KONTRAK
2
DESKRIPSI SINGKAT
KOMPETENSI DASAR
1. Pelaksanaan Kontrak
2. Addendum Kontrak
3. Penyesuaian Harga (Price Adjustment)
4. Pengendalian Kontrak
5. Pelaksanaan Kontraksi (Perpres 54 Tahun 2010)
6. Pelaporan dan Penyerahan Pekerjaan
7. Pelaksanan, Penyelesaian, Addendum Dan
Pemutusan Kontrak.
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN
DALAM BIMTEK PELAKSANAAN
KONTRAK JASA KONSTRUKSI
MELALUI
PENGUNGKAPAN KASUS-KASUS
YANG MUNCUL KEPERMUKAAN
GAMBARAN UMUM KONDISI PEMAHAMAN PA/KPA,
PPK DAN KK-ULP ATAS BIDANG HUKUM TERKAIT
PELAKSANAAN KONTRAK JASA KONSTRUKSI
Ayat (4) :
Khusus untuk tindak pidana, pelayanan hukum hanya
diberikan hingga tahap Penyelidikan.
Berarti : Untuk kasus Perdata s/d diterbitkanya Putusan
pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap ?
MEMAHAMI KETENTUAN 2 YANG
DITETAPKAN DALAM SYARAT 2
UMUM / KHUSUS KONTRAK YANG
SELANJUTNYA MENJADI BAGIAN
DARI DOKUMEN KONTRAK
PHLN
( JICA LOAN NO. IP - 553 )
Permasalahan Sistim Kontrak Lumpsum
UPAYA – UPAYA LANGKAH PERCEPATAN
DALAM PELAKSANAAN KONTRAK
1. MELAKUKAN DALWAS DALAM PELAKSANAAN
PEKERJAAN :
a. Melakukan PCM, Melaksanakan FE, Melakukan
Adendum, menyelesaikan Shop Drawing
b. Melakukan evaluasi & penilaian pelaksanaan kontrak
c. Memberikan pendampingan dalam pelaksanaan
kontrak (Terutama untuk pekerjaan kompleks / PHLN)
Max
30 days FIELD CCO
Site Take ENGINERING
Over
Max Employer and
Submis of 30 days Establishment
Performance of site office Contractor
Bond responsibility for
Building Failure
Max Max
Max 10 years
28 Days 60 days CONSTRUCTION PERIOD MAINTENANCE
65 MONTHS ( 1950 DAYS ) PERIOD
12 MONTHS
CONTRACT PERIOD
90 Days
PELAKSANAAN KONTRAK
tahap-tahap kegiatan :
1 A 6.000 6 2 2 2 90
Mobilisasi
2 B 5.000 5 1 1 1 1 1 80
10 J 900 0,9 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0
TOTAL 100.000 100 --- --- 2.1 6.8 9.30 28.1 29.8 13.6 6.55 0.80 2.80
0 5 5 5 0
Kumulatif Kemajuan Rencana --- --- 2.1 8.9 18.3 46.4 76.2 89.9 96.4 97.2 100
0 5 0 5 0 0 0
Realisasi Progress Bulan Yang Bersangkutan --- ---
KATEGORI “TERLAMBAT”
DALAM PERIODE I ( RN FISIK 0-70% ) RL FISIK TERLAMBAT 10-20%
DALAM PERIODE II ( RN FISIK 70-100% ) RL FISIK TERLAMBAT 0,5-10%.
KATEGORI “WAJAR”
DALAM PERIODE I ( RN FISIK 0-70% ), RL FISIK TERLAMBAT <10%
DALAM PERIODE II ( RN FISIK 70-100% ), RL FISIK TERLAMBAT < 5%.
PELAKSANAAN KONTRAK
21. Penghentian dan pemutusan kontrak
3. PENGAMANAN KONTRAK “KRITIS” :
a. LAKUKAN UJI COBA TERHADAP PENYEDIA JASA
( RAPAT PEMBUKTIAN / SHOW CAUSEMEETING ).
b. TAHAP AWAL SCM DITINGKAT PROYEK, MENYEPAKATI NILAI
KEMAJUAN FISIK YG HARUS DICAPAI DALAM PERIODE
TERTENTU, DITUANGKAN DALAM BA SCM.
c. BILA GAGAL, SELENGGARAKAN SCM DITINGKAT ATASAN
/ATASAN LANGSUNG PROYEK, EVALUASI PERMASALAHAN,
PENYEBAB KETERLAMBATAN, ADAKAN TEST CASE DENGAN
MENETAPKAN NILAI KEMAJUAN FISIK DALAM PERIODE WAKTU
TERTENTU, DAN TUANGKAN DALAM BA SCM.
d. BILA GAGAL,LANGKAH PENGAMANAN & PENYELAMATAN
PROYEK YANG DAPAT DIUSULKAN PPK ADALAH
PEMUTUSAN KONTRAK.
.
CONTOH KASUS TERKAIT
KEGAGALAN PEKERJAAN
JASA KONSTRUKSI
CONTOH KASUS
Kegagalan Konstruksi di Proyek Jalan Tol
Akses Priok Seksi II (Cilincing – Jampea)
1). Nilai kontrak : Rp. 1,1 Triliun
2). Masalah : Terjadi kegagalan pekerjaan stressing 10 – 12 pilar
jembatan dinyatakan oleh ahli dari jepang dan ahli dari Indonesia
3). Perintah Menteri PUPR : Pilar yang gagal harus dibongkar dan
dibangun ulang dengan dana kontraktor.
4). Pendapat dan Saran :
a. Harus terbukti secara dokumentasi bahwa kontraktor
Wanprestasi dan Lakukan Evaluasi dan penilaian oleh Tim
Penilai Ahli ( Berdasarkan UU Jasa Konstruksi )
b. Lakukan SCM dan Buat Berita Acara SCM yang didalamnya ada
pernyataan kontraktor menyanggupi dan bertanggung jawab
atas semua biaya akibat kegagalan konstruksi
c. Tertib administrasi kontrak harus dibuat dari sekarang untuk
antisipasi terjadinya masalah hokum dikemudian hari
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PERSIAPAN KE PENGADILAN
a. Periksa ketentuan penyelesaian sengketa melalui
pengadilan dalam dokumen kontrak.
b. Pilih pengacara / ahli hukum yang mempunyai
pengetahuan yang berkaitan dengan sengketanya.
c. Pengadilan yang berhak adalah pengadilan negeri
sesuai domisili tergugat.
d. Yang diguqat adalah negara maka yang hadir dalam
sidang di pengadilan adalah Biro Hukum, kecuali bila
pengguna anggaran diminta pengadilan sebagai saksi.
e. Kebutuhan penjelasan substansi sering diminta dalam
hal kasus pemutusan kontrak.
PELAKSANAAN KONTRAK
21. Penghentian dan pemutusan kontrak
TAHAP-TAHAP PROSES MELALUI PENGADILAN :
1). Bila penyelesaian sengketa diluar pengadilan gagal, maka dapat
dilanjutkan ke pengadilan dengan terlebih dahulu mengajukan
somasi sebanyak 5 kali dengan tenggang waktu1-2 minggu.
2). Somasi harus dijawab.
3). Penggugat mengajukan permohonan (petitum), dan tergugat
memasukan jawaban sekaligus permohonan rekompensasi,
selanjutny kegiatan replik, duplik,……sampai keluar keputusan
pengadilan.
4). Keputusan pengadilan harus dilaksanakan secara sukarela oleh
yang kalah dalam waktu yang ditetapkan pengadilan setelah
dibacakan keputusan.
5). Apabila pihak yang kalah tidak menerima keputusan pengadilan,
maka dapat mengajukan banding kepengadilan tinggi negeri
PELAKSANAAN KONTRAK
21. Penghentian dan pemutusan kontrak
Penyelesaian di pengadilan
dimaksudkan agar :
1). Dicapai keadilan, kepatutan dan kesetaraan bagi
para pihak dalam suatu perjanjian kontrak.
2). Diperoleh keputusan final yang harus diterima
kedua pihak.
3).Tidak ada lagi gugatan ke pengadilan untuk
kasus yang sama.
PEMBAHASAN KASUS DALAM
PELAKSANAAN KONTRAK PBJ
KONSTRUKSI
1. Pekerjaan yang tidak selesai pada akhir TA
2. Perbuatan Fiktif dalam pelaksanaan fisik pekerjaan
3. Pemutusan kontrak di Proyek Peningkatan Jalan
4. Jaminan pelaksanaan yang tidak dapat dicairkan
karena kelalaian PPK
5. Klaim karena kelemahan PPK atas pemahaman
pasal2 dokumen kontrak
(pada kontrak PHLN berbahasa Inggris)
6. Penangkapan PPK, Konsultan pengawas, dan Kontraktor di Proyek
Pembangunan jalan.
7. Gugatan kontraktor ke PN akibat putus kontrak secara sepihak
8. Kontrak lebih dari satu tahun anggaran tanpa
ijin multi years
9. Pemutusan kontrak di Proyek Jalan di Jambi
Ver.1_2010
10. Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara
KASUS RUNTUHNYA
JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA
PANJANG 720 M
PADA
TANGGAL 26 NOVEMBER 2011
PENANGANAN KASUS RUNTUHNYA
JEMBATAN KARTANEGARA PANJANG
710 M
DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
IR.HARIS PURADIREDJA
PROCUREMENT SPECIALIST
2. Kelalaian
Bila terbukti ditemukan adanya unsur kelalaian yang
mengakibatkan kerugian harta, benda dan jiwa masyarakat,
maka ada unsur pidana MELANGGAR KUHP PASAL 359
( Kelalaian yang mengakibatkan korban / jiwa
manusia ),sehingga
diperlukan Pendapat atau Kajian hukum untuk penerapannya.
Terdakwa : KPA, PPTK dan Project Manager PT. Bukaka
TUNTUTAN DAN PUTUSAN PENGADILAN
(2). Pertanyaannya :
a. Kenapa hanger tersebut sampai rusak ?
b. Apakah dalam pelaksanaan penggantian hanger tersebut
menggunakan tenaga supervisi atau tenaga ahli ?
c. Bagaimana prosedur dan tata cara penggantian hanger
tersebut, siapa yang menetapkan prosedur dan tata caranya ?
b. Kapan suatu pekerjaan memerlukan tenaga konsultan ?
(3). Bagaimana proses pengadaannya ? Apakah kompetensi
kontraktor pelaksana diyakini dapat/mampu menyelesaikan
pekerjaan ini dan bagaimana bunyi dalam kontraknya
dengan PT. Bukaka ?
Apakah benar, pada saat runtuhnya jembatan,
kontrak belum ditandatangani ?
PERTANYAAN AHLI PENGADAAN
( Procurement Specialist)
PENDAPAT :
(4). Bagaimana bunyi kontraknya dengan PT. Bukaka ?
> Apakah dalam kontrak sudah ditetapkan prosedur dan
tata cara penggantian hanger ini ?
> Bagaimana kualitas material yang digunakan ?
(5). Pertanyaan dalam proses pemilihan penyedia jasa :
a. Bagaimana proses pengadaannya ? Apakah dilelangkan ?
b. Apakah HPS nya ada ? Siapa yang menetapkan HPS ?
c. Siapa yang menetapkan dokumen lelang ?
(6). Apakah proses pengadaannya sudah sesuai Perpres No. 54 tahun
2010 ?
(7). Apakah benar dalam pelaksanaannya pekerjaan ini disubkan ?
(8). Kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pada proyek ini disebut “ Kegagalan konstruksi “
PENDAPAT TENTANG KEGAGALAN KONSTRUKSI
( Procurement Specialist )
PENDAPAT :
(1). Dalam hal terjadi kegagalan konstruksi, seharusnya dibentuk
Tim Penilai oleh Menteri Teknis yang bersangkutan, yang
terdiri dari :
a. Ahli Pelaksanaan kontrak konstruksi;
b. Ahli Perencanaan teknis konstruksi;
c. Ahli hukum;
d. Ahli Pengadaan/Kontrak Jasa konstruksi; dan
e. Ahli lainnya, sesuai kebutuhan