Anda di halaman 1dari 33

Insomnia

Anorganik
▧ Deansyah Febrianto 4151201038
▧ Vina Luang Munggaran 4151201043
▧ Siti Maemunah 4151201046
▧ Muhammad Aldin Alwan Ghazy 4151201052
▧ Endah Triyana 4151201056
▧ Elva Denengsih 4151201060
▧ Dilla Effira Iskandar 4151201062
▧ Angi Yuliani 4151201064
▧ Wini Safitri 4151201065

2
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR

3
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
ANORGANIK/NON-ORGANIK

Dyssomnia Parasomnia
Kondisi psikogenik primer Peristiwa episodik abnormal
dimana gangguan utamanya yang terjadi selama tidur, (pada
adalah jumlah, kualitas atau masa kanak-kanak hal ini ada
waktu tidur yang disebabkan hubungannya terutama dengan
oleh hal-hal emosional perkembangan anak, sedangkan
Misal: insomnia, hypersomnia, pada orang dewasa predominan
gangguan jadwal tidur-jaga adalah psikogenik)

4

Insomnia
Keluhan adanya kesulitan masuk
tidur atau mempertahankan tidur
atau kualitas tidur yang buruk
5
DASAR DIAGNOSIS INSOMNIA PPDGJ-III
1. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
2. Gangguan tidur (atau kelelahan di siang hari yang terkait) menyebabkan penderitaan
yang secara klinis bermakna atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau area
fungsi penting lain
3. Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan narkolepsi,
gangguan yang terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau
parasomnia
4. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (gangguan
depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delirium)
5. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung oleh suatu zat
(menyalahgunaan obat, medikasi) atau keadaan medis umum

6
KLASIFIKASI INSOMNIA BERDASARKAN
WAKTU
▧ AKUT ▧ KRONIK
Terjadi Kurang dari 1 bulan Terjadi lebih dari 1 bulan

7
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Faktor biologis
 Peningkatan kortisol (berperan pada proses bangun tidur)
 Pasien akan lebih sensitive
 Lebih mudah terbangun dari tidur
 Penurunan kadar estrogen dan progesterone
 Terjadi pada kondisi menopause

8
▧ Penyakit yang menimbulkan rasa nyeri
▧ Penyakit pada paru
▧ Gangguan psikiatri (skizofrenia, depresi, gangguan cemas, dll)
▧ Kondisi terganggunya skilus tidur yang disebabkan oleh:
○ stimulan  kafein
○ Depresan  alkohol
▧ Stress akibat: masalah dalam kerja, hubungan dengan pasangan, dan
faktor lingkungan lain (misal: kerja pada night shift)

9
ILMU KEDOKTERAN DASAR

Fisiologi Tidur
• Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang
bersifat reversibel dan berlangsung cepat.
• Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system
(RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak.
• Neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin dalam keadan
sadar. Demikian juga pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus
yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR).
Saat terbangun, diatur dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem
limbik. Sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
RAS dan BSR

10
PEREKAMAN AKTIVITAS TIDUR

11
PEREKAMAN AKTIVITAS TIDUR

 Elektromiografi (EMG)untuk merekam aktivitas otot


 Elektrookulografi (EOG) untuk merekam aktivitas pergerakan mata
 Elektrakardiografi (EKG) untuk merekam ritme jantung
 Dan perekaman aktivitas pernafasan

12
MEKANISME TIDUR
▧ Mekanisme tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid
Eye Movement (NREM)
▧ NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang
rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang.
▧ Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 Fase (1,2,3,dan 4) , lalu diikuti oleh fase REM.
Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
▧ REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur
REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan
penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi
dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks
▧ Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan
periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang
menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah,
frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye
movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM.

13
FASE BANGUN DAN TIDUR

14
15
16
AKTIFITAS ARAS DIPENGARUHI OLEH
NEUROTRANSMITTER:
a) Sistem Serotonergik b) Sistem adrenergik
 Dipengaruhi oleh hasil metabolism asam  Neuron-neuron yang terbanyak
trypthopan mengandung norepineprin terletak di
 Semakin bertambah jumlah trypthopan badan sel nucleus cereleus di batang otak
maka jumlah serotonin akan meningkat  Kerusakan sel neuron pada lokus
yang menyebabkan keadaan cereleus sangat mempengaruhi
mengantuk/tidur hilangnya REM tdiur
 Bila serotonin dari trypthopan terhambat  Obat-obatan yang mempengaruhi
pembentukannya, maka terjadi keadaan peningkatan aktifitas neuron
tidak bisa tidur noradrenergic akan menyebabkan
 Lokasi terbanyak sistem serotogenik ini penurunan yang jelas pada tidur REM
terletak pada nucleus raphe dorsalis di
batang otak

17
c) Sistem Kolinergik d) Sistem Histaminergik
 Stimulais jalur kolinergik ini  Pengaruh histamine sangat sedikit
mengakibatkan aktifitas gambaran mempengaruhi gangguan tidur
EEG seperti dalam keadaan jaga
 Gangguan aktifitas kolinergik
sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada
orang depresi

18
e) Sistem Hormon
 Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti
ACTH, GH, TSH dan LH
 Hormon-hormon ini secara teratur disekresikan oleh kelenjar pituitary anterior melalui
hypothalamus pathway
 Sistem ini secara teratur mengatur pengeluaran neurotransmitter norepinefrin,
dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun

19
PATOFISIOLOGI

20
21
PEMERIKSAAN PENUNJANG

▧ Polisomnografi : perekaman meliputi


aktivitas otak, otot, jantung, dan
pernafasan
▧ Sleep diary

Polisomnografi

22
KOMPLIKASI
▧ Kualitas Tidur Terganggu
▧ Gangguan Memori
▧ Gangguan Aktivitas
▧ Depresi

23
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Pengobatannya bisa menggunakan obat gol. Benzodiazepine, non-benzodiazepine, dan Melatonin.
- Initial insomnia (sulit masuk tidur)
gol. Benzodiazepine short acting: Zolfidem, tirazolam
- Delayed insomnia (proses tidur terlalu singkat, setelah bangun sukar tidur kembali)
gol. Benzodiazepine long acting: Quazefam
- Broken insomnia (siklus pola tidur normal terpecah-pecah menjadi beberapa bagian)

Melatonin: Ramelteon
• Pemberian tunggal dosis dianjurkan 15-30 menit sebelum tidur
• Dosis awal dapat dinaikkan mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya
tappering off untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat

24
25
NON-FARMAKOLOGI
A. Sleep hygiene
▧ Lakukan senam secara teratur (3-4x/minggu), dan hindari melakukan aktivitas
berat sebeum tidur.
▧ Menggunakan bantal dan kasur yang nyaman dengan penderita.
▧ Pastikan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik.
▧ Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein, dan produk nikotin sebelum tidur.
▧ Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang, suhu
ruangan yang terlalu dingin atau panas.

26
Stimulus Control Therapy

27
28
c. Cognitive Therapy
▧ Suatu metode untuk mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah tentang
sebab dan akibat insomnia.
▧ Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika hendak
tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka yang sulit tidur.
▧ Untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di siang hari dengan tujuan untuk
mengganti jumlah tidur yang tidak efisien di malam hari.
▧ Namun itu salah, malah memperburuk status insomnia mereka.
▧ Pada studi yang terbaru, menyatakan cognitive therapy dapat mengurangi onset tidur
sehingga 54%.

29
EPIDEMIOLOGI

• Wanita > laki-laki


• Cederung pada warga dengan sosial ekonomi rendah
• Di Amerika tercatat 60-70 kasus dewasa
• Indonesia sekitar 10% dari penduduk menderita insomnia, 28 juta penduduk dari
total 238 juta penduduk

30
PROGNOSIS

▧ Prognosis baik jika terapi adekuat termasuk terapi komorbid dan


penyebabnya.
▧ Prognosis buruk biasanya jika disertai skizofrenia dan terdapat penyakit berat
yang menyertai.

31
DAFTAR PUSTAKA
▧ DSM-IV-TR insomnia primer
▧ Ganong, WF. 2003. Review of Medical Physiology. 21st ed. United States of America: McGraw-Hill
Companies.
▧ Hirshkowitz, Max dan Sharafkhaneh, Amir. The Physiology of Sleep. Clinical Neurophysiology of Sleep
Disorders Handbook of Clinical Neurophysiology 2005; 6:6-9.
▧ Smolensky M, Lamberg L. (2000). The Body Clock Guide to Better Health: How to Use Your Body's
Natural Clock to Fight Illness and Achieve Maximum Health. New York: Henry Holt and Company.
2011.
▧ Hudson T, Bush B. The Role of Cortisol in Sleep. Natural Medicine Journal. 2010;2(6):26-9.
▧ Redwine L, Hauger RL, Gillin JC, Irwin M. Effects of Sleep and Sleep Deprivation on Interleukin-6,
Growth Hormone, Cortisol, and Melatonin Levels in Humans; 2013.
▧ Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 4th ed. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
2014

32
Thanks!

33

Anda mungkin juga menyukai