Anda di halaman 1dari 75

SIMPTOMATOLOGI

Kelompok Babang:
Sugiarto Halim
Kevin Sulay Wijaya
Eka Puji Lestari
Erwin Sumardi
Wulia Titiana Nugraha
Kesadaran
A. Kesadaran
1. Disorientasi : Gangguan orientasi waktu, tempat dan
orang.
2. Pengaburan kesadaran : Kejernihan ingatan yang tidak
lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap.
3. Stupor : Penurunan respon dan ketidaksadaran terhadap
lingkungan.
4. Delirium : Reaksi gelisah, bingung, disorientasi yang
berhubungan dengan rasa takut dan halusinasi.
5. Koma : Ketidaksadaran yang parah.
6. Koma vigil : Kesadaran koma, dimana pasien terlihat
seperti bangun atau sadar dengan mata terbuka tapi tidak
bisa dibangunkan ( akinetik mutism ).
7. Twilight State : Gangguan kesadaran dengan halusinasi.
8. Dreamlike state : Digunakan sebagai sinonim untuk
kompleks partial seizure/psikomotor epelepsi.
9. Somnolence : Mengantuk yang abnormal, biasanya pada
proses organik.
10. Confusion : Gangguan kesadaran dimana reaksi terhadap
rangsangan dari lingkungan tidak sesuai. Manifestasi:
gangguan orientasi waktu, tempat dan orang.
11. Drowsiness : Keadaan dengan gangguan awareness yang
berhubungan dengan keinginan untuk tidur.
12. Sundowning : Sindrom pada orang tua sebagai akibat dari
efek sedasi obat yang berlebihan,seperti:
drowsiness,confusion,ataxia dan jatuh.
B. Gangguan Perhatian

1. Distraktibilitas : Tidak mampu untuk memusatkan


perhatian karena stimulus eksternal yang tidak penting.
2. Inatensi Seleksi : Hambatan untuk memusatkan perhatian
hanya terhadap sesuatu yang menimbulkan kecemasan
3. Hypervigilance: Perhatian dan focus yang berlebihan
terhadap stimuli internal dan eksternal ( Sekunder dari
waham dan keadaan paranoid.
4. Trance: Perhatian yang terfokus dengan perubahan
kesadaran, pada hypnosis, gangguan disosiatif dan
pengalaman religi yang luar biasa.
5. Disinhibition : Penghilangan efek inhibisi yang
menyebabkan seseorang kehilangan kontrol terhadap
impuls. Contoh: Intoksifikasi alkohol.
Gangguan Susgestibilitas

1. Folie a deux : Penyakit emosional yang berhubungan antara


2-3 orang.
2. Hypnosis : Modifikasi kesadaran yang diinduksi secara
buatan dengan peningkatan susgestibiliti.
Emosi
A. Afek
1. Appropriate : Irama emosional harmonis dengan ide,pikiran
dan pembicaraan yang menyertai.
2. Inappropriate : Ketidakharmonisan irama emosional dengan
ide, pikiran dan pembicaraan yang menyertai.
3. Tumpul : Gangguan afek yang ditandai dengan penurunan
irama emosional yang parah.
4. Terbatas: Penurunan intensitas irama emosional yang
parah.
5. Datar: Tidak adanya tanda ekspresi atau irama emosional.
Contoh: Suara monoton, wajah tidak bergerak.
6. Labil: Perubahan afek yang cepat dan tiba-tiba yang tidak
berhubungan dengan stimuli eksternal.
B. Mood
1. Disforik: Mood yang tidak menyenangkan.
2. Eutimik: Mood yang normal.
3. Mood yang expansive(meluap-luap): Ekspresi perasaan
tanpa batasan dengan penilaian berlebihan terhadap
kepentingan dan makna sesorang.
4. Irritable: Keadaan mudah kesal atau mudah dibuat marah.
5. Mood swing: Pergerakan antara euphoria dengan depresi
atau kecemasan.
6. Mood meningkat: Mood yang lebih ceria dari biasanya.
7. Euphoria: Elasi kuat dengan perasaan kebesaran.
8. Ekstasi: Perasaan dengan kegembiraan yang luar biasa.
9. Depresi: Perasaan sedih yang psikopatologis.
11. Anhedonia: Hilangnya minat terhadap semua aktivitas
rutin dan yang menyenangkan(berhubungan dengan
depresi).
12. Berkabung: Kesedihan yang sesuai dengan kehilangan
yang nyata.
13. Aleksitimia: Ketidakmampuan atau kesulitan untuk
menyadari emosi dan mood.
14.Ide bunuh diri: Pikiran dan aksi untuk bunuh diri.
14. Elasi: Perasaan gembira, euphoria kemenangan, optimis
dan percaya diri tinggi.
15. Hipomania: Mood yang abnormal dengan karakteristik
kualitas mania tapi tidak kuat.
16. Mania: Keadaan mood dengan karakteristik elasi, agitasi,
hyperaktif hyperseksualitas dan akselerasi berpikir dan
berbicara.
17. Melankolia: Keadaan depresi yang parah
18. La Belle Indeference: Perilaku tenang yang tidak sesuai
atau kurangnya perhatian terhadap disabilitas dirinya
sendiri. Misal: dia cacar tapi merasa tidak biasa saja
C. Mood Lain-Lain

1. Kecemasan: Perasaan takut karena antisipasi bahaya dari


dalam maupun dari luar.
2. Free floating anxiety: Ketakutan yang tidak terpusat pada
sumber yang jelas.
3. Takut: Kecemasan yang disebabkan bahaya yang dikenali
nyata dan realistik.
4. Agitasi: Kecemasan berat dengan kegelisahan motorik.
5. Ketegangan: Peningkatan aktivitas motorik dan psikologis
yang tidak menyenangkan.
6. Panik: Serangan kecemasan yang akut, episodik yang
berhubungan dengan takut dan reaksi autonomik.
7. Apati: Irama emosi yang tumpul yang berhubungan
dengan ketidakacuhan.
8. Ambivelansi: Munculnya dua impuls yang berlawanan
pada waktu yang bersamaan pada hal yang sama,orang
yang sama dan pada waktu yang sama.
9. Abreaksi: Pelepasan emosi setelah pengalaman yang
tidak menyenangkan.
Example: A woman in therapy for sexual difficulty recalls
being raped in childhood; for the first time, she fully
experiences her pain and fear surrounding the incident.
10. Malu: Kegagalan membangun ekspektasi diri.
11. Rasa bersalah: Emosi sekunder karena melakukan
sesuatu yang dianggap bersalah.
12.Kontrol impuls: Kemampuan menahan impulse, keinginan
dan percobaan untuk melakukan sesuatu.
13. Ineffability: Keadaan ekstasi pada seseorang yang tidak
bisa digambarkan, diekspresikan dan tidak mungkin
untuk disampaikan pada orang lain.
14. Dechatexis: Pelepasan emosi dari pikiran, ide dan orang.
D. Gangguan fisiologis yang berhubungan
dengan mood
1. Anorexia: Berkurangnya atau hilangnya nafsu-makan.
2. Hyperphagia: Peningkatan asupan makanan.
3. Insomnia: Hilang atau menurunnya kemampuan untuk
tidur.
a. Initial : Sulit untuk terjatuh tidur.
b. Middle: Kesulitan tidur nyenyak tanpa terbangun dan
kesulitan kembali tidur.
c. Terminal: Terbangun lebih awal.
4. Hypersomnia: Kelebihan tidur
5. Variasi diurnal: Mood terburuk pada pagi hari, segera
setelah bangun dan makin siang moodnya makin
membaik.
6. Penurunan libido/diminshed libido : penurunan minat sexual,
dorongan dan penampilan.
7. Konstipasi : kesulitan untuk berdefekasi.
8. Fatigue : perasaan lemah, mengantuk, iritabel yang mengiringi
keadaan mental dan aktivtas tubuh.
9. Pica : makan sesuatu yang bukan makanan, seperti tanah liat
dan cat.
10. Pseudocyesis : pasien mempunyai sign dan symptom kehamilan.
11. Bulimia : ketidakpuasan rasa lapar dan makan. Pada bulimia
nervosa dan depresi atypical.
12. Adynamia : lemah dan fatigue
III. Motorik

1. Echopraxia : peniruan gerakan yang patoIogis seseorang oleh yang lain.


Contoh gerakan sederhana yang dapat ditiru adalah gerakan bertepuk
tangan, menjentikkan jari, dan berjabat tangan.

2. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik.


Contoh: Gerakan cepat atau berulang terus-menerus, seringkali diikuti
meringis dan ekspresi wajah yang aneh, dan gerakan tubuh yang tidak biasa
adalah ujung ekstrim lain dari katatonia.
a. Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus menerus.
Penderita katalepsi tetap mempertahankan posisi tubuh atau anggota
tubuh untuk jangka waktu yang cukup lama.  Tubuh kaku, kaki kaku, 
tungkai tinggal di posisi yang sama ketika pindah.
b. Luapan katatonik : agitasi, aktivitas motorik yang tidak bertujuan dan
tidak dipengaruhi stimulus luar.
c. Stupor katatonik : perlambatan aktivitas motorik seringkali sampai tidak
bergerak dan tampak tidak menyadari keadaan sekeliling.
d. Rigiditas katatonik : penerimaan postur rigid yang disadari, melawan
semua usaha untuk digerakkan.
c. Posturing katatonik : penerimaan terhadap postur aneh dan tidak sesuai
yang disadari dan dipertahankan pada waktu yang lama.
d. Waxy flexibility : kondisi dimana seseorang bisa dibentuk pada suatu
posisi yang akan dipertahankannya dalam waktu yang lama. Seolah
tubuh pasien seperti terbuat dari lilin.
e. Akinesia : penurunan atau hilangnya pergerakan tubuh pada imobilitas
yang ekstrim pada skizofrenia katatonik.

3. Negativism : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk


intruksi atau digerakan.
Contoh: menentang nasihat, permintaan orang lain dan perintah orang lain
untuk beraktivitas atau melakukan aktivitas yang berlawanan.
4. Kataplexi : hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara karena
keadaan emosional.
Contoh: tonus otot menghilang mendadak untuk beraktivitas dan
sejenak, diikuti atau tidak diikuti oleh penurunan kesadaran yang
disebabkan oleh keadaan emosi.
5. Stereotipik : pola pengulangan tindakan fisik dan bicara yang terflksasi.
Contoh: gerakan salah satu anggota badan yang berulang-ulang dan tidak
bertujuan
6. Mannerism : pergerakan tidak disadari yang merupakan kebiasaan.
Contoh: gerakan seperti teatrikal dan dibuat-buat seperti pada suatu
pertunjukkan
7. Automatism ; tindakan-tindakan automatis yang dilakukan mewakili
aktivitas simbolik yang tidak disadari.
8. Automatism perintah : automatis mengikuti sugesti.
Contoh: menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikirkan
terlebih dahulu.
9. Mutism : tidak bersuara, diam tanpa kelainan struktural. (diam
seribu bahasa, mematung)
10. Overaktivitas :
a.Agitasi psikomotor : aktivitas motorik dan berpikir yang berlebihan
karena ketegangan dalam, biasanya tidak produktif.
b.Hyperaktivitas : kegelisahan, agresif, aktivitas destruktif yang
berhubungan dengan keadaan patologis otak.
c.Tik : pergerakan motorik yang spasmodik, tidak disadari. (gerakan
inovlunter sekejap dan berkali-kali yang relatif pada bagian kecil
(otot muka))
d.Somnambulism : tidur berjalan.
e. Akathisia : perasaan subjektif akan danya ketegangan otot sekunder dari
pengobatan antipsikotik yang menyebabkan kegelisahan, bolak balik,
duduk berdiri.
Contoh: Mengayun-ayunkan tangan dan seluruh tubuh, memindahkan
beban badan dari satu kaki ke kaki lainnya (ketika berdiri), menyeret kaki
sambil berjalan, mengangkat lutut seperti sedang baris-berbaris,
mengulurkan kaki atau mengayunkan kaki sambil duduk.
f. Kompulsi : impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan sesuatu yang
berulang-ulang.
- Dipsomania : kompuisi untuk minum alcohol.
- Kleptomania : kompuisi untuk mencuri.
- Nimfomania : kebutuhan koitus yang kuat pada wanita.
- Satiriasis : kebuthan koitus yang kuat pada pria.
- Trikotiiomania : kompulsi untuk mencabut rambut.
- Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat untuk menurunkan
kecemasan.
g. Ataksia : kegagalan koordinasi otot, gerakan otot yang tidak teratur.
h. Polifagia : makan berlebihan yang patologis.
g. Ataksia : kegagalan koordinasi otot, gerakan otot yang tidak teratur.
Contoh: Langkah kaki yang tidak stabil atau seperti mau jatuh,
kesulitan mengendalikan motorik halus, seperti makan, menulis,
atau mengancingkan baju, perubahan cara bicara, sulit menelan,
nystagmus atau pergerakan bola mata yang tidak disengaja.
Pergerakan mata ini dapat terjadi pada satu atau kedua mata yang
bergerak ke samping (horizontal), atas-bawah (vertikal), atau
memutar.
h. Polifagia : makan berlebihan yang patologis.
i. Tremor : perubahan ritmik pergerakan yang biasanya lebih cepat
dari 1 beat/detik.
i. Floccilation : picking yang tidak bertujuan biasanya pada pakaian
atau seprei dalam keadaan delirlum.
11.Hypoaktivity : penurunan aktivitas motorik dan berpikir, perlambatan
pikiran, bicara, dan pergerakan yang dapat terlihat.
12.Mimicry : aktivitas motorik yang tiruan yang simple pada anak-anak.
13.Agresi : tindakan kuat bisa verbal maupun fisik ynag ditujukan, bagian
motorik dari afek kemarahan, kekasaran dan permusuhan.
Contoh: perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya
mengalami bahaya atau kesakitan (mempertahankan suatu daerah
teritorial)
14.Memerankan (acting out) : ekspresi langsung dari impuls yang tidka
disadari dalam bentuk gerakan.
15.Abulia : penurunan impls untuk berpikir dan bertindak dengan
ketidakacuhan atas akibat tindakan disertai deficit neurologis.
Contoh: berantakan, ceroboh, menghambat gerakan yang tidak
terkoordinasi, menghambat reaksi emosional dan ucapan, keengganan
untuk menghubungi orang lain, isolasi sosial, miskin bicara, gerak tubuh,
ekspresi wajah, kurangnya ketertarikan pada pencarian favorit sebelumnya
(hobi), terdiam sebelum menjawab pertanyaan itu.
16. Anergia : hilangnya energy.
17. Astasia abasia : ketidakmampuan untuk berdiri atau berjalan dalam
aturan yang benar, tapi pergerakan kaki normal saat duduk atau
berbaring. Biasanya apada gangguan konversi.
18. Korophagia : memakan feces.
19. Dyskinesia : kesulitan melakukan pergerakan yang disadari (pada EPS)
Contoh: tremor dan gerakan tubuh dan anggota badan yang menggeliat,
gerakan abnormal pada wajah, mulut, dan lidah, cibiran bibir yang
berulang-ulang, dan tonjolan lidah. 
20. Rigidity otot : keadaan dimana otot tidak dapat digerakkan , pada
skizofreniaia.
21. Twirling : tanda yang terdapat pada anak autis yang berputar pada arah
dimana kepalanya menoleh.
22. Bradykinesia : aktivitas motorik yang melambat dengan penurunan yang
normal.
22. Chorea : pergerakan yang acak, tidak disadari, cepat, jerky dan tidak
bertujuan. (utamanya terjadi di bagian wajah, tangan dan kaki.)
23. Convulsion : invoiuntary, kekerasan kontraksi atau spasme otot.
24. Seizure : serangan tiba-tiba beberapa gejala : konvulsi, kehilangan
kesadaran, gangguan fisik dan sensori, pada epilepsi dan
substance induced.
25. Amimia : ketidakmampuan untuk meniru gestur yang dibuat oleh
orang lain.
Berpikir
Gangguan umum pada bentuk dan proses berpikir
• Gangguan mental : sindrom psikologis yang berhubungan dengan
penderitaan atau ketidakmampuan .
• Psikosis : ketidakmampuan untuk membedakan realitas dengan fantasi.
Gangguan pada tes realitas dengan menciptakan realitas baru.
• Uji realita: evaluasi dan penilaian objektif tentang dunia diluar dirinya
Example: One person is more accurate than another in judging whether his
own ideas are consistent with verifiable facts.
• Gangguan pikiran formal: gangguan dalam bentuk pikiran daripada isi
pikiran; dikarakteristikan dengan asosiasi longgar, neologisme, dan konstruk
ilogikal; proses berpikir terganggu dan orangnya disebut psikotik
Example: “He went to the ballpark and bought Frank’s beer belly home in a
bag of grass seed.”
• Pikiran tidak logis: berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau
kontradiksi internal; hanya psikopatologis jika jelas tandanya dan tidak
disebabkan oleh nilai budaya atau defisit intelektual
• Dereisme: aktivitas mental yang tidak sejalan dengan logis atau
pengalaman
Example: The patient expresses many novel ideas which appear
based on his own emotional needs rather than on any external
reality.
• Pikiran autistik: preokupasi terhadap dunianya sendiri
Example: The patient religiously avoids stepping on cracks in the
pavement when walking outside, because he is convinced the car
accident he witnessed two years ago was caused by this.
• Pikiran magis: bentuk dari pikiran dereistik sama dengan fase
preoperasional pada anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata atau
tindakan memiliki kekuatan (misal, untuk menyebabkan atau
mencegah suatu kejadian)
• Example: The patient reports numerous instances of her thoughts
having caused natural disasters in distant cities.
• Proses berpikir primer: istilah umum untuk pikiran dereistik,
tidak logis, magis; normalnya ditemukan dalam mimpi,
abnormal pada psikosis
• Insight emosional: tingkat pengertian dan kesadaran yang
dalam yang mungkin dapat memimpin pada perubahan
positif kepribadian dan perilaku
Gangguan Spesifik Dalam Bentuk Pikiran
• Neologisme: kata baru yang dibuaat oleh pasien, seringnya menggabungkan
suku kata dari kata lain. Sebagai alasan idiosinkratik psikologis
Example: “The only problem I have is my frustionating!”
• Word salad: campuran kata dan frase yang inkoheren (produk dr pikiran
inkoheren)
"Colorless green ideas sleep furiously."
• Sirkumstansialitas: bicara tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan
tetapi akhirnya kembali ke poin utama dan mencapai tujuan, dikarakteristikan
dengan detail yang tidak penting dan berlebihan
Example: When asked about a bruise on her arm, the patient recounts
everything else that happened that same day before explaining how she was
injured.
• Tangensialitas: ketidakmampuan untuk mencapai asosiai pikiran yang
ditujukan
Example: The patient begins to explain how she was injured, but loses her train
of thought and goes on to other subjects.
• Inkoherensi: pikiran yang tidak dapat dimengerti; pikiran
atau kata datang bersama tanpa adanya hubungan logis atau
tata bahasa yang menghasilkan disorganisasi
• Perseverasi: respons yang terus menetap terhadap stimulus
sebelumnya setelah ada stimulus baru
Example: Asked for the day, the patient says it’s Sunday.
Subsequent questions about month, year, and place are all
met with the same reply.
• Verbigerasi: pengulangan tidak bermakna dari kata atau
frase spesifik
Example: “Peter paid plenty for piping. Plenty for piping paid
Peter.”
• Ekolalia: pengulangan psikopatologis dari kata atau frase
seseorang oleh orang lain; cenderung repetitif dan persisten;
intonasi stakato atau seperti menghina
• Kondensasi: penggabungan berbagai konsep menjadi satu
• Jawaban irelevan: jawaban yang tidak harmonis dengan
pertanyaan yang ditanyakan (seseorang tampak acuh atau tidak
memperhatikan pertanyaan)
• Asosiasi longgar: arus pikiran diamana ide berganti dari satu
subyek ke subyek lain dalam arah yang tidak berhubungan
sepenuhnya
• Derailment: penyimpangan bertahap atau tiba-tiba dari jalan
pikiran tanpa blocking; biasanya digunakan secara sinonim
dengan asosiasi longgar
Example: “…So after the storm we found the canoe a bit down the
river, and then, uh…my mother came to see me today.”
• Flight of ideas: verbalisasi yang cepat dan terus-menerus atau permainan
dalam kata-kata yang menghasilkan pergeseran konstan dari satu ide ke
ide lainnya; ide-ide cenderung berhubungan dan jika tingkat
keparahannya lebih kecil pendengar dapat mengikuti pembicara.
Example: A man starts talking about his business, but quickly shifts to
discussing the economy, the government, and other countries.
• Clang association: asosiasi kata yang memiliki bunyi sama tetapi tidak
dengan artinya; kata-kata tidak mempunyai koneksi logis; mungkin
termasuk rhyming atau sajak
Example: “He went in entry in trying tieing sighing dying ding-dong dangles
dashing dancing ding-a-ling!”
• Blocking: interupsi tiba-tiba dari arus pikiran sebelum ide atau satu
pikiran selesar; setelah berhenti singkat, orang tersebut tidak dapat
merecall apa yang telah dikatakan atau apa yang ingin dikatakan (juga
disebut thought deprivation)
Example: A married woman repeatedly forgets the name of her new boss.
Her therapist suggests she may be experiencing an uncomfortable, possibly
subconscious attraction to him.
• Glosolalia: ekspresi dari sebuah pesan wahyu melalui kata-
kata yang tidak dapat dipahami (juga dikenal dengan
speaking in tongues); tidak dimasukkan ke dalam gangguan
pikiran jika dikaitkan dengan praktik tertentu. Agama
Pentecostal; kriptolalia, bahasa privat yang diucapkan
Gangguan Spesifik pada Isi Pikiran

• Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit


informasi karena ketidakjelasan, repetisi yang kosong atau
frase kabur
• Ide yang berlebihan: tidak masuk akal, kepercayaan salah
yang dipertahankan tetapi tidak separah waham
• Delusi: keyakinan yang salah, didasarkan pada kesimpulan
yang salah tentang realita eksternal, tidak konsisten dengan
intelegensi pasien dan latar belakang budaya; tidak dapat
dikoreksi dengan reasoning
Pembagian Waham (1)

 Waham bizzare: keyakinan yang benar-benar tidak masuk


akal, keyakinan aneh (misal alien dari luar angkasa telah
memasang implant elektroda di otak seseorang)
Waham tersistematisasi: keyakinan yang salah atau
keyakinan yang digabungkan oleh satu tema atau peristiwa
tunggal (misal seseorang diintai oleh CIA, FBI atau mafia)
Waham sejalan dengan mood: waham yang isinya sejalan
dengan mood (misal, orang depresi percaya bahwa dia
bertanggung jawab terhadap kehancuran dunia)
Pembagian Waham (2)

Waham tidak sejalan dengan mood: waham yang isinya


tidak berasosiasi dengan mood atau netral terhadap mood
(misal pasien depresi memiliki thought control atau thought
broadcasting)
Waham nihilistik: perasaan salah bahwa seseorang, orang
lain, atau dunia tidak ada atau akan berakhir
Waham kemiskinan: keyakinan yang salah bahwa dirinya
akan kehilangan seluruh hartanya
Pembagian Waham (3)
Waham somatik: keyakinan salah yang melibatkan fungsi tubuh
(misal keyakinan bahwa otaknya busuk atau leleh)
Waham paranoid: termasuk waham kejar, dan waham
hubungan/reference, dan kebesaran
a. Waham persekusi: keyakinan salah seseorang bahwa ia sedang
dianiaya, dicurangi atau dipersekusi
b. Waham kebesaran: sesorang membesar-besarkan konsepsi
tentang pentingnya, kekuasaan atau dirinya,
c. Waham hubungan: keyakinan salah bahwa perilaku orang lain
ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, objek atau orang lain
memiliki signigikansi tertentu, biasanya dalam bentuk negatif;
berasal dari ide hubungan, dimana seseorang merasa bahwa
orang lain membicarakan dirinya(misal, seseorang percaya bahwa
orang uang ada di televisi atau radio membicarakannya)
Pembagian Waham (4)

Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan salah tentang


penyesalan yang dalam dan rasa bersalah
Waham pengendalian/delusion of kontrol: keyakinan salah tentang
keinginan, pikiran atu perasaan dikontrol oleh kekuatan luar
a. Thought withdrawl : waham bahwa pikirannya dihilangkan oleh
orang atau tenaga lain
b. Thought insertion : waham bahwa pikirannya dimasukkan kedalam
pikiran seseorang oleh orang atau tenaga lain
c. Thought broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat didengar
orang lain, seperti disiarkan
d. Thought control: waham bahwa pikirannya dikontrol oleh orang
atau tenaga lain
Pembagian Waham (5)

• Waham cemburu: waham yang didapat dari kecemburuan patologis


bahwa pasangan tidak setia
• Erotomania: lebih sering pada wanita, bahwa seseorang sangat
mencintai dirinya
• Pseudologia phantastica: kebohongan dimana seseorang tampak
meyakini realita dari fantasinya dan bertindak atas kenyataan
tersebut; dihubungkan dengan sindrom Munchausen (penipuan sakit
berulang)
• Preokupasi pikiran: pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai
tonus afektif kuat, seperti pada kecenderungan paranoid atau bunuh
diri atau preokupasi membunuh
• Tren atau preokupasi aliran pikiran: pemusatan aliran pikiran pd
suatu ide tertentu (cth: tren paranoid, suicidal, homicide)
• Egomania: Preokupasi terhadap diri sendiri yg patologis
• Hipokondria: kekhawatiran berlebih bahwa dirinya menderita
penyakit tertentu (patologi organik); berhubungan dgn
kecemasan
• Obsesi: keyakinan patologis atau perasaan yg tdk dpt ditolak yg
tdk dpt dieliminasi dari kesadaran oleh usaha logis
• Kompulsi: kebutuhan patologis untuk bertindak secara impulsif,
jika ditahan, akan mengakibatkan kecemasan; tindakan
berulang-ulang sbg respon thdp obsesi
• Koprolalia: Kompulsi utk bicara kotor
• Monomania: preokupasi terhadap objek tunggal
• Noesis: proses di alam bawah sadar yg mncoba utk menurunkan
kecemasan dengan keinginan instinctive.
• Unio mystica: perasaan penyatuan scr mistik oleh kekuatan yg
tak tertandingi.
13. Fobia: persisten, tdk rasional, dan berlebihan atau ketakutan
patologis terhadap suatu stimulus atau situasi.
a. Fobia spesifik: fobia thdp suatu objek atau situasi (laba-laba,
ular)
b. Fobia sosial: ketakutan thdp humiliasi publik, seperti takut
berbicara, makan, dan tampil di depan umum
c. Acrophobia: fobia thdp tempat tinggi
d. Agoraphobia: fobia thdp tempat terbuka
e. Algophobia: fobia thdp nyeri
f. Ailurophobia: fobia thdp kucing
g. Erythrophobia: fobia terhadap warna merah
h. Panphobia: fobia terhadap segalanya
i. Claustrophobia: fobia thdp tempat tertutup
j. Xenophobia: fobia thdp org asing/tdk dikenal
k. Zoophobia: fobia thdp binatang
l. Needle phobia: fobia terhadap disuntik, dan jarum suntik
Pembicaraan

• Ide,fikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi


dengan menggunakan kata-kata dan bahasa.
a. Gangguan Cara Berbicara
1. Tekanan bicara : gaya bicara yang cepat, peningkatan jumlah dan
kesulitan untuk memutus pembicaraan
2. Kesukaan bicara ( logorrhea) : bicara yangbanyak sekali, bertalian
dan logis
3. Kemisikinan bicara (poverty of speech) : pembatasan jumlah
bicara yang digunakan;jawaban mungkin hanya satu kata
( monosyllabic)
4. Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang hanya diberikan
jika ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada pembicaraan
yang dimulai dari diri sendiri
5. Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi
memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekososngan
atau fase streotipik
6. disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal (prosodi)
7. Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan
kata atau tata bahasa
8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan: hilangnya
modulasi volumr bicara normal; dapat mencerminkan berbagai
keadaan patologis mulai dari psikosis sampai depresi atau ketulian.
9. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata
yang sering, menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas
10. Latah : gaya bicara yang serampangan dan tidak berirama,
terdiri dari seruan spontan dan cepat
11. Akulalia : gaya bicara tidak masuk akal terkait dengan gangguan
pemahaman yang cukup bermakna
12. Bradilalia : gaya bicara lambat yang abnormal
13. Disfonia : kesulitan atau nyeri saat bicara
b. Gangguan Afasik ( gangguan dalam pengeluaran bahasa )
1. Afasia motorik : gangguan bicara yang disebakan oleh
gangguan kognitif di mana pengertian adalah tetap tetapi
kemempuan untuk bicara sangat terganggu; bicara terhenti-
henti, susah payah, dan tidak akurat ( juga dikenal dengan
afasia broca, tidak fasih dan ekspresif)
2. Afasia sensoris : kehilangan kemampuan organik untuk
mengerti arti kata; bicara lancar dan spontan, tetapi
membingungkan dan yang bukan-bukan ( juga dikenal dengan
afasia Wernicke, fasih, reseptif)
3. Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat
untuk suatu benda ( juga dikenal afasia anomia dan amnestic)
4. Afasia sintatis : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata
dalam urutan yang tepat.
5. Afasia jargon : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;
kata-kata yang tidak bermakna diulang dengan berbagai intonasi
dan peribahan suara
6. Afasia Global : kombinasi afasia fluent dan non fluent.
7. Alogia : ketidakmampuan berbicara akibat suatu defisit mental
atau episode demensia
8. Koprofasia : penggunaan bahasa yang vulgar atau kasar secara
involunter; terdapat pada gangguan Tourette dan beberapa kasus
skizofrenia.
GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi: persepsi sensori yg salah yg tdk berhubungan dgn


stimuli eksternal yg nyata.
a.Halusinasi hypnagogic : halusinasi yg muncul saat tertidur.
b. Halusinasi hypnopumpic: halusinasi yg timbul sesaat stlh terbangun
dari tidur
c.Halusinasi auditori: halusinasi yg biasanya berupa suara-suara
d.Halusinasi visual: halusinasi yg biasanya brp bentuk (orang) dan yg
tdk berbentuk (kilatan cahaya)
e. Halusinasi olfaktori: halusinasi penciuman
f. Halusinasi Gustatori : halusinasi rasa, seperti rasa tdk enak di lidah
g. Halusinasi taktil: halusinasi sentuhan, menjalar dikulit atau di bawah
kulit (formication)
h. Halusinasi Somatis: halusinasi yg timbul di dalam atau pd tubuh (organ
visceral)
i. Halusinasi Liliput: halusinasi dimana objek terlihat lebih kecil dari
aslinya (micropsia)
j. Halusinasi sejalan mood (kongruen-mood): cth pasien depresi
mndengar suara yg mengatakan bhwa dirinya adalah org jahat
k. Halusinasi tdk sejalan mood: cth pd kasus depresi, halusinasi biasanya
brp rasa bersalah , hukuman yg patut diterima)
l. Halusinosis: halusinasi, umumnya auditori yg berhubungan dgn
penggunaan alkohol kronik
m. Sinesthesia: sensasi atau halusinasi yg diakibatkan oleh sensasi lain
n. Trailing phenomenon: abnormalitas persepsi yg berkaitan dgn obat
halusinogenik
o. Halusinasi perintah (command): halusinasi yg menbuat seseorang
patuh tdk dpt menolak perintah tsb

2. Ilusi: persepsi atu interpretasi yg salah terhadap stimuli sensori


eksternal yg nyata
VI. PERSEPSI
B. Gangguan yang berkaitan dengan gangguan kognitif (1)

1. Agnosia : ketidakmampuan mengenali dan


menginterpretasikan pengalaman sensorik yang nyata
2. Anosognosia (pengabaian penyakit) : ketidakmampuan
seseorang untuk mengenali suatu defisit neurologis
yang terjadi pada dirinya
3. Somatopagnosia (pengabaian tubuh) : ketidakmampuan
seseorang untuk mengenali bagian tubuh sebagai
miliknya sendiri (disebut juga autotopagnosia)
VI. PERSEPSI
B. Gangguan yang berkaitan dengan gangguan kognitif (2)
4. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali obyek
atau orang
5. Astereognosis : ketidakmampuan untuk mengenali obyek
melalui sentuhan
6. Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah
7. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas spesifik
8. Simultagnosia : ketidakmampuan untuk memahami lebih
dari satu elemen pemandangan visual pada suatu waktu atau
untuk mengintegrasi bagian tersebut sebagai suatu kesatuan
VI. PERSEPSI
B. Gangguan yang berkaitan dengan gangguan kognitif (3)
9. Adiadokhokinesia : ketidakmampuan untuk
melakukan gerakan cepat bergantian
10. Aura : sensasi peringatan berupa otomatisasi, rasa
penuh pada perut, pipi memerah, perubahan napas,
sensasi kognitif, dan keadaan afektif yang biasanya
dialami sebelum serangan kejang, suatu prodormal
sensorik yang mendahului nyeri kepala migren klasik
VI. PERSEPSI
c. Gangguan yang berkaitan dengan konversi
dan fenomena disosiatif (1)
Somatisasi materi yang direpresi atau timbulnya gejala fisik dan distorsi yang
melibatkan otot volunter atau organ indera tertentu; bukan dibawah kendali
volunter dan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan fisik lain
1. Anestesia histeris : hilangnya modalitas sensorik akibat konflik emosional
2. Makropsia : keadaan ketika obyek tampak lebih besar daripada
sebenarnya
3. Mikropsia : : keadaan ketika obyek tampak lebih kecil daripada
sebenarnya
(Baik makropsia atau mikropsia juga dapat disebabkan oleh penyakit
organik yang jelas, contohnya kejang parsial kompleks)
VI. PERSEPSI
c. Gangguan yang berkaitan dengan konversi
dan fenomena disosiatif (2)
4. Depersonalisasi : sensasi subjektif pada seseorang
bahwa dirinya terasa tidak nyata, asing, atau tidak
familiar
5. Derealisasi : sensasi subjektif bahwa tampak aneh
atau tak nyata; perasaan bahwa kenyataan telah
berubah
6. Fugue : mengambil identitas baru disertai amnesia
akan identitas yang lama; seringkali melibatkan
perjalanaan atau berkelana ke lingkungan baru
VI. PERSEPSI
c. Gangguan yang berkaitan dengan konversi
dan fenomena disosiatif (3)
7. Multiple personality : seseorang yang pada saat yang
berbeda tampak memiliki dua atau lebih kepribadian dan
karakter yang sama sekali berbeda (disebut sebagai
gangguan identitas disosiatif dalam DSM-IV)
8. Disosiasi : mekanisme pertahanan bawah sadar yang
meliputi pemisahan seluruh kelompok proses mental atau
perilaku dari aktivitas psikis lain pada orang tsb; dapat
mencakup pemisahan suatu ide dan nada emosional yang
menyertainya, seperti yang tampak pada gangguan konversi
dan disosiasi
vii. Memori
Fungsi penyimpanan informasi di dalam
otak yang kemudian diingat kembali ke alam
sadar. Orientasi adalah keadaan normal
seseorang terhadap sekitarnya dalam hal
waktu, tempat, dan orang
vii. Memori
a. Gangguan memori (1)
1. Amnesia : ketidakmampuan parsial atau total
untuk mengingat kejadian masa lalu; dapat
bersifat organik atau emosional
a) anterograd : amnesia mengenai kejadian
yang terjadi sesudah waktu tertentu
b) Retrograd : amnesia mengenai kejadian yang
terjadi sebelum waktu tertentu
vii. Memori
a. Gangguan memori (2)
2. Paramnesia : pemalsuan memori akibat distorsi
dalam mengingat kembali
a) fausse reconnaissance : pengenalan yang
salah
b)Falsifikasi retrospektif : memori menjadi
terdistorsi di luar keinginan (tanpa sadar),
dipengaruhi oleh kondisi pengalaman, kognisi
dan emosi seseorang saat itu
vii. Memori
a. Gangguan memori (3)
2. Paramnesia : pemalsuan memori akibat distorsi dalam
mengingat kembali
c) Konfabulasi : pengisian kekosongan memori secara tidak
sadar degan pengalaman yang dipercayai oleh seseorang
namun hal tersebut tidak sesuai kenyataan; paling sering
disebabkan oleh patologi organik
d) Dejavu : ilusi pengenalan visual yaitu suatu situasi yang
baru dikenali secara salah sebagai pengulangan memori
yang telah dialami sebelumnya
e) Deja entendu : ilusi pengenalan auditorik
vii. Memori
a. Gangguan memori (4)
2. Paramnesia : pemalsuan memori akibat distorsi dalam
mengingat kembali
f) Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran yang baru dikenali
sebagai pikiran yang sebelumnya telah dialami atau
diungkapkan
g) Jamais vu : perasaan yang salah yaitu seseorang tidak merasa
familiar dengan situasi yang sebelumnya telah ia alami
h) Memori palsu : pengingatan kembali dan keyakinan oleh
seseorang mengenai suatu kejadian yang sebenarnya tidak
terjadi
vii. Memori
a. Gangguan memori (5)
3. Hiperamnesia : derajat retensi dan pengingatan kembali memori yang
berlebihan
4. Citra eidetik : memori visual yang sangat jelas, hampir seperti halusinasi
5. Memori layar : memori yang ditoleransi secara sadar untuk menutupi
suatu memori yang menyakitkan
6. Represi : mekanisme defensi yang ditandai dengan melupakan secara
sadar ide atau impuls yang tak dapat diterima
7. Lethologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat nama atau
kata benda yang benar
8. Blackout : amnesia yang dialami oleh alkoholik tentang perilaku selama ia
minum-minum; biasanya mengidentifikasikan terjadinya kerusakan otak
reversibel
Vii. Memori
b. tingkatan memori (1)
1. Segera : reproduksi atau pengingatan materi yang
baru diterima dalam jangka waktu detik atau menit
2. Jangka pendek : mengingat peristiwa yang terjadi
selama beberapa hari sebelumnya
3. Jangka menengah : mengingat peristiwa yang
terjadi dalam beberapa bulan sebelumnya
4. Jangka panjang : mengingat peristiwa yang terjadi
jauh di masa lampau
ViiI. intelegensi

Kemampuan untuk memahami, mengingat


kembali, memobilisasi, dan mengintegrasikan
secara konstruktif pelajaran di masa lalu dalam
menghadapi situasi baru
ViiI. intelegensi
a. Retardasi mental
Kurangnya intelegensi hingga mencapai suatu derajat terdapatnya
gangguan kinerja sosial dan pekerjaan :
 Mild (ringan) : IQ 50 atau 55 sampai 70
 Moderate (sedang) : IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55
 Severe (berat) : IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40
 Profound (sangat berat) : IQ dibawah 20 atau 25
Istilah lain (istilah kunonya) :
 Idiot : usia mental seperti anak usia dibawah 3 thn
 Imbecile : usia mental seperti anak usia 3 sampai 7 thn
 Moron: usia mental seperti anak usia sekitar 8 thn
ViiI. intelegensi
a. Demensia (1)
Deteriorisasi (Penurunan fungsi)
intelektual yang bersifat organik
dan global tanpa terjadinya
kesadaran berkabut
ViiI. intelegensi
a. Demensia (2)
1. Diskalkulia (akalkulia) : hilangnya kemampuan dlm
berhitung : bukan disebabkan oleh kecemasan
atau gangguan dalam konsentrasi
2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan dlm
menulis miring; hilangnya kemampuan dlm
menyusun kata (hilangnya struktur kata)
3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang
sebelumnya dimiliki; tdk dsebabkan oleh ggn
visual
ViiI. intelegensi
C. Pseudodemensia : Gambaran klinis yg menyerupai
demensia dan tdk dsebabkan oleh kondisi organik; banyak
disebabkan oleh depresi (sindrom demensia karena
depresi)
D. Pemikiran konkret : cara berpikir secara harfiah,
menggunakan metafor tanpa mengerti esensi dari suatu
kalimat; alur pikiran satu dimensi.
E. Pemikiran abstrak : kemampuan untuk memahami nuansa
makna; pemikiran multidimensi dengan kemampuan
untuk menggunakan metafora dan hipotesis secara tepat
IX. TILIKAN/
INSIGHT (1)

Kemampuan seseorang untuk


memahami penyebab yang sebenarnya
dan makna suatu situasi (contohnya
sekumpulan gejala)
IX. TILIKAN/INSIGHT (2)
A. Tilikan intelektual : pengertian dlm suatu objek
realita dari suatu keadaan tanpa kemampuan utk
mengaplikasikannya dlm sebuah situasi yg
diperlukan
B. Tilikan sebenarnya/true insight : pemahaman akan
kenyataan objektif suatu situasi disertai motivasi
dan dorongan emosional untuk menguasai situasi
C. Tilikan terganggu : berkurangnya kemampuan utk
memahami kenyataan objektif dri suatu situasi.
IX. TILIKAN / INSIGHT (3)
A. Tilikan intelektual : pengertian dlm suatu objek
realita dari suatu keadaan tanpa kemampuan utk
mengaplikasikannya dlm sebuah situasi yg
diperlukan
B. Tilikan sebenarnya/true insight : pemahaman akan
kenyataan objektif suatu situasi disertai motivasi
dan dorongan emosional untuk menguasai situasi
C. Tilikan terganggu : berkurangnya kemampuan utk
memahami kenyataan objektif dri suatu situasi.
X. DAYA NILAI (1)
Suatu kemampuan dalam
menilai sebuah situasi
secara benar dan bertindak
sesuai dgn situasi tersebut
X. DAYA NILAI (2)

A. Daya nilai kritis: kemampuan dlm menelaah,


dan memilih suatu pilihan dari sebuah situasi
B. Daya nilai otomatis: suatu reflex aksi thdp
suatu situasi
C. Daya nilai terganggu: tdk adanya kemampuan
dlm menelaah suatu situasi scr benar dan
bertindak scr sesuai

Anda mungkin juga menyukai