Anda di halaman 1dari 21

Cara Berpikir

Sinkronik
Oleh : Kelompok 2
(Aliea, Ayu, Intan, Rizky, Seny, Zidan)
Pengertian Sinkronik
Sinkronik artinya meluas dalam
ruang tetapi terbatas dalam
waktu. Pendekatan sinkronik
yaitu menganalisa sesuatu pada
saat tertentu, tidak
menjelaskan suatu peristiwa
dari awal dan hanya pada
intinya saja.
Kata sinkronis berasal dari
bahasa Yunani syn yang
berarti dengan,
dan khronos yang berarti
waktu, masa.  
Dengan demikian, berpikir sinkronis
dalam sejarah adalah mempelajari
peristiwa yang sezaman, atau
bersifat horisontal. Misalnya
mempelajari sejarah Indonesia di
masa reformasi saja.
Ada juga yang menyebutkan ilmu
sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti
gejala – gejala yang meluas dalam
ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas. Sebagai contoh
menjelaskan tentang Proklamasi
Kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945.
Sinkronik lebih menekankan
pada struktur. Pendekatan
sinkronis menganalisa sesuatu
tertentu pada saat tertentu,
titik tetap pada waktunya.
Ini tidak berusaha untuk membuat
kesimpulan tentang perkembangan
peristiwa yang berkontribusi pada
kondisi saat ini, tetapi hanya
menganalisis suatu kondisi seperti
itu.
Ciri-Ciri Berpikir
Sinkronik
1. Mengkaji  pada masa
tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian
 pada
strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep
perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang
tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit
Konsep Berpikir
Sinkronik
• Mengamati kehidupan sosial secara
meluas berdimensi ruang
• Memandang kehidupan masyarakat
sebagai sebuah sistem yang terstruktur
dan saling berkaitan antara unit satu
dengan unit yang lainnya
• Menguraikan kehidupan masyarakat
secara deskriptif
Contoh Cara
Berpikir Sinkronik
Suasana di Jakarta Saat
Pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pembacaan Proklamasi pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah peristiwa yang
paling bersejarah dan paling penting
bagi bangsa Indonesia. Peristiwa itu
terjadi di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 (Sekarang Jalan Proklamasi).
Pembacaan Proklamasi
dihadiri oleh sekitar 500
orang dari berbagai
kalangan dengan membawa
apapun yang bisa digunakan
sebagai senjata.
Meskipun Jepang sudah dikalahkan
oleh Sekutu, Balatentara Dai
Nippon (Jepang) masih berada di
Jakarta. Suasana di Jakarta masih
kondusif.
Awalnya Proklamasi akan
dibacakan di Lapangan Ikeda,
namun dipindahkan ke
kediaman Soekarno karena
dikhawatirkan terjadi
pertumpahan darah.
Akibatnya, sekitar 100 anggota Barisan
Pelopor kembali berjalan dari Lapangan
Ikeda ke kediaman Soekarno . Mereka
datang terlambat dan menuntut
pembacaan ulang Proklamasi. Namun
ditolak dan hanya diberikan amanat
singkat oleh Hatta.
Suasana pada saat
tragedi G30S/PKI
Tragedi G30S/PKI terjadi pada
tanggal 1 Oktober. Pada saat
itu, terjadi penculikan dan
pembunuhan 7 jendral tentara
dan beberapa orang lainnya.
Soeharto pada saat itu
diperintah untuk mengambil
alih tentara dan
menyelamatkan Soekarno.
Soekarno berhasil menuju
Istana Presiden di Bogor.
Soeharto bersama pasukan yang
ia pimpin berhasil mengambil
kontrol semua fasilitas yang
sebelumnya direbut oleh
pelaku G30S/PKI.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai