Anda di halaman 1dari 35

SUSUNAN ATOMIK DALAM MATERIAL

• Dalam mengklasifikasi material perlu ditentukan apakah material berbentuk


kristalin (logam dan paduan konvensional), non-kristalis (gelas) atau
campuran dari kedua jenis struktur tersebut.
• Bersarangnya sebuah atom kecil di dalam kelompok berbentuk segitiga yang
terdiri dari 3 atom yang ukurannya jauh lebih besar. Kondisi tersebut di
namakan tatanan rentang-dekat.
• Gambar (a) menunjukkan tatanan rentang-dekat dan rentang-jauh suatu
kristal tunggal.
• Untuk gambar (b) tatanan rentang-dekat tampak dengan jelas namun
tatanan rentang-jauh tidak ada. Susunan atom tersebut merupakan ciri khas
gelas.
KISI DAN STRUKTUR KRISTAL
• Kisi adalah sebuah susunan titik-titik yang teratur dan periodik di dalam ruang. Sebuah kristal
ideal disusun oleh satuan-satuan kristal yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga
dalam ruang.
JENIS STRUKTUR KRISTAL

Logam murni
• Ion
  logam berukuran relatif kecil, dengan diameter 0,25 nm. 1 mm3 mengandung
sekitar 1020 atom.
• Ion-ion sejenis di dalam logam padat murni tertumpuk bersama secara sangat teratur
dan pada sebagian besar logam, tertumpuk sedemikian rupa sehingga secara kolektif
ion-ion menempati volume minimum.
• Sel-sel struktur dari susunan hasilnya yaitu, kubus pemusatan-muka (fcc) (a),
heksagonal tumpukan padat (cph) (b), dan susunan kubus pemusatan ruang (bcc) (c).
• Dengan mengetahui parameter sel, kita dapat menghitung radius r dari atom logam
dengan asumsi atom tersebut berbentuk sferis dan ditumpuk sepadat mungkin.
• Untuk sel struktur kubus hanya diperlukan panjang sisi a, sedangkan untuk sel
heksagonal perlu diketahui parameter a dan c.
• Jika struktur heksagonal memiliki penumpukan padat yang ideal, rasio c/a = 1,633.
pada kenyataannya hal tersebut tidak pernah tercapai, seperti pada Zn = 1,856, dan Ti
= 1,587.
• untuk fcc dan untuk bcc.
• Nomor koordinasi merupakan banyaknya atom tetangga terdekat
berjarak sama di sekitar sebuah atom dalam struktur kristal.
• Struktur cph dan fcc merupakan dua metode penumpukan padat
paling efektif, perbedaan antara keduanya terletak pada cara
penyusunan bidang penumpukan padat.
• Struktur cph terdiri dari lapisan atom tumpukan padat yang
disusun dengan urutan ABABAB atau dapat juga ACACAC.
• Struktur fcc mempunyai urutan penumpukan ABCABCABC
sehingga atom-atom pada lapisan keempat berada tepat di atas
atom-atom lapisan dasar.
• Kerapatan penumpukan pada struktur kadang-kadang dinyatakan
sebagai fraksi penumpukan atom (Atomic Packing Fraction, APF)
yang menunjukkan bagian dari sel yang ditempati.
Intan dan grafit
• Intan adalah elemen yang transparan dan merupakan salah satu material paling
keras, banyak dimanfaatkan sebagai media abrasif dan alat pemotong.
• Grafit digunakan sebagai bahan pelumas padat dan alat tulis (mata pensil).
• Strukturnya terdiri dari 2 sub-struktur fcc yang saling terjalin, di mana salah satu
substruktur tergeser sedikit di sepanjang diagonal ruang lainnya.
• Setiap atom karbon memiliki ikatan kovalen dengan empat tetangga berjarak
sama dengan koordinasi tetrahedral reguler (CN=4) seperti yang terlihat pada
gambar a.
• Grafit kurang padat namun lebih stabil dari intan.
• Struktur grafit terdiri dari struktur berlapis yang sangat anisotropik (gambar b).
• Lapisan-lapisan berdekatan dengan urutan ABABAB bergerak tak tentu arah;
strukturnya buka cph.
• Grafit alami terlihat memiliki struktur rhombohedral ABCABC yang kurang stabil.
Koordinasi pada kristal ionik
• Pendekatan
  pada pembangunan struktur tetrahedron tunduk pada persyaratan ikatan
kovalen yang dominan. Kaidah pauling adalah membandingkan radius kation (r) dengan
radius anion (R).
• Kaidah I: koordinasi anion-anion di sekitar kation referensi ditentukan oleh geometri
sedemikian rupa sehingga kation tetap kontak dengan setiap anion.
• Kaidah II: dalam struktur koordinasi yang stabil, total valensi anion sama dengan jumlah
kekuatan ikatan valensi antara anion tersebut dengan semua kation tetangga. Kekuatan
ikatan didefinisikan sebagai valensi ion dibagi dengan jumlah ikatan sesungguhnya; jadi
untuk Si4+ dengan koordinasi tetrahedral nilainya adalah = 1.
• Kaidah III: suatu struktur ionik cenderung memiliki stabilitas yang maksimum apabila
polihedra koordinasinya berbagi sudut; sisi bersama atau permukaan bersama akan
menyebabkan stabilitasnya berkurang.
• Kaidah IV: pada kristal yang mengandung beberapa jenis kation, kation yang valensinya
tinggi dan CN-nya rendah cenderung membatasi sifat pemakaian bersama dari elemen
polihedra.
• Kaidah V: jika terdapat beberapa alternatif bentuk koordinasi, salah satu di antaranya akan
ada di seluruh struktur. Dengan cari ini, ion jenis tertentu tersebut lebih mudah memiliki
lingkungan yang identik.
Senyawa tipe-AB
• Contoh senyawa tipe-AB adalah MgO yang memiliki struktur tipe
natrium klorida. Dengan kation Mg2+ dan O2- yang menempati dua
subkisi fcc yang saling terpaut.
• Rasio radius ionik r/R = 0,065/0,140 = 0,46, setiap kation Mg2+
terkoordinir secara oktahedral dengan enam anion O2- yang lebih
besar, dan demikian pula sebaliknya (CN = 6:6). Oktahedra tipe ini
berbagi sisi.
• Contoh kedua adalah CuZn (kuningan-β) yang merupakan senyawa
intermetalik yang keras. Senyawa ini memiliki struktur tipe cesium
klorida, dengan 2 subkisi kubik sederhana yang saling terpaut.
• Tembaga (Z = 29) dan seng (Z = 30) memiliki radius atom yang sama.
Tiap atom tembaga membentuk koordinasi rangkap delapan dengan
atom seng; jadi CN = 8:8.
Silika
• Kelompok senyawa tipe-AB2 (rasio stoikiometri 1:2) sangat besar dan terdiri
dari berbagai tipe struktur yang berbeda.
• Silika adalah keramik temperatur tinggi yang banyak digunakan dalam industri
baja dan gelas.
• Kristobalit-β merupakan modifikasi temperatur tinggi dari salah satu di antara
tiga bentuk utama silika (SiO2).
• Metastabilitasi kristobalit dan tridimit yang menonjol pada suhu relatif rendah
biasanya ditimbulkan oleh atom pengotor yang keberadaannya pada lokasi
interstisi akan mendukung struktur yang terbuka dan menghambat konversi.
• Pada struktur ionik kristobalit-β, kation Si4+ yang kecil mempunyai susunan
kubus yang identik dengan intan.
• Anion O2- yang jauh lebih besar membentuk tetrahedral SiO 44- di sekitar
masing-masing dari keempat lokasi tetrahedral yang telah terisi sedemikian
rupa sehingga setiap Si4+ terletak pada jarak sama di antara dua anion.
Alumina
• Alumina terdapat dalam 2 bentuk: α-Al2O3 dan γ-Al2O3.
• α-Al2O3 sering disebut korundum sesuai dengan nama mineralnya,
merupakan prototip untuk oksida ionik lain seperti α-Fe2O3 (hematit),
Cr2O3, V2O3, Ti2O3, dsb.
• Struktur α-Al2O3 dapat dipandang sebagai lapisan anion-anion O2-
tumpukan padat dengan urutan ABABAB... Di mana dua pertiga lubang
interstisi atau oktahedralnya terisi secara simetris oleh Al3+ yang lebih
kecil.
• Koordinasinya adalah 6:4, hal ini mensyaratkan rasio stoikiometrik dari
ion. Strukturnya tidak betul-betul cph karena lokasi oktahedral tidak
terisi penuh.
• γ-Al2O3 secara kolektif merujuk pada sejumlah varian lain yang
mempunyai anion O2- dengan susunan fcc.
Oksida-oksida komplek
• Senyawa tipe ABO3, dengan prototipnya mineral perovskit
(CaTiO3), merupakan kelompok yang sangat menarik dan
serbaguna.
• Barium titanium oksida (BaTiO3) telah diteliti secara
mendalam, menghasilkan senyawa sintetik yang penting,
terutama generasi baru superkonduktor keramik.
• Senyawa ini bersifat polimorfis karena mempunyai sedikitnya
empat titik transisi yang bergantung pada temperatur.
• Diatas titik curie feroelektrik (120 0C), sel satuan kubik
menjadi dari BaTiO3 menjadi tetragonal karena kation Ti4+ dan
anion O2- bergerak berlawanan arah sejajar dengan sumbu
simetri.
• Senyawa-senyawa anorganik dengan struktur mirip mineral
keras yang disebut spinel, MgAl2O4, merupakan material
yang luar biasa serbaguna (untuk bahan arloji, bahan tahan
api, dll.)
• Versi normal dengan oksida-oksida campuran ini biasanya
dinyatakan dengan rumus umum (AB2O4); spinel II-III, spinel
II-IV, dan spinel I-VI digunakan untuk menunjukkan valensi
dari kedua elemen pertama dalam rumus tsb seperti; Mg2+,
Al23+, O42-, Mg22+Ge4+O42-, dan Ag2+Mo6+O42- .
Silikat
• Mineral silikat merupakan mineral terbanyak di kerak bumi sedangkan silikon dan
oksigen adalah elemen kimia yang jumlahnya paling banyak.
• Tetrahedron SiO4 merupakan kunci efektif bagi klasifikasi berbagai jenis mineral
silikat, baik silikat alami maupun buatan.
• Dari masing-masing anion sudut yang jumlahnya empat tersebut, terbentuklah
ikatan yang dipenuhi oleh salah satu di antara berikut ini:
1. Kation yang berdekatan seperti, Mg2+, Fe2+, Fe3+, Ca2+ dsb.
2. Pembentukan “jembatan oksigen” di antara puncak-puncak tetrahedra.
• Pada nesosilikat, tetrahedra SiO44- yang terisolasi tersebar merata dalam struktur.
• Nesosilikat dimanfaatkan pada peralatan dapur tahan api untuk menopang
keramik selama proses pembakaran.
• Keluarga besar mineral nesosilikat yang dikenal dengan nama olivin mempunyai
rumus generik (Mg,Fe)2SiO4, yang menunjukkan bahwa tetrahedra yang
bermuatan negatif diimbangi oleh muatan kation Mg 2+ datau Fe2+.
GELAS ANORGANIK
Struktur jaringan pada gelas
• Variabel pengendali utama pembentuk gelas dari oksida adalah laju pendinginan dari keadaan
cair atau leleh.
• Pendinginan lambat memberikan cukup waktu agar atom dan kelompok atom tertata dengan
sempurna.
• Pendinginan cepat menghalangi proses fisika ini sehingga mengutamakan pembentukan gelas.
• Menurut ASTM (American Society for Testing and Materials) bahwa gelas merupakan produk
fusi anorganik yang menjadi kaku tanpa kristalisasi setelah pendinginan.
• Akibat struktur jaringan yang tidak teratur dan aperiodik, gelas memiliki beberapa karakteristik
khas.
• Gelas bersifat isotropik, dan memiliki sifat yang berubah secara bertahap seiring perubahan
suhu.
• Kekuatan ikatan dalam jaringan bervariasi dari lokasi ke lokasi sehingga tegangan pada
temperatur tinggi menimbulkan deformasi viskos atau aliran.
Klasifikasi oksida pembentuk
• Zachariasen mengelompokkan oksida sebagai berikut:
1. Pembentuk jaringan
2. Intermediate
3. Pengubah jaringan
STRUKTUR POLIMERIK
Termoplastik
• Membahas elemen tetravalen lain yaitu karbon, dan mengkaji kontribusinya pada struktur
organik yang disebut polimer, atau umum dikenal sebagai “plastik”.
• Struktur tersebut berbasis pada molekul rantai-panjang, dan berdasarkan sifatnya dapat
diklasifikasikan sebagai termoplastik, elastomer, dan termoset.
• Untuk menguraikan beberapa prinsip “rekayasa material”, pertama-tama akan dibahas
polietilen (PE), termoplastik linear yang mudah dibentuk dengan kombinasi panas dan tekanan.
• Unit dasar struktur (mer) yang berulang diturunkan dari etena, atau etilen, monomer ini
mempunyai dua ikatan bebas dan disebut tidak jenuh atau bifungsional.
• Rantai yang dihasilkan mempunyai “tulang” kuat yang terdiri dari ikatan kovalen yang tersusun
secara zig-zag dalam tiga dimensi karena mempunyai ikatan tetrahedral.
• Atom karbon berfungsi sebagai “persambungan universal” yang fleksibel dan dapat berpuntir.
• Massa dan bentuk molekul linear ini mempunyai pengaruh besar pada sifat fisik, mekanik, dan
kimia polimer curah.
Elastomer
• Menurut ASTM elastomer merupakan polimer yang dapat ditarik berulang kali pada
temperatur ruang, sehingga sedikitnya menjadi dua kali panjang semula.
• Bila tegangan tiba-tiba dilepaskan, material tersebut akan kembali ke panjang semula.
• Elastomer mencakup polimer alami, seperti poliisopren dan polibutadien pada karet alam, dan
polimer sintetik, seperti polikloropren (Neopren), karet stirenbutadien (SBR), dan karet silikon.
• Sebagian besar polimer menampakkan perubahan struktur yang disebut titik transisi gelas, T g;
Nilai temperatur ini spesifik untuk setiap polimer dan mempunyai nilai praktis maupun ilmiah
yang besar.
• Bila struktur elastomerik dipanaskan melewati Tg, segmen antara hubungan atau titik
pencabangan dapat bergetar lebih keras.
• Persamaan linear sederhana menyatakan ketergantungan temperatur dari respon elastomer
terhadap tegangan geser:
μ=NkT
• Di mana μ adalah modulus geser, N adalah jumlah segmen per satuan volume struktur (antara
titik hubung-silang), k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah temperatur absolut.
Termoset
• Pada kelompok polimer ketiga dan terakhir, yang disebut termoset atau polimer
jaringan, tingkat hubung-silang sangat tinggi.
• Kelompok ini kaku dan kuat, karena ditopang tanpa batas oleh sejumlah segmen
rantai yang relatif lebih pendek dalam tiga dimensi.
• Material termoset dianggap keras dan getas (glassy).
• Contoh resin termoset yang dipakai yaitu fenol-formaldehid (resin P-F; Bakelite), resin
epoksi (adesif konstruksi, Araldite), urea formaldehid (resin U-F; Beetle) dan poliester.
• Resin adalah bahan dengan polimerisasi-parsial yang memerlukan perlakuan lebih
lanjut.
• Pemanfaatan termoset mencakup dua tahap reaksi kimia:
1. Pada tahap pertama, dihasilkan cairan atau bentuk prepolimer padat atau
prekursor yang secara fisik mampu dicetak atau dibentuk.
2. Pada tahap kedua, bergantung pada jenis polimer, dilaksanakan hubung-silang yang
sangat berarti, dengan pemanasan, tekanan atau penambahan bahan pengeras.
Kristalinitas pada Polimer
• Sejauh ini kita menganggap polimer termoplastik sebagai struktur tak-tertata
(nonkristalin) di mana rantai molekul dengan panjang berbeda membentuk
massa yang kusut. Gambaran ini cukup memadai untuk beberapa polimer seperti
polistiren dan polimetil metakrilat (Perspex).
• Namun ternyata ada kemungkinan rantai molekul membentuk daerah dengan
unit berulang yang tersusun membentuk barisan tumpukan-padat yang tertata.
• Nilai kristalinitas sebesar 50% terdapat pada bentuk kerapatan rendah LDPE dan
80% terdapat pada bentuk kerapatan tinggi HDPE.
• Bentuk dengan kerapatan medium menghasilkan keseimbangan antara kekuatan
dan fleksibilitas dan telah digunakan untuk pipa distribusi berwarna kuning yang
memasok gas alam di Inggris.
• Kriteria yang menentukan kristalisasi polimer adalah:
1. Kondisi pembentukan atau pemrosesan polimer
2. Karakter struktural polimer

Anda mungkin juga menyukai