Anda di halaman 1dari 39

SISTEM

INTEGUMEN
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. Adi Sukma Septiana
2. Muhammad Iqbal
3. Laely Sholihah
4. Dyah Sekaringtyas Ciptaningrum
5. Yulita Thadea Retanubun
6. Butsainah Adinda Z.OR
Proses penuaan pasti akan terjadi pada semua orang, tetapi
penuaan yang baik adalah penuaan yang dapat dijalani
dengan sukses dan bahagia Successfully Aging Elderly
(SAE).
SUCCESSFULLY AGING ELDERLY
SAE adalah proses penuaan tanpa atau disertai penyakit
yang seminimal mungkin, dengan fungsi kognitif yang baik
dan dapat menjalani hidup yang aktif dalam lingkungan
sosial. Faktor genetik, gaya hidup, faktor lingkungan,
kehidupan sosial, ketersediaan pusat pelayanan kesehatan,
dan interaksi dari faktor-faktor tersebut sangat penting pada
proses penuaan. Perawatan kulit dasar sebagai pencegahan
terjadinya keluhan kulit yang sering timbul pada populasi ini
perlu diketahui sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidupnya
PROSES PENUAAN KULIT
Proses penuaan kulit merupakan interaksi antara
faktor endogen dan faktor eksogen.
KATEGORI PERUBAHAN PERUBAHAN
KULIT PADA LANSIA

Penuaan Penuaan
Intrinsik Ekstrinsik

(Richeal, 2009 dikutip dalam Rahmi Zuriati 2016)


PENUAAN INTRINSIK
 Perubahan klinis pada penuaan intrinsik dapat dilihat
pada kulit yang tidak terpapar sinar matahari secara
langsung, terjadi akibat proses penuaan yang normal dan
terjadi pada semua individu
 Perubahan yang terjadi terutama berupa berkurangnya
fungsi sawar kulit, turnover sel epidermis yang
melambat, dan vaskularisasi yang berkurang pada
lapisan kulit, sehingga kulit menjadi atrofi
PENUAAN EKSTRINSIK
 Penuaan ekstrinsik atau photoaging atau heliodermatosis
merupakan proses penuaan yang terjadi lebih cepat
akibat faktor eksternal, seperti pajanan sinar matahari
kronis, polusi udara, rokok, alkohol, dan nutrisi yang
buruk. Penuaan ekstrinsik ini berbeda dalam gambaran
klinis, histologi serta hubungan dengan kejadian
keganasan
PERUBAHAN SISTEM INTEGUMEN PADA
LANSIA

Secara struktural, perubahan kulit yang terjadi meliputi:

Epidermis Dermis Subkutan


 Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh
 Terdiri dari kulit, dan beberapa derivat kulit
terspesialisasi tertentu : rambut, kuku, beberapa kelenjar
kel sebasea, kel keringat, kel. Mamae
 Sistem integumen dibentuk oleh kulit dan struktur
derivatif.
 Kulit mempunyai sebanyak 3 lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan jaringan subkutan (Kanitaksis,
2020).
EPIDERMIS
 Epidermis terbentuk oleh epitel skuamosa bertingkat
yang memiliki dua jenis komposisi utama sel yaitu
keratinosit dan sel dendritik (Murphy, 2007).
 Terdiri dari : melanosit, sel langerhans dan sel merkel
DERMIS
 Komponen utama dermis yakni kolagen (James, 2016).
 Membran ini tersusun atas 2 lapisan jaringan ikat yakni :
lapisan papilar dan retikular.
JARINGAN SUBKUTAN
 Lapisan ini mengikat longgar organ-organ yang terdapat
dibawahnya.
 Lapisan ini memiliki jumlah sel lemak yang beragam
jenis karena tergantung pada bagian tubuh, nutrisi
seseorang, saraf dan pembuluh darah yang dimiliki
(Sloane, 2004).
FUNGSI SISTEM INTEGUMEN
 Fungsi perlindungan
 Fungsi pengaturan suhu tubuh

 Fungsi ekskresi

 Fungsi metabolisme

 Fungsi komunikasi
STRUKTUR KUKU
 Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
 Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang

menutupi bagian pinggir dan atas


 Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi

kuku
 Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan

dasar kuku
 Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku

 Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku

yang dikelilingidinding kuku


 Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna
putih didekat akar kuku berbentuk bulan   sabit, sering
tertutup oleh kulit
 Eponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian

proksima, kulit arinyamenutupi bagian permukaan lempeng


kuku
 Hiponikium: merupakan dasar kuku,
STRUKTUR RAMBUT
a. Ujung rambut , berbentuk runcing terdapat pada rambut
yang baru saja tumbuh
b. Batang rambut, merupakan bagian rambutyang berada di
luar kulit, berupabenang halus terdiri dari keratinatau sel-sel
tanduk
Lapisan – lapisan batang rambut :
1. Cutikule / kulit ari / selaput rambut
Merupakan lapisan luar yang terdiri dari sel – sel tanduk
yang pipih dan bening, tersusun bagian bawah menutupi
atasnya.
2.    Korteks / kulit rambut
        Disusun oleh kumpulan seperti benang halus yang terdiri
dari keratin (Sel tanduk). Tiap helai benang halus disebut
fibril, fibril terbentuk oleh molekul yang mengandung butiran
pigmen melanin. Pigmen rambut terdapat pada korteks.
3.      Medulla / sumsum rambut
Terdiri dari zat yang tersusun sangat renggang yang
membentuk jala, sehingga terdapat rongga yang berisi udara.

c.    Akar rambut, merupakan bagian rambutyang berada di


dalam kulitdan tertanam miringdalam lapisan dermis
Struktur akar rambut :
1)        Folicle, ialah saluran untuk tumbuhnya rambut yang
menentukan besar, kecil, lurus dan keritingnya rambut.
2)        Dermis, ialah seluruh ruangan yang berada di bawah
epidermis. 3.  Bulp, yaitu bongkol rambut yang memuat 
pigmen, pembuluh darah, papila dan folicle.
3)        Epidermis, ialah lapisan kulit yang berada paling luar.
4)        Arector muscle, ialah garis yang menghubungkan
folicle dan kulit.
5)        Papila, menghasilkan sel-sel, membentuk rambut-rambut
baru yang lebih kuat. Pada  papila setiap rambut mempunyai
pembuluh darah yang berbeda, yang bertugas untuk membawa
makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel rambut dalam
papil.
6)        Pigmen (warna rambut
7)        Kelenjar minyak yang sangat dibutuhkan oleh rambut.
8)        Pembuluh darah.
9)        Akar rambut.
10)    Kelenjar keringat.
11)    Batang rambut.
12)    Penampang akar rambut
PERUBAHAN EPIDERMIS PADA
INTEGUMEN LANSIA
Menurunnya protein dan filagrin yang berperan dalam
pengikatan filamen-filamen keratin ke dalam makrofibril
dapat menyebabkan kulit lansia tampak kering dan
bersisik, terutama pada bagian ekstremitas bawah. Sebagai
tambahan, produksi vitamin D juga menurun pada usia tua
disebabkan menurunnya jumlah (perkursor biosintesis
vitamin D) pada epidermis diikuti oleh tidak adekuatnya
asupan vitamin D dan paparan sinar ultraviolet. (Reichel,
2009 dikutip dalam Rahmi Zuriari, 2016).
PERUBAHAN DERMIS PADA
INTEGUMEN LANSIA
Pada usia tua terjadi perubahan kulit khususnya pada
lapisan dermis, mencakup penurunan jumlah kolagen dan
serat-serat elastis pada lansia dapat menyebabkan
kelemahan, hilangnya ketahanan, dan kerutan halus tampak
pada kulit yang menua. Penurunan ketebalan juga dapat
menyebabkan pembuluh darah mudah ruptur. Substansi
dasar yang terkandung dalam dermis juga akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan penurunan turgor kulit.
(Miller, 2012 dikutip dalam Rahmi Zuriari, 2016).
PERUBAHAN JARINGAN SUBKUTAN
PADA INTEGUMEN LANSIA
Pertambahan usia menyebabkan perubahan pada jumlah
dan distribusi lemak subkutan. Hal ini menyebabkan lansia
kehilangan bantalan tubuh yang melindunginya dari
tekanan dan kehilangan suhu berlebih. Selain itu,
pertambahan usia juga memengaruhi saraf pada kulit yang
berperan dalam mengenali sensasi tekanan, getaran, dan
sentuhan. (Miller, 2012 dikutip dalam Rahmi Zuriari,
2016).
MASALAH KULIT PADA LANSIA
Perubahan pada sistem integumen lansia meningkatkan
kerentanan lansia mengalami masalah kulit. Masalah kulit
pada kaki yang umum terjadi pada lansia diantaranya
xerosis, pruritus, infeksi jamur (Voegeli, 2012).
XEROSIS
Xerosis pada lansia merupakan hasil penurunan lemak
permukaan kulit selama periode waktu. Seiring
pertambahan usia, lapisan luar kulit menjadi rapuh dan
kering akibat berkurangnya jumlah pelembab alami kulit.
Sumber utama hidrasi bagi kulit adalah pelembab yang
dihasilkan dari difusi vaskular di bawah jaringan.
XEROSIS
Xerosis atau yang dikenal dengan kulit kering adalah
kondisi kulit yang mengering dari biasanya.
Tanda-tanda Xerosis:
Rasa gatal

Kering

Pecah-pecah

Terdaat kulit yang terkelupas

(Norman, 2008)
FAKTOR PENYEBAB
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya xerosis pada
lansia yaitu faktor endogen dan faktor eksogen.
• Faktor endogen = pengaruh obat-obatan, adanya
penyakit yang berhubungan dengan hormon dan
penyakit organ lainnya. Xerosis pada lansia lebih sering
terjadi di bagian bawah kaki (Smith & Hsieh, 2000).
• Faktor eksogen = dipengaruhi oleh iklim, lingkungan,
dan gaya hidup (Paul, 2012)
TINEA PEDIS
Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh
T.rubrum.
Tanda –tanda Penyakit:
 Ruam gatal

 Kulit bersisik

Penyakit ini bisa dicegah degan menjaga kebersihan kaki,


mempertahankan agar kaus kaki tetap kering dan
menggunakan alas kaki pada saat di kamar mandi
(Thomas, 2014).
PRURITUS
Pruritus dapat diartikan sebagai sensai rasa yang tidak
nyaman pada area kulit yang menimbulkan keinginan
untuk menggaruk. Pruritus adalah masalah umum yang
sering terjadi pada lansia.
(Norman, 2008)
PRURITUS
• Pruritus ditandai :
 Peradangan pada area kulit yang gatal yang dapat
diakibatkan oleh garukan.
- Kejadian pruritus meningkat seiring dengan penambahan
usia dan dapat menjadi maslah kulit yang tidak normal.
• Penuaan yang terjadi pada kulit meningkatkan kejadian
pruritus karena efek kumulatif dari lingkungan yang
merubah struktur kulit seriring dengan penambahan usia.
PRURITUS
• Faktor yang menyebabkan mengingkatnya kejadian
pruritus yaitu berkurangnya hidrasi kulit, menurunnya
kolagen kulit, kerusakan sistem imun, rusaknya fungsi
kulit sebagai sistem pertahanan dari patogen.
• Pada lansia, pruritus sering dihubungkan dengan kulit
kering yang merupakan hasil penurunan permukaan
lemak pada kulit, keringat, sebum dan perfusi kulit
(Cohen, Frank, Salbu, & Israel, 2012).
PRURITUS
• Pruritus dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan pada
kasus berat dapat mengganggu tidur, menimbulkan
kecemasan dan depresi. Kecemasan dan stress dapat
memperparah rasa gatal yang muncul. Sensasi gatal
sangat erat kaitannya dengan sensasi sentuhan dan nyeri.
• Pruritus dirangsang oleh pelepasan neurostimulators
seperti histamin dari sel mast dan peptida lainnya yang
menyampaikan impuls ke pusat otak sehingga
menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.
Tinea Pedis Xerosis

Pruritus
PENATALAKSANAAN
 Perawatan kaki (mencuci dan membersihkan kaki dengan
sabun)
 Manajemen medikasi (mengkaji obat apa yang digunakan
oleh lansia)
 Manajemen priuritis (mengkaji penyebab priuritis, anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar )
 Manajemen nutrisi

 Mengoleskan lotion atau pelembab terutama pada area kulit


yang kering
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Cohen, K. R., Frank. J., Salbu. R.L., Israel. I. (2012).
Pruritus in The Elderly: Clinical Approaches to the
Improvement of Quality of Life. P&T, Vol. 37 No. 4.
• Norman, R.A. (2008). Common Skin conditions in
geriatric dermatology. www.
Annalsoflongterm.com/article/8869
• Thomas, P.L & Tracey, C.V. (2014). Foot Care from A to
Z. Dermatology Nursing, CNE DNJ J1005.
• Voegeli, D. (2012). Understanding the main principles of
skin care in older adults. Nursing Standard. 27 (11) 59-
68.
 Strodal E, Bosnes I, Bosnes O, Rosnuld EB, Almkvisi O.
Successfully aging elderly (SAE): a short overview of some
important aspects of successful aging. Nor Epidermiol 2012; 22(2):
103-8.
 Norman RA. Geriatric dermatology. Dermatol Ther 2003; 16: 260-8.
 Jafferany M, Hunch TV, Silverman MA, Zaidi Z. Geriatric
dermatoses: a clinical review of skin diases in an aging population.
Int J Dermatol 2012; 51: 509-22
 Ramos-e-Silva M, Carneiro SCS. Elderly skin and its rejuvenation. J
Cosmet Dermatol 2007; 6(1): 40-50
 Durai PC, Thapa DM, Kumari R, Malathi M. Aging in elderly:
chronological versus photoaging. Indian J Dermatol 2012; 57(5):
343-52

Anda mungkin juga menyukai