Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 3

Sistem Politik dan Pemilu


Dalam Jurnal : Mencari Sistem Pemilu dan Kepartaian yang
Memperkuat Sistem Presidensial
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
Gabriel Hamonangan Aritra 2010211210042 Adinda Maulidya Soraya 2010211320048
Julia Putri 2010211320091 Ahmad Sayuti 2010211210025
Dita Fitri Nur Hidayah 2010211220052 Hizkia Victory Ong 2010211210040
Forestry Sativa 2010211220089 Jodi Alfayer 2010211110023
Huzaimah 2010211120083 Mikhael Rovando Tobias 2010211210209
Regina Absya 2010211320098 Muhammad Hafiz Huzhazi 2010211210023
Martina Dewi Fortuna. H Muhammad Nugraha Noorrachman 2010211210019
2010211320058 Muhammad Ridho Lajuardy Hipni 2010211210029
Vina Yuliawati 2010211220217 Muhammad Zhillan Yajtabi 2010211210043
Risnauli Siahaan Nur Raima Hafizhah
2010211320100 2010211220088
Pama Putery Persada 2010211320044 M. Hairudin 2010211210035
Irsya Nur Fahriza Z 2010211320078 Alto Hendrawan 2010211210076
Della Afrilda Y 2010211320081
Siti Soleha Tiara Handraini 2010211120076 Qathrunnada Al Muhyi 2010211320046
Hidayati 2010211120077
Muhammad Wahyu Septiyan
1610211210056
SISTEM
POLITIK
Suatu konsep untuk memberi pemahaman mengenai politik secara
keseluruhan dan penjelasan tentang perubahan yang berlaku
dalam masyarakat serta negara. Sistem politik merupakan suatu
elemen utama yang menjalankan fungsi pembentukan dasar
sebuah negara

SISTEM
PEMILU
Andrew Reynold mendefinisikan sistem pemilu sebagai seperangkat variabel
yang bertugas untuk mengkonversi perolehan suara partai politik menjadi kursi.
Dari banyak variabel ada tiga variabel kunci, yakni :

1. Pilihan terhadap jenis sistem pemilu;


2. Struktur pemberian suara;
3. Daerah pemilihan (dapil).
Alasan yang mendasari kerangka demokrasi presidensial dalam mengkaji sistem
pemilu dan kepartaian yaitu:

1. Terlepas dari kelemahan amandemen UUD 1945 pertama hingga keempat , sistem
presidensial telah menjadi pilihan politik bangsa yang tidak mungkin di gugat
kembali.
2. Jika dikaitkan dengan rentang geografis Indonesia yang begitu luas , sangat
heterogen secara politik dan kultural, serta obsesi desentralisasi pemerintah bagi
sejumlah daerah, sistem presidensial masih merupakan pilihan yang tepat.
3. Pengalaman historis selama demokrasi parlementer yang dianggap gaduh dengan
terjadinya “kegagalan” politik melalui praktik sistem parlementer yang cenderung
tidak stabil pada periode 1950-an , menjadi salah satu pertimbangan mengapa
sistem presidensial tetap menjadi pilihan utama sebagai sistem pemerintahan.

Kolom pendapat:
Sistem pemilu dan kepartaian tidak bekerja dalam ruang hampa , kedua-duanya
bekerja dalam ruang sistem presidensial di era reformasi . demokrasi presidensial
yang dimaksud adalah bekerjanya institusi-institusi politik seperti partai politik ,
pemilu, perwakilan dan presiden dalam sistem politik indonesia. Konsep demokrasi
presidensial mengarah pada suatu bentuk pemerintahan yang tercipta melalui proses
demokratis.

Robert A. Dahl mengemukakan, paling kurang ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh
suatu negara-bangsa dalam proses demokrasi sehingga terbentuk pemerintahan (poliarki),
yaitu :

 Persamaan hak pilih


 Partisipasi efektif Kolom pendapat:
 Pembeberan kebenaran
 Kontrol terhadap agenda
 Pencakupan
Dahl mengatakan ada tujuh lembaga demokrasi yang harus ada
dalam rangka proses demokrasi,yaitu:

Para pejabat yang dipilih Kebebasan menyatakan pendapat

Pemilu yang bebas dan adil Hak mendapat informasi alternatif

Hak untuk memilih yang inklusif Kebebasan berserikat-serikat

Hak dipilih atau dicalonkan


dalam pemilu
Kolom pendapat:
Juan Linz
mengatakan bahwa suatu sistem dapat dianggap
demokratis, “jika ia memungkinkan dirumuskannya
secara bebas preferensi-preferensi politik, dengan
menggunakan kebebasan-kebebasan dasar, yaitu
untuk berserikat, untuk mendapatkan informasi, dan
untuk berkomunikasi, dengan tujuan membuka
persaingan bebas di antara para pemimpin untuk
mendapatkan keabsahan pada jangka waktu tertentu
dengan saranasarana antikekerasan, tanpa
menyingkirkan jabatan publik dari setiap peluang
persaingan atau melarang anggota komunitas politik
mana pun untuk menunjukkan preferensi mereka.”
Kolom pendapat:
Hubungan antara sistem pemilu, kepartaian dan demokrasi presidensial sangat erat satu sama
lain. Hubungan itu antara lain terlihat dari:
 
 Apakah pemilu menghasilkan kekuatan mayoritas di parlemen
atau minimal menumbuhkan bentuk koalisi yang lebih stabil
dalam melahirkan sistempresidensial yang kuat dan efisien.
 Apakah sistem pemilu—dalam ruang bikameral (DPR dan
DPD) semakin memperkokoh bangunan demokrasi
presidensial.
 Apakah hasil pemilu melahirkan perwakilan politik yang
mendorong stabilitas politik dalam upaya checks and
balances antara eksekutif dan legislatif.
 Apakah partai sebagai salah satu pilar utama demokrasi
presidensial bekerja dan berperan dalam kerangka sistem
kepartaian dalam berkompetisi dan bekerja sama dalam ruang
sistem presidensial, yang didalamnya terdapat proses
intermediasi yang menghubungkan antara pembilahan sosial
dan pemerintahan, masyarakat dan negara, serta dalam Kolom pendapat:
proses-proses distribusi kekuasaan negara.
Secara teoritik, sistem presidensial selain memiliki keunggulan juga sering
dipersepsikan memiliki kelemahan yaitu:
kemungkinan munculnya
kelumpuhan atau jalan buntu
kekakuan sistemik akibat masa
politik akibat konflik eksekutif
jabatan eksekutif legislatif yang
egislatif sebagai akibat
bersifat tetap
independensi masing-masing
lembaga

Kolom pendapat:

prinsip “pemenang mengambil semua” yang


inheren di dalam sistem presidensial
Perubahan sistem pemilu dan kepartaian dalam kerangka demokrasi presidensial, karena
alasan-alasan tertentu, antara lain:

 Dibutuhkan suatu analisis tentang faktor-


 Kebutuhan untuk mencari alternatif
faktor krusial sistem pemilu dan
hubungan antara sistem pemilu dan
kepartaian jika dikaitkan dengan upaya
kepartaian yang mendorong kuatnya
untuk membangun demokrasi
praktik demokrasi presidensial dan
presidensial yang terkonsolidasi.
memperbaiki jebakan sistem presidensial
 Perlunya kebutuhan untuk memetakan
yang rapuh.
problematik format pemilu yang
 Adanya evaluasi sistem pemilu dan
melatarbelakangi tidak optimalnya kinerja
kepartaian dalam rangka untuk
demokrasi presidensial dan
memperkuat demokrasi presidensial
pemerintahan yang dihasilkan,
yang sudah ada.
perwakilan dan keparlemenan, serta
kepartaian.

Kolom pendapat:
PROBLEMATIKA SISTEM PEMILU DAN
KEPARTAIAN ERA REFORMASI

1. Reformasi sistem pemilu dan kepartaian sejak 1998 terjadi


secara tergesa-gesa;
2. Pemilu 1999 akhirnya menghasilkan 48 partai politik;
3. Pada pemilu 2004 dan 2009 mulai ada perbaikan terhadap
sistem pemilu.

Kolom pendapat:
Dari segi pemilihan, terdapat 2 prinsip pemilu yang berbeda :

Prinsip majoritarian Prinsip proporsional


(distrik). “setengah” terbuka

Kolom pendapat:
Perubahan sistem Pemilu 2004 juga telah
mendorong penggunaan sistem baru. Meskipun
telah ada perubahan sistem pemilu, dan mulai
diterapkannya untuk pertama kalinya pemilihan
presiden secara langsung, namun dari segi
capaiannya masih dianggap terlalu jauh.

Kolom pendapat:
Munculnya kesadaran bahwa format kepemiluan dan kepartaian
yang kompleks menyebabkan terhambatnya konsolidasi
demokrasi dapat disebut sebagai sebuah kemajuan dalam
memahami dan mengurai masalah kepemiluan. Agar tercapai
keseimbangan antara deepening democracy dengan effective
governance maka harus ada langkah-langkah regulasi yang
mesti dilakukan, yaitu :

• Melakukan penyederhanaan jumlah pelaku.


Kolom pendapat:
Perbedaan antara Pemilu 2004 dan Pemilu 2009

PENENTUAN KURSI
SISTEM DANSISTEM
SISA SUARA

JUMLAH PERBANDINGAN JUMLAH


KURSI JAWA DAN LUAR
KURSI DPR JAWA

CARA MEMBERI
DAPIL SUARA

JUMLAH SUARA SAH


DAPIL

BILANGAN KONTESTAN
PEMBAGI PEMILIH PEMILU

UPAYA JUMLAH DPD


PEMBATASAN
Dari segi penyederhanaan partai, memang relatif
terjadi, akan tetapi timbul persoalan lain :

a. Tidak ada jaminan bahwa presiden terpilih


preferensi suaranya sama dengan perolehan
suara partai di legislatif.
b. Tidak ada jaminan koalisi pemerintahan
memperoleh dukungan politik di parlemen.
c. Tidak ada jaminan koalisi pemerintahan
memperoleh dukungan politik di parlemen.
d. Terlalu longgarnya persyaratan mendirikan partai
politik di satu sisi, dan persyaratan partai politik
yang dapat mengikuti pemilihan umum yang tidak
konsisten di sisi lain turut memberikan peluang
lahirnya partaipartai politik baru sebagai peserta
pemilu.
Kolom pendapat:
Problematika Sistem Presidensial
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasca
amandemen mengokohkan tentang sistem
pemerintahan yang dianut bagi bangsa Indonesia, yaitu
sistem pemerintahan presidensial atau demokrasi
presidensial.
Hal lain yang menjadi pangkal problematik demokrasi presidensial di Indonesia
adalah tidak didukung dengan sistem kepartaian yang kompatibel. Berdasarkan
pengalaman negara-negara yang menerapkan demokrasi presidensial mesti
didukung dengan sistem kepartaian yang kompatibel.

Sistem kepartaian di Indonesia yang terbentuk adalah


sistem multi partai ekstrim ini antara lain disebabkan
dari model sistem pemilihan umum yang diberlakukan.

Kolom pendapat:
Tiga alasan kombinasi sistem
presidensial dengan sistem
multipartai bermasalah:
1. sistem presidensial berbasis multipartai cenderung
menghasilkan kelumpuhan (immobilitas) akibat
kebuntuan (deadlock) eksekutif-legislatif,
kebuntuan itu akan berujung pada instabilitas Start!
demokrasi.
2. sistem multipartai menghasilkan polarisasi
ideologis ketimbang sistem dwipartai sehingga
seringkali menimbulkan problem komplikasi ketika
dipadukan dengan sistem presidensial.
3. kombinasi sistem presidensial dengan sistem
multipartai berkomplikasi pada kesulitan
membangun koalisi antarpartai dalam demokrasi Kolom pendapat:
presidensial sehingga berimplikasi pada rusaknya
stabilitas demokrasi

Anda mungkin juga menyukai