Anda di halaman 1dari 21

OLEH : JUNAEDI, SE.SH.MH.

MSi

1
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum:
Memahami penerapan hukum terkait dengan peran dan tanggung
jawab pengusaha, penegak hukum dan pekerja terkait dengan hak
mogok dan penutupan perusahaan serta bentuk industrial lainnya.

Tujuan Khusus:
• Menerapkan prinsip-prinsip kunci di dalam menyelesaikan sengketa;
• Mengidentifikasi keabsahan mogok (baik dari prespektif hukum
internasional maupun nasional);
• Mampu melakukan evaluasi yang tepat untuk memberikan keputusan
dengan mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi pekerja dan
masyarakat.

2
Definisi Mogok
• Mogok kerja ( strikes ) adalah penghentian kerja apapun, namun singkat dan
terbatas, dapat dianggap sebagai pemogokan. Tindakan lain untuk
menghentikan pekerjaan, seperti bekerja tanpa menggunakan peralatan,
pemogokkan dengan menduduki tempat kerja, pelambatan kerja dan
sebagainya dikategorikan sebagai pemogokan hanya jika tindakan tersebut
dilakukan secara damai (Bernard Gernigan (2000) hal. 55-56).

• Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan


dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat
buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan (pasal 1 ayat (23)
UU No.13 Tahun 2003)

• Mogok kerja ( strikes ) adalah tindakan pekerja / buruh yang direncanakan


dan dilaksanakan secara bersama – sama dengan serikat pekerja / serikat
buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan yang dilakukan
secara damai dengan tujuan untuk mempengaruhi dan menekan pengusaha
untuk mengabulkan tuntutan para pekerja atau serikat pekerja(Junaedi).
3
Mogok Kerja (lanjutan)
• Mogok kerja biasanya terjadi apabila pihak pengusaha menolak tuntutan para
pekerja atau serikat pekerja gagal dalam melakukan perundingan dengan
pengusaha. Mogok kerja merupakan taktik dan strategi serikat pekerja dan
bahkan mogok kerja merupakan senjata yang paling ampuh yang dimiliki
serikat pekerja, tiada senjata yang paling ampuh yang dimiliki oleh pekerja atau
serikat pekerja untuk menekan pengusaha selain mogok kerja (Junaedi).

• Mogok kerja dikatakan senjata paling ampuh karena mogok kerja dapat
membuat kerugian yang begitu besar bagi perusahaan dan dalam waktu begitu
cepat. Mogok kerja langsung menghentikan produksi, mogok kerja langsung
menghentikan penciptaan laba yang menjadi tujuan utama dari sistem industri.
Mogok kerja bisa memutuskan pengusaha dari pasarnya, mogok kerja bisa
mengakibatkan kehilangan pasar bagi perusahaan, mogok kerja bisa
memutuskan pengusaha dari bahan mentah dan yang paling berbahaya bagi
pengusaha mogok kerja juga bisa mengancam eksistensi perusahaan
(Junaedi).

4
Jenis –Jenis Mogok Kerja
1. Pemogokan Pengorganisasian Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yaitu
pemogokan yang tuntutan utamanya agar pengusaha mengakui keberadaan
dan fungsi serikat pekerja di perusahaan,
2. Pemogokan Demonstrasi, yaitu pemogokan yang dirancang dan
dilaksanakan dalam waktu yang singkat dengan tujuan untuk memberi
pesan kepada pengusaha perlunya memenuhi tuntutan para pekerja,
3. Pemogokan Ekonomi, biasanya dilakukan untuk menuntut kenaikan upah,
kenaikan UMP, dan perbaikan kesejahteraan pekerja,
4. Pemogokan Simpatik, dilakukan serikat pekerja dengan anggotanya di
perusahaan lain yang ada kaitan langsung dengan perusahaan di mana
pekerjanya sedang melakukan mogok, tujuannya adalah memberikan
dukungan dan solidaritas kepada rekan - rekannya yang sedang melakukan
mogok kerja, biasanya serikat pekerja menekan pengusaha untuk tidak
melakukan transaksi bisnis dengan pengusaha yang sedang bermasalah
dengan pekerjanya,

5
Jenis – Jenis Mogok Kerja (lanjutan)
6. Pemogokan Liar (wildcat strikes) adalah pemogokan yang dilakukan oleh
pekerja tanpa mendapat persetujuan dari serikat pekerja atau bisa juga disebut
sebagai pemogokan yang sifatnya spontanitas atau tanpa direncanakan.
Biasanya pemogokan liar disebabkan oleh ketidakpuasan pekerja terhadap
kondisi kerja tertentu dan ada juga pemogokan liar disebabkan oleh ketidak-
puasan pekerja terhadap kinerja serikat pekerja yang tidak memuaskan mereka.

7. Pemogokan Umum (General Strikes) adalah suatu usaha bersama oleh semua
atau sebagian besar pekerja yang terorganisir untuk membuat para pengusaha
menyerah dengan menghentikan kegiatan hakiki masyarakat. Pada pemogokan
umum biasanya pabrik - pabrik berhenti beroperasi, angkutan umum berhenti
beroperasi, bahkan penutupan jalan toll dan bandara dan lain sebagainya.
Biasanya tuntutannya berkaitan dengan kenaikan UMP, pemberlakuan Undang-
undang yang berpihak kepada pekerja (UU BPJSP, Penolakan terhadap revisi
UU Ketenagakerjaan, dlsb). Pemogokan umum sangat berbahaya dan bisa
menggangu stabilitas politik nasional.

6
Pelaksanaan Hak Mogok
3 Unsur yang termasuk dalam pengertian Mogok
Kerja:
1. Tindakan Pekerja;
2. Direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-
sama;
3. Menghentikan atau memperlambat pekerjaan,
dengan maksud dan tujuannya untuk mempengaruhi
dan menekan pengusaha agar mengabulkan
tuntutan para pekerja/serikat pekerja

7
Syarat sah mogok berdasarkan UU No.13 Tahun 2003
1. Mogok kerja dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya
perundingan.
2. Ajakan kepada pekerja untuk melaksanakan mogok kerja dilakukan dengan tidak
melanggar hukum dan pekerja/buruh yang diajak mogok kerja dapat memenuhi
atau tidak memenuhi ajakan tersebut.
3. Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok
dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.
4. Pemberitahuan sebagaimana diuraikan dalam angka (3) diatas sekurang-
kurangnya memuat:
a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja;
b. tempat mogok kerja;
c. alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok kerja; dan
d. tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan
sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok
kerja.
8
Syarat sah Mogok Kerja (lanjutan)
5. Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka demi menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat
mengambil tindakan sementara dengan cara:
a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan
proses produksi; atau
b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di
lokasi perusahaan.

6. Mogok kerja yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diuraiakan


diatas (atau tidak memenuhi ketentuan Pasal 139 dan Pasal 140 UU No.13 Tahun
2003) adalah mogok kerja tidak sah dengan segala akibat hukumnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku,

7. Akibat hukum dari mogok kerja yang tidak sah diatur secara khusus dalam
keputusan Menteri,

9
Konsekwensi Hukum Mogok Kerja tidak Sah
Berdasarkan Kepmenakertrans No. Kep-232/Men/2003

• Konsekwensi hukum pelaksanaan mogok kerja tidak sah maka


pekerja dianggap mangkir,
• Pengusaha wajib melakukan pemanggilan kerja kepada para pekerja
yang sedang melaksanakan mogok kerja yang tidak sah sebanyak 2
(dua) kali dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari secara patut dan
tertulis ,
• Bagi pekerja yang tidak memenuhi surat panggilan kerja atau
mengabaikan surat panggilan kerja dari pengusaha maka
DIKUALIFIKASIKAN MENGUNDURKAN DIRI dari perusahaan,
• Mogok kerja yang tidak sah yang mengakibatkan hilangnya nyawa
manusia yang berhubungan dengan pekerjaannya tersebut
dikualifikasikan sebagai pelanggaran berat,
10
Pembatasan Hak Mogok
• Keadaan darurat nasional yang akut
Pelarangan umum terhadap pemogokan dapat dibenarkan dalam
keadaan darurat nasional yang akut untuk suatu jangka waktu yang
terbatas.

• Pelayanan-pelayanan yang sifatnya mendasar


Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja yang bekerja pada
perusahaan yang melayani kepentingan umum/perusahaan yang
jenis usahanya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum
atau membahayakan keselamatan orang lain,

11
Prosedure Mogok Kerja

12
Peran Instansi Pemerintah yang Bertanggungjawab
dibidang Ketenagakerjaan dalam Pelaksanaan Mogok
Kerja
• Membantu menyelesaikan perselisihan antara pekerja dengan
pengusaha, dengan mempertemukan dan merundingakan dengan
para pihak yang berselisih, sebelum dan selama mogok kerja
berjalan (mediasi),
• Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian maka harus dibuatkan
perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan
pegawai pemerintah di bidang ketenagakerjaan,
• Dalam hal tidak mencapai kesepakatan, maka pegawai instansi
pemerintah segera menyerahkan perselisihan tersebut kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
berwenang,
• Dalam hal tidak mencapai kesepakatan maka serikat pekerja atau
pekerja dapat melanjutkan mogok kerja atau menghentikan mogok
untuk sementara waktu atau dihentikan sama sekali. 13
Peran Aparat Keamanan dan Pengusaha
dalam Pelaksanaan Mogok
• Polisi
Peran polisi secara normatif diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor
1 tahun 2005 tentang Pedoman Tindakan Kepolisian Negara
Republik Indonesia pada Penegakan Hukum dan Ketertiban dalam
Perselisihan Hubungan Industrial.

• Pelaku Usaha
Pengusaha dilarang oleh undang-undang untuk menghalang-halangi
hak mogok dari pekerja ataupun melakukan tindakan-tindakan
balasan, seperti pemotongan upah yang tidak adil akibat mogok,
seperti melakukan pemotongan upah melebihi jangka waktu dari
pemogokan.

14
Penutupan Perusahaan (Lock Out)
• Penutupan Perusahaan (Lock Out) adalah tindakan pengusaha menghentikan
sebagian atau seluruh kegiatan perusahaan sebagai akibat penyelesaian
perselisihan industrial yang tidak mencapai kesepakatan (gagal), supaya pekerja
tidak mengajukan tuntutan yang melampaui kemampuan perusahaan. (Pasal 1
Angka 18 UU Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan). 

• Penutupan Perusahaan (Lock Out) adalah tindakan pengusaha untuk menolak


pekerja/buruh seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan (Pasal 1
Angka 24 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).

• Penutupan Perusahaan (Lock Out) merupakan hak dasar pengusaha untuk


menolak pekerja sebagian atau seluruhanya untuk menjalankan pekerjaan mereka
sebagai akibat gagalanya perundingan (Pasal 146 UU No.13/2003

• Penutupan Perusahaan (Lock Out) tidak dibenarkan sebagai tindakan balasan


sehubungan adanya tuntutan hak-hak normatif dari pekerja atau serikat pekerja,

15
Penutupan Perusahaan (lanjutan)
• Penutupan perusahaan (lock out) dilarang dilakukan
pada perusahaan-perusahaan yang melayani
kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang
membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi
rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat
pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga
listrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta
kereta api (pasal 147 UU No.13 Tahun 2003)

16
Prosedur Penutupan Perusahaan (Lock Out)

1. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada


pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, serta instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum penutupan
perusahaan (lock out) dilaksanakan.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat:
a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri penutupan
perusahaan (lock out); dan
b. alasan dan sebab-sebab melakukan penutupan perusahaan
(lock out).
3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditandatangani oleh pengusaha dan/atau pimpinan perusahaan yang
bersangkutan. 17
Peran Instansi Pemerintah dalam Pelaksanaan
penutupan perusahaan
• Sebelum dan selama penutupan perusahaan (lock out) berlangsung, instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan berwenang langsung
menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya penutupan perusahaan
(lock out) dengan mempertemukan dan merundingkannya dengan para pihak yang
berselisih.
• Dalam hal perundingan menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuat perjanjian
bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan pegawai dari instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sebagai saksi.
• Dalam hal perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, maka pegawai dari
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan segera menyerahkan
masalah yang menyebabkan terjadinya penutupan perusahaan (lock out) kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
• Apabila perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, maka atas dasar
perundingan antara pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh, penutupan
perusahaan (lock out) dapat diteruskan atau dihentikan untuk sementara atau
dihentikan sama sekali.
18
Boycott
Boycott adalah salah satu gerakan atau taktik serikat pekerja yang paling ringan dan
jarang digunakan, tujuannya adalah untuk menurunkan minat masyarakat pada
produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tertentu. Perusahaan tertentu
adalah perusahaan di mana sedang terjadi perselisihan atau konflik antara pekerja
dan pengusaha, biasanya perusahaan tidak mengabulkan tuntutan pekerja yang
wajar dan rasional.
Ada dua jenis boycott yang biasa digunakan oleh serikat pekerja untuk menekan
pengusaha, yaitu boikot primer dan boikot sekunder.
1)Boycott primer adalah suatu kesepakatan bersama para pekerja dalam suatu
perusahaan untuk tidak mengkonsumsi atau untuk tidak membeli barang - barang
yang mereka produksi. Taktik ini biasanya kurang effektif karena tidak selamanya
para pekerja mengkonsumsi atau membeli barang - barang yang mereka produksi
dan jumlah pekerja yang melakukan boikot hanya dalam jumlah sedikit.
2) General boycott adalah boikot umum bukan hanya meliputi para pekerja yang
bekerja di perusahaan tersebut tapi juga para pekerja perusahaan lain, serikat pekerja
lain dan bahkan masyarakat umum. Boikot umum biasanya sangat efektif digunakan
serikat pekerja untuk menekan manajemen perusahaan / pengusaha untuk
mengabulkan tuntutan para pekerja.
19
Kesimpulan
• Mogok Kerja (Strikes), Penutupan Perusahaan (Lock-out) dan
aksi industrial lainnya, merupakan hak pekerja dan pengusaha
yang dilindungi oleh undang-undang. Pelaksanaan mogok
kerja, penutupan perusahaan dan aksi industrial lainnya harus
dilakukan secara sah, tertib dan damai serta tidak melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Mogok Kerja yang dilakukan tidak sah memiliki konsekwensi


hukum sebagaimana diatur dalam Kepmenakertrans Nomor:
Kep-232/Men/2003 yaitu dianggap mangkir kerja s/d
dikualifikasikan mengundurkan diri dari perusahaan.

• Mogok Kerja yang tidak sah dan mengakibatkan hilangnya


nyawa orang lain maka dianggap sebagai pelanggaran berat;
20
21

Anda mungkin juga menyukai