Anda di halaman 1dari 28

BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA
Ni Luh Putu Ratih Wijayanti– 20190420328

Pembimbing
dr. Samsul Islam, Sp.U
 
ANATOMI PROSTAT
Prostat berbentuk seperti buah kenari dengan jarak dasar ke puncak 3 cm, lebar 4 cm, tebal 2,5 cm
dengan berat 20 gram. Letaknya adalah subperitoneal, di bawah buli-buli, dan mengelilingi uretra pars
prostatika. (Purnomo, 2011). Organ ini tersusun sebagian besar oleh stuktur kelenjar dan sebagian kecil
oleh struktur fibromuscular. (Moore, Agur and Dalley, 2011).
Lobus prostat dibagi menjadi :
1. Lobus medius
2. Lobus Lateralis (2 Lobus)
3. Lobus anterior
4. Lobus Posterior
Vaskularisasi berasal dari arteri vesicalis inferior, arteri rectalis media, dan cabang dari arteri iliaca
interna. Vena-vena akan bergabung membentuk plexus venosus prostaticus yang berhubungan dengan
plexus venosus vesicalis dan plexus venosus vertebralis.
Sabut parasimpatis dari nervi splanchnici (S2-S4) dan sabut simpatis dari plexus hypogastricus inferior
yang akan mensarafi prostat (Moore, Agur and Dalley, 2011).
HISTOLOGI PROSTAT
Zona-zona dari prostat antara lain:

• Zona transisional mengelilingi bagian


proksimal dari uretra pars prostatika dan
mengandung 5% dari total jaringan
kelenjar (Benign)
• Zona sentral (25%) mengelilingi duktus
ejakulatorius
• Zona perifer mengandung 70% dari
total jaringan kelenjar (Carcinoma)
• Stroma fibromuskular anterior tidak
mengandung jaringan kelenjar dan
berada di anterior dari prostat
FISIOLOGI PROSTAT

• Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret dari vesikula seminalis
merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH
nya agak asam (6,5).

• Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga
menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan
vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

● BPH adalah hiperplasi dari stroma dan epitel dari kelenjar prostat
yang dapat menyebabkan gejala-gejala gangguan pembuangan
urin (Brunicardi et al., 2005).

● Prostat akan mengalami 2 kali fase pertumbuhan seiring


pertambahan usia pada pria. Fase pertama adalah ketika awal
pubertas, yang kedua adalah pada saat usia 25 tahun dan terus
berlanjut seumur hidup pada sebagian besar pria. BPH sering
terjadi pada fase pertumbuhan kedua. Dalam fase pertumbuhan
dari prostat ini, akan terjadi pembesaran prostat yang akan
menjepit uretra dan memunculkan gejala-gejala terkait BPH
Etiologi

1. Teori dihidrotestosteron
Androgen yang paling penting pada pertumbuhan prostat adalah dihidrotestosteron (DHT). DHT bisa terbentuk
dari testosteron dengan bantuan enzim 5α-reductase. Aktivitas enzim ini akan meningkat pada pasien BPH.
(Purnomo, 2011).

2. Ketidakseimbangan Estrogen- Progesteron


Estrogen meningkatkan sensitivitas sel prostat terhadap androgen. Responnya bergantung dari reseptor estrogen
yang dimiliki baik sel stroma maupun sel epitel. Kadar estrogen akan meningkat pada usia tua (Roehrborn and
McConnell, 2007).

3. Interaksi stroma-epitel
Salah satu protein dari stroma, misalnya matriks ekstraselular, meregulasi diferensiasi dari sel epitel. Tetapi bila
terjadi kerusakan pada komponen ini, regulasi sel epitel yang normalnya berupa penghambatan terhadap
proliferasi sel akan terganggu. (Roehrborn and McConnell, 2007).
4. Faktor pertumbuhan
faktor pertumbuhan juga dapat mempengaruhi proliferasi sel dan kematian sel. Efeknya bisa berupa stimulasi
atau inhibisi. TGF-β adalah slah satu contoh faktor pertumbuhan yang menginhibisi proliferasi sel epitel
(Roehrborn and McConnell, 2007).

5. Kematian sel prostat


Pada prostat yang normal, terjadi keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian. Tetapi bila kematian sel
berkurang, maka secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah sel prostat. Androgen diduga dapat
menurunkan apoptosis (Purnomo, 2011).

6. Teori sel stem


Sel yang mengalami apoptosis akan digantikan oleh sel-sel baru. Aktivitas sel stem yang tidak sesuai pada
waktunya bisa mengakibatkan proliferasi sel stroma dan sel epitel yang berlebihan (Purnomo, 2011).
Faktor resiko
Faktor resiko dari BPH dibagi menjadi faktor resiko yang bisa dihindari dan tidak bisa dihindari.
1. Faktor resiko yang tidak bisa dihindari yaitu:
- Usia > 60 th
- Ras kulit hitam
- Riwayat keluarga2 kali lebih beresiko terkena bph dibanding ras lain

2. Faktor resiko yang dapat dihindari yaitu:

- Berat badan (Obesitas) : Jar Adiposa adalah sumber aromatisasi yang menghasilkan estrogen

- Rokok : nikotin meningkatkan kadar testosteron dan estrogen

- Kurang aktivitas fisik : Olahraga dapat menurunkan kadar dihidrotestosteron

- Diabetes : Insulin yang meningkat dapat menurunkan protein pengikat IGF-1 sehingga kadar IGF akan
meningkat. IGF merupakan faktor pertumbuhan yang meningkatkan resiko BPH

- Hipertensi : tekanan darah sistolik dan diastolik sama-sama berhubungan dengan volume prostat secara
signifikan

- Penyakit kardiovaskular : Aterosklerosis diduga menyebabkan iskemia pada pelvis, sehingga terjadi aliran yang
abnormal dan hipoksia pada jaringan prostat dan menstimulasi pertumbuhan prostat
PATOFISIOLOGI

Di dalam prostat, testosteron diubah


menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT
merupakan androgen dianggap sebagai
mediator utama munculnya BPH ini. Prostat
membesar karena hyperplasia sehingga
terjadi penyempitan uretra yang
mengakibatkan aliran urin melemah dan
gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung
kemih, inflamasi, pancaran miksi
lemah.Penyebab BPH masih belum jelas,
namun mekanisme patofisiologinya diduga
kuat terkait aktivitas hormon
Dihidrotestosteron (DHT)
GEJALA KLINIS
OBSTRUKSI IRITASI

 Hesistansi  Frekuensi
 Pancaran miksi lemah
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) (Rahardjo,  Nokturi
1996)  Intermitensi
● Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot  Miksi tidak puas  Urgensi
buli-buli untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli  Distensi abdomen
mengalami kepayahan (fatigue) sehingga jatuh ke dalam fase  Disuria
 Terminal dribbling
dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
(menetes) Urgensi dan disuria

● Timbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh factor pencetus  Volume urine menurun jarang terjadi, jika ada
antara lain :  Mengejan saat berkemih disebabkan oleh
● Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obat- ketidakstabilan detrusor
obatan yang mengandung diuretikum, minum tertalu banyak) sehingga terjadi
● Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan
kontraksi involunter.
kontraksi otot detrusor (golongan antikolinergik atau adrenergic-
α)
B. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Merupakan penyulit dari hiperplasi prostat, berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis), demam (infeksi/ urosepsis) (Rahardjo, 1996).

c. Gejala di luar saluran kemih


Keluhan pada penyakit hernia/ hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi prostat.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdominal (Rahardjo, 1996).
DIAGNOSIS
a

ANAMNESIS
1. RIWAYAT PENYAKIT

○ Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan menganggu

○ Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia seperti cedera, infeksi, hematuria, kencing batu atau
pembedahan pada saluran kemih

○ Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual

○ Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulkan keluhan berkemih

2. SKOR KELUHAN
. Sistem penskoran yang digunakan secara luas adalah International Prostate Symptom Score (IPSS) yang telah dikembangkan
American Urological Association (AUA) dan distandarisasi oleh World Health Organization (WHO).
3. VOIDING DIARIES
4. VISUAL PROSTATIC SYMPTOM SCORE
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Urologis : Ginjal, kandung kemih & genitalia eksterna
2. Pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination ( DRE )
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM

1. Analisis urin

2. Pemeriksaan faal ginjal,

3. Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA)

4. Uroflowmetry

5. Residu Urin / PVR


C. IMAGING

1. Saluran Kemih Bagian Atas

2. Saluran Kemih Bagian Bawah

3. Prostat (TAUS & TRUS )

4. Indeks Protrusi Prostat (IPP)

D. URETROSISTOKOPI

D. URODINAMIK
TATALAKSANA

Tujuan dari manajemen BPH yaitu, untuk mengurangi gejala dan untuk mencegah atau
memperlambat perkembangan dari gejala-gejala terkait BPH. Berbagai terapi dari BPH mulai dari
watchful waiting, medikamentosa, dan pembedahan memiliki kelebihan dan resiko masing-masing.
Watchful waiting
Watchful waiting dilakukan pada pasien yang memiliki gejala ringan (IPSS 0-7) atau gejala
yang sedang sampai berat tetapi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Caranya hanya dengan
pemeriksaan berkala tiap tahun tanpa perlu adanya terapi lain. Pada watchful waiting ini, pasien diberi
penjelasan mengenai segala sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:
● Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
● Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada kandung kemih (kopi
atau cokelat)
● Jangan menahan kencing terlalu lama
Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan pada pasien dengan skor IPSS >7 dan gejala yang
mengganggu. Jenis obat yang digunakan adalah:
1. α-Blocker
2. 5α-Reductase inhibitor
3. Antagonis Reseptor Muskarinik
4. The phosphodiesterase (PDE)-inhibitors
5. Terapi kombinasi α-Blocker & 5α-Reductase inhibitor
Jenis Obat Mekanisme Indikasi Nama Obat
• Non-selective : Phenoxy
benzamine , Thymoxamine
mereduksi tonus otot prostat dengan • Selective: Short acting:
α-Blocker penghambatan stimulasi NE pada pasien dengan moderate-severe LUTS Alfuzosin, Indoramin, Prazosin;
receptor alpha 1 adrenergic secara (short acting) Long acting: Doxazosin,
kompetitif Tamsulosin, Terazosin

menyebabkan regresi prostat yang


Menghambat 5-alpha reductase, membesar, memperbaiki pancaran
isoenzim yang memetabolisme urin dan memperbaiki gejala terkait
5α-Reductase inhibitor testosterone menjadi DHT, mencegah BPH
Finasteride, Dutasteride
konversi testosteron menjadi DHT dan
mengurangi DHT. Pengobatan gejala BPH sedang
hingga berat

Pasien dengan LUTS yang


mengalami OAB (Overactive
• Antagonis selektif
Bladder) pada fase storage saat
Menghambat reseptor muskarinik -> Darifemnacin, solifenacin,
berkemih.
Antagonis Reseptor Muskarinik Fungsi muskarinik (kontraksi detrusor) fesoterodine. Oxybutynin,
akan terhambat tolterodine
Gejala: urgensi dengan atau tanpa
• Antagonis nonselective
inkontinensi, frekuensi, dan nokturia
trospium
(mengganggu QoL)
ED, LUTS dan PAH
menghambat enzim PDE5, obat-obatan
dapat digunakan pada pasien dengan
The phosphodiesterase (PDE)- ini mencegah degradasi dari cGMP oleh
riwayat disfungsi ereksi (DE) dan sildenafil, vardenafil, tadalafil, dan
inhibitors PDE-5. cGMP melalui aktivasi protein
LUTS sekunder akibat BPH, atau avanafil
kinase G menyebabkan relaksasi otot
pada pasien yang gagal dengan
polos pembuluh darah.
pemberian antagonis alfa-adrenergik
atau inhibitor reduktase 5-alfa
pembedahan

Indikasi absolut tindakan pembedahan, yaitu pada BPH yang sudah terjadi
komplikasi, seperti:

● Retensi urin akut (Grade 4)


● Infeksi saluran kemih berulang
● Hematuria makroskopik berulang
● Batu kandung kemih
● Penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH
● Perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas
Beberapa teknik pembedahan yang
direkomendasikan yaitu:

1. Terapi invasif minimal


- Reseksi Prostat Trans-urethral (TURP)
TURP sendiri terdiri dari 2 prosedur, yaitu monopolar dan
bipolar.
● M-TURP : electrocautery loop & glisin/sorbitol sebagai
cairan pembilas
● B-TURP : resectoscope loop & normal salin sebagai
cairan pembilas

INDIKASI: Indikasi untuk TURP selain indikasi absolut dan


relatif pembedahan, adalah jika volume prostat >30 ml atau
30-80 ml dan terjadi penggabungan dari lobus lateral atau
lobus medius prostat yang membesar.
- Laser Prostatektomi
- Transurethral Incisition of the Prostate (TUIP)
2. Operasi terbuka
Tindakan ini adalah tindakan paling lama yang masih sering dikerjakan, paling invasif, dan paling
efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka diindikasikan untuk ukuran prostat yang besar
(>100 gram) dan terdapat 2 metode, yaitu Millin dan Freyer.
● Prostatektomi suprapubik
● Prostatektomi retropubik
● Prostatektomi perineal

3.Trial Without Catheterization (TWOC)


4. Clean Intermittent Catheterization (CIC)
5. Sistotomi
6. Kateter Menetap
KOMPLIKASI

Penyulit yang dapat terjadi bisa berupa


● Batu kandung kemih
● Inkontinensia urin
● infeksi saluran kemih
● Azotemia
● Haematuria
● Pembentukan bekuan darah
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai