,89588
Soal No. 15
Refrigerant R-134a
A refrigerator uses refrigerant 134-a as the working fluid and operates on an ideal
vapor-compression refrigeration cycle between 0.12 and 0.7 MPa. The mass flow
rate of the refrigerant is 0.05 kg/s. (a) Draw the cycle on T-s diagram with respect
to saturation lines, and determine (b) the rate of heat removal from the
refrigerated space (c) The power input to the compressor, (d) the rate of heat
rejection to the environment, and (e) the coefficient of performance.

  (Fig. 10-3)

 
Algoritma Perhitungan

1. Mencari nilai entalpi dan entropi di titik 1 dengan menginput P1 dan kualitas =
1
2. Mencari nilai entalpi di titik 2 dengan menginput P2 dan entropi dari titik 1
3. Mencari nilai entalpi di titik 3 dengan menginput tekanan dari P2 dan kualitas
=0
4. Menghitung Kerja Kompressor Win
5. Menghitung QH
6. Menghitung QL
7. Menghitung COP
  (Fig. 10-3)

Diketahui :
Fluida : R-134a  

Flow rate = 0.05 kg/s


Tekanan dalam siklus
 
P1 = 0.12 MPa
P2 = 0.7 MPa
Asumsi :
– Pressure Drop pada Condenser dan Evaporator = 0
– Kompressor dalam kondisi isenthropyc
– Expansion Valve dalam kondisi isenthalpyc
Mencari h1
q = 1 dan P1 = 0,12 Mpa

Mencari h2
s1=s2 dan P2 = 0,7 Mpa

Mencari h3
q = 0 dan P2 = 0,7 Mpa

Mencari h4
h3 = h4
Kondisi Operasi Setiap Titik
a. T-s
Diagram

2
3

1
4
b. Rate of Heat Removal

Qevap  QL  m  h1  h4 
 

0.05 kg  385.12 kJ 236.99 kJ  kW  s


   
s  kg kg  1 kJ

QL  7.41 kW

c. Power Input Compressor

W in  m  h1  h2 

0.05 kg  385.12 kJ 421.67 kJ  kW  s


   
s  kg kg  kJ

W in  1.83 kW
d. Rate of Heat Rejection

Q cond  Q H  Q L  W
 7.41 kW  1.83 kW
Q H  9.24 kW
e. Coefficient of Performance
QL 1 7.41
COPR   COPR   4.05
wnet .in QH /(QL  1) 1.83

QH 1 9.24
COPHP   COPHP   5.05
wnet.in (1  QL ) / QH 1.83
Soal Bersama
Substitusi Refrigerant
SOAL BERSAMA

Desain suatu campuran fluida yang bisa digunakan sebagai


pengganti R-134a sebagaimana pada soal no 15 di atas, dengan
QL yang sama, apakah mungkin membuat campuran pengganti
ini bisa lebih efisien dari sistem pada no 15 tersebut, ditinjau
dari COP nya. Anda boleh mengganti kondisi operasi dari
refrigerantnya, tetapi QL harus tetap sama, dan temperatur
pendinginan juga harus sesuai.

Refrigerant : 40% Propana + 30% Isobutane +30% Propylene


  (Fig. 10-3)

Diketahui :
Fluida : 40% Propana + 30% Isobutane
 
+30% Propylene
Tekanan dalam siklus
P1 = 0.12 MPa
P2 = 0.7 MPa
Asumsi :
– Pressure Drop pada Condenser dan Evaporator = 0
– Kompressor dalam kondisi isentropik
– Expansion Valve dalam kondisi isentalpik
Perbandingan

R-134a 40% Propana + 30% Isobutane


– Pengganti R12 +30% Propylene
– Tidak mudah terbakar dan meledak – Salah satu calon pengganti R-134a
– Memiliki sifat termodinamika yang – Memiliki nilai GWP (Global Warming
bagus Potential) yang rendah
– Batas bahaya sesuai standar – Tidak berbahaya
– Memiliki nilai ODP (Ozone Depletion – Memiliki sifat termodinamika yang
Potential) 0 bagus
– Memiliki nilai GWP (Global Warming – Memiliki nilai ODP (Ozone Depletion
Potential) 1300
Potential) 0
– Dalam kasus ini, R-134a dianggap
– Mudah terbakar
kurang efisien
Perbandingan
Algoritma Perhitungan

1. Mencari nilai entalpi dan entropi di titik 1 dengan menginput P1 dan kualitas = 1
2. Mencari nilai entalpi di titik 2 dengan menginput P2 dan entropi dari titik 1
3. Mencari nilai entalpi di titik 3 dengan menginput tekanan dari P2 dan kualitas = 0
4. Menghitung Kerja Kompressor Win
5. Menghitung QH
6. Menghitung QL
7. Menghitung COP
8. Mencari nilai laju alir agar QL = QL refrigeran awal dengan menggunakan Goal Seek
Kondisi Sama
Laju Alir Massa
Q L  m  h1  h4 
  𝑄˙𝐿
𝑚=
˙
( h1 − h4 )
  7.41𝑘𝐽 / 𝑠
𝑚=
˙
( 539,54 − 243,79 ) 𝑘𝐽 / 𝑘𝑔

𝑚=0,025
 
˙ 𝑘𝑔/ 𝑠
Power Input Compressor

W in  m  h1  h2 

0,025 kg  539,54 kJ 619,40 kJ  kW  s


   
s  kg kg  kJ

W in  1,9965 kW
Rate of Heat Rejection

Qcond  QH  QL  W
   

 7.41 kW  1.9965 kW

Q H  9.4065 kW
Coefficient of Performance

QL 1 7.41
COPR   COPR   3.7115
wnet .in QH /(QL  1) 1.9965

QH 1 9.4065
COPHP   COPHP   6.0029
wnet.in (1  QL ) / QH 1.567
  (Fig. 10-3)

Diketahui :
Fluida : 40% Propana + 30% Isobutane
 
+30% Propylene
Tekanan dalam siklus
P1 = 0.2 MPa
P2 = 0.8 MPa
Asumsi :
– Pressure Drop pada Condenser dan Evaporator = 0
– Kompressor dalam kondisi isentropik
– Expansion Valve dalam kondisi isentalpik
Kondisi 1
Laju Alir Massa
Q L  m  h1  h4 
  𝑄˙𝐿
𝑚=
˙
( h1 − h4 )
  7.41 𝑘𝐽 / 𝑠
𝑚=
˙
( 5 55,09 −256,8 ) 𝑘𝐽 / 𝑘𝑔

𝑚=0.02
 
˙ 48 𝑘𝑔/ 𝑠
Power Input Compressor

W in  m  h1  h2 

0.0248 kg  555.09 kJ 618.2 kJ  kW  s


   
s  kg kg  kJ

W in  1.567 kW
Rate of Heat Rejection

Qcond  QH  QL  W
   

 7.41 kW  1.567 kW

Q H  8.973 kW
Coefficient of Performance

QL 1 7.41
COPR   COPR   4.727
wnet .in QH /(QL  1) 1.567

QH 1 8.973
COPHP   COPHP   5.727
wnet.in (1  QL ) / QH 1.567
  (Fig. 10-3)

Diketahui :
Fluida : 40% Propana + 30% Isobutane
 
+30% Propylene
Tekanan dalam siklus
P1 = 0.3 MPa
P2 = 0.7 MPa
Asumsi :
– Pressure Drop pada Condenser dan Evaporator = 0
– Kompressor dalam kondisi isentropik
– Expansion Valve dalam kondisi isentalpik
Kondisi 2
Kondisi Operasi

1
4
Laju Alir Massa
Q L  m  h1  h4 
  𝑄˙𝐿
𝑚=
˙
( h1 − h4 )
  7.41 𝑘𝐽 / 𝑠
𝑚=
˙
( 568.65 −243.79 ) 𝑘𝐽 / 𝑘𝑔

𝑚=0.023
 
˙ 𝑘𝑔/ 𝑠
Power Input Compressor

W in  m  h1  h2 

0.023 kg  568.65 kJ 619.4 kJ  kW  s


   
s  kg kg  kJ

W in  1.17 kW
Rate of Heat Rejection

Qcond  QH  QL  W
   

 7.41 kW  1.17 kW

Q H  8.57 kW
Coefficient of Performance

QL 1 7.41
COPR   COPR   6 .4
wnet .in QH /(QL  1) 1.17

QH 1 8.57
COPHP   COPHP   7.32
wnet.in (1  QL ) / QH 1.17
Justifikasi Studi kasus pada kondisi
Tekanan 0.7 dan 0.3 Mpa

– Hasil dari trial studi kasus kedua adalah COP yang lebih tinggi serta delta Temperatur
yang lebih jauh (dalam konteks refrijerasi)
– Namun hal tersebut tidak visible secara operasi dan hanya merupakan perhitungan
error dari simulasi
– Alasan yang berkaitan adalah karena pendinginan dengan refrijeran yang diajukan
memiliki delta temperature yang terlalu tinggi hingga dapat dikatakan tidak
mungkin diaplikasikan secara nyata
– Kondisi temperatur yang negatif (- oC) menandakan bahwa fungsi refrijerasi
bukanlah untuk siklus biasa namun siklus pendinginan diluar kasus yang diberikan
pada soal
Perbandingan Hasil Perhitungan dan Analisis
COPR COPHP Operation
Refrijeran
Feasibility
R-134a 4.05 5.05 Ya
Propane, Isobutane, Propylene
3.712 6.003 Ya
Kondisi Sama (0.12 – 0.7 MPa)
Propane, Isobutane, Propylene
4.727 5.727 Ya
Kondisi 1 (0.2 – 0.8 MPa)
Propane, Isobutane, Propylene
6.4 7.32 Tidak
Kondisi 2 (0.3 – 0.7 MPa)
Kesimpulan

Dengan mengganti fluida refrigerant dengan campuran lain dengan asumsi Q L


tetap.
Dihasilkan nilai COPR dan COPHP yang lebih tinggi dibandingkan dengan COPR
dan COPHP dari fluida R-134a. Oleh karena itu, R-134a memiliki efisiensi yang
lebih kecil dibandingkan dengan campuran propane/isobutana/propylene yang
digunakan dalam kasus ini.
Hasil yang optimal didapatkan ketika range tekanan diperkecil, maka didapatkan
nilai COPR dan COPHP yang terbesar.
Komentar Prof. Mahmud

– Kemampuan refrijeran tidak hanya diperhitungkan dari COP yang dimiliki oleh
alat ataupun refrijeran, walaupun COP tinggi belum tentu refrijeran memiliki
kemampuan yang memadai untuk mendinginkan
– Dilihat dari temperature yang diberikan pada kasus 3 tidak memiliki
kemampuan yang sama untuk mendinginkan karena temperaturnya tidak
mencapai -20

Anda mungkin juga menyukai