MSi
1
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum:
Memahami penerapan hukum terkait dengan peran dan tanggung
jawab pengusaha, penegak hukum dan pekerja terkait dengan hak
mogok dan penutupan perusahaan serta bentuk industrial lainnya.
Tujuan Khusus:
• Menerapkan prinsip-prinsip kunci di dalam menyelesaikan sengketa;
• Mengidentifikasi keabsahan mogok (baik dari prespektif hukum
internasional maupun nasional);
• Mampu melakukan evaluasi yang tepat untuk memberikan keputusan
dengan mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi pekerja dan
masyarakat.
2
Definisi Mogok
• Mogok kerja ( strikes ) adalah penghentian kerja apapun, namun singkat dan
terbatas, dapat dianggap sebagai pemogokan. Tindakan lain untuk
menghentikan pekerjaan, seperti bekerja tanpa menggunakan peralatan,
pemogokkan dengan menduduki tempat kerja, pelambatan kerja dan
sebagainya dikategorikan sebagai pemogokan hanya jika tindakan tersebut
dilakukan secara damai (Bernard Gernigan (2000) hal. 55-56).
• Mogok kerja dikatakan senjata paling ampuh karena mogok kerja dapat
membuat kerugian yang begitu besar bagi perusahaan dan dalam waktu begitu
cepat. Mogok kerja langsung menghentikan produksi, mogok kerja langsung
menghentikan penciptaan laba yang menjadi tujuan utama dari sistem industri.
Mogok kerja bisa memutuskan pengusaha dari pasarnya, mogok kerja bisa
mengakibatkan kehilangan pasar bagi perusahaan, mogok kerja bisa
memutuskan pengusaha dari bahan mentah dan yang paling berbahaya bagi
pengusaha mogok kerja juga bisa mengancam eksistensi perusahaan
(Junaedi).
4
Jenis –Jenis Mogok Kerja
1. Pemogokan Pengorganisasian Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yaitu
pemogokan yang tuntutan utamanya agar pengusaha mengakui keberadaan
dan fungsi serikat pekerja di perusahaan,
2. Pemogokan Demonstrasi, yaitu pemogokan yang dirancang dan
dilaksanakan dalam waktu yang singkat dengan tujuan untuk memberi
pesan kepada pengusaha perlunya memenuhi tuntutan para pekerja,
3. Pemogokan Ekonomi, biasanya dilakukan untuk menuntut kenaikan upah,
kenaikan UMP, dan perbaikan kesejahteraan pekerja,
4. Pemogokan Simpatik, dilakukan serikat pekerja dengan anggotanya di
perusahaan lain yang ada kaitan langsung dengan perusahaan di mana
pekerjanya sedang melakukan mogok, tujuannya adalah memberikan
dukungan dan solidaritas kepada rekan - rekannya yang sedang melakukan
mogok kerja, biasanya serikat pekerja menekan pengusaha untuk tidak
melakukan transaksi bisnis dengan pengusaha yang sedang bermasalah
dengan pekerjanya,
5
Jenis – Jenis Mogok Kerja (lanjutan)
6. Pemogokan Liar (wildcat strikes) adalah pemogokan yang dilakukan oleh
pekerja tanpa mendapat persetujuan dari serikat pekerja atau bisa juga disebut
sebagai pemogokan yang sifatnya spontanitas atau tanpa direncanakan.
Biasanya pemogokan liar disebabkan oleh ketidakpuasan pekerja terhadap
kondisi kerja tertentu dan ada juga pemogokan liar disebabkan oleh ketidak-
puasan pekerja terhadap kinerja serikat pekerja yang tidak memuaskan mereka.
7. Pemogokan Umum (General Strikes) adalah suatu usaha bersama oleh semua
atau sebagian besar pekerja yang terorganisir untuk membuat para pengusaha
menyerah dengan menghentikan kegiatan hakiki masyarakat. Pada pemogokan
umum biasanya pabrik - pabrik berhenti beroperasi, angkutan umum berhenti
beroperasi, bahkan penutupan jalan toll dan bandara dan lain sebagainya.
Biasanya tuntutannya berkaitan dengan kenaikan UMP, pemberlakuan Undang-
undang yang berpihak kepada pekerja (UU BPJSP, Penolakan terhadap revisi
UU Ketenagakerjaan, dlsb). Pemogokan umum sangat berbahaya dan bisa
menggangu stabilitas politik nasional.
6
Pelaksanaan Hak Mogok
3 Unsur yang termasuk dalam pengertian Mogok
Kerja:
1. Tindakan Pekerja;
2. Direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-
sama;
3. Menghentikan atau memperlambat pekerjaan,
dengan maksud dan tujuannya untuk mempengaruhi
dan menekan pengusaha agar mengabulkan
tuntutan para pekerja/serikat pekerja
7
Syarat sah mogok berdasarkan UU No.13 Tahun 2003
1. Mogok kerja dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya
perundingan.
2. Ajakan kepada pekerja untuk melaksanakan mogok kerja dilakukan dengan tidak
melanggar hukum dan pekerja/buruh yang diajak mogok kerja dapat memenuhi
atau tidak memenuhi ajakan tersebut.
3. Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok
dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.
4. Pemberitahuan sebagaimana diuraikan dalam angka (3) diatas sekurang-
kurangnya memuat:
a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja;
b. tempat mogok kerja;
c. alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok kerja; dan
d. tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan
sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok
kerja.
8
Syarat sah Mogok Kerja (lanjutan)
5. Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka demi menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat
mengambil tindakan sementara dengan cara:
a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan
proses produksi; atau
b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di
lokasi perusahaan.
7. Akibat hukum dari mogok kerja yang tidak sah diatur secara khusus dalam
keputusan Menteri,
9
Konsekwensi Hukum Mogok Kerja tidak Sah
Berdasarkan Kepmenakertrans No. Kep-232/Men/2003
11
Prosedure Mogok Kerja
12
Peran Instansi Pemerintah yang Bertanggungjawab
dibidang Ketenagakerjaan dalam Pelaksanaan Mogok
Kerja
• Membantu menyelesaikan perselisihan antara pekerja dengan
pengusaha, dengan mempertemukan dan merundingakan dengan
para pihak yang berselisih, sebelum dan selama mogok kerja
berjalan (mediasi),
• Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian maka harus dibuatkan
perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan
pegawai pemerintah di bidang ketenagakerjaan,
• Dalam hal tidak mencapai kesepakatan, maka pegawai instansi
pemerintah segera menyerahkan perselisihan tersebut kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
berwenang,
• Dalam hal tidak mencapai kesepakatan maka serikat pekerja atau
pekerja dapat melanjutkan mogok kerja atau menghentikan mogok
untuk sementara waktu atau dihentikan sama sekali. 13
Peran Aparat Keamanan dan Pengusaha
dalam Pelaksanaan Mogok
• Polisi
Peran polisi secara normatif diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor
1 tahun 2005 tentang Pedoman Tindakan Kepolisian Negara
Republik Indonesia pada Penegakan Hukum dan Ketertiban dalam
Perselisihan Hubungan Industrial.
• Pelaku Usaha
Pengusaha dilarang oleh undang-undang untuk menghalang-halangi
hak mogok dari pekerja ataupun melakukan tindakan-tindakan
balasan, seperti pemotongan upah yang tidak adil akibat mogok,
seperti melakukan pemotongan upah melebihi jangka waktu dari
pemogokan.
14
Penutupan Perusahaan (Lock Out)
• Penutupan Perusahaan (Lock Out) adalah tindakan pengusaha menghentikan
sebagian atau seluruh kegiatan perusahaan sebagai akibat penyelesaian
perselisihan industrial yang tidak mencapai kesepakatan (gagal), supaya pekerja
tidak mengajukan tuntutan yang melampaui kemampuan perusahaan. (Pasal 1
Angka 18 UU Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan).
15
Penutupan Perusahaan (lanjutan)
• Penutupan perusahaan (lock out) dilarang dilakukan
pada perusahaan-perusahaan yang melayani
kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang
membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi
rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat
pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga
listrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta
kereta api (pasal 147 UU No.13 Tahun 2003)
16
Prosedur Penutupan Perusahaan (Lock Out)