Anda di halaman 1dari 38

Dasar Hukum dan Prinsip-prinsip

Good Corporate Governance

Prodi S1 Manajemen Telkom University


Arie Apriadi Nugraha, S.E., M.Ak

Sumber referensi: Arifin (2005); Prasetyantoko (2008); Syakhroza


(2005);Tjager et al (2003); Warsono et al. (2009); Yin & Zajac (2004)
1
Shareholder vs Stakeholder Approaches
Shareholders Stakeholders
Memenuhi kepentingan seluruh
Maksimalisasi nilai shareholder dan
stakeholder, terutama masyarakat secara
memenuhi kepentingan shareholder.
luas.
Mempertahankan kelangsungan hidup,
Mencari keuntungan dan efisiensi pertumbuhan jangka panjang, dan
stabilitas.
Tidak terlalu menekankan pada
Menekankan pada kepentingan komersial keuntungan (profit) tetapi lebih kepada
nilai dari uang (value for money)
 
Narrow Ownership Widely Held
Kepemilikan tersebar kepada para
Kepemilikan terkonsentrasi pada sedikit orang
manajer yang diberikan kebebasan,
yang memiliki kekuasaan yang kuat di atas
namun tetap tunduk pada kekuatan pasar,
pihak manajemen, melalui seorang pimpinan
seperti pada kekuatan pengambilalihan
eksekutif.
dan perwakilan (proxy).
Proteksi yang sama diberikan kepada
Proteksi untuk pemilik modal minoritas hanya
seluruh pemilik modal dengan perhatian
sedikit sekali dan mereka membutuhkan
yang penuh terhadap tindakan
dukungan direktur yang independen.
manajemen. 2
Model-model
Corporate Governance
berdasarkan sistem hukum
yang berlaku

3
Sistem Hukum Anglo Saxon
= sistem hukum yang
didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu
keputusan-keputusan
hakim terdahulu yang
kemudian menjadi dasar
putusan hakim-hakim
selanjutnya.

diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia


Baru, Afrika Selatan, Kanada, dan Amerika
Serikat.
4
Sistem Hukum Continental European

= suatu sistem hukum


dengan ciri-ciri adanya
berbagai ketentuan hukum
yang dikodifikasi
(dihimpun) secara
sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh
hakim dalam penerapannya

Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di


negara yang menganut sistem hukum ini,
termasuk pula Indonesia.
5
Corporate Governance Model
Anglo Saxon vs Continental European

 Single Tier Board Two-Tier Board

Model Kontinental Eropa, di mana


Badan Pengawas hanya terdiri dari
Model Anglo-Saxon , di mana Direktur
pejabat Non-eksekutif, sedangkan
Eksekutif & Non-Eksekutif berada di
pihak manajemen terdiri dari
satu badan secara bersama.
beberapa direktur yang bekerja full-
time.

Chairman bekerja bersama, dan Badan Pengawas benar-benar


dibantu oleh Dewan Komite untuk bekerja sendiri (independen) dan
audit, remunerasi, dan nominasi. terpisah dari pihak manajemen.
6
Struktur
= suatu cara bagaimana aktivitas
dalam organisasi dibagi, diorganisir,
dan dikoordinasi (Stoner, Freeman,
dan Gilbert, 1995).

Struktur Governance
= suatu kerangka dalam organisasi
untuk menerapkan berbagai prinsip
governance sehingga prinsip tersebut
dapat dibagi, dijalankan, serta
dikendalikan (Arifin, 2005)
7
Corporate Governance model
Anglo Saxon sering disebut sebagai
sistem “outsider” karena kontrol
dijalankan oleh pemilik yang berada
di luar perusahaan.

Pemilik dapat melakukan kontrol terhadap


eksekutif dengan cara:

1. Mempengaruhi pemilihan eksekutif


2. Mengambil alih perusahaan yang dinilai
berkinerja buruk (hostile takeover)
3. Menggunakan pengadilan dalam hal
perselisihan antara pemegang saham dan
pengelola perusahaan.
8
Model Anglo-Saxon ini disebut
dengan Single-board system yaitu
struktur CG yang tidak
memisahkan keanggotaan dewan
komisaris dan dewan direksi.
Dalam sistem ini anggota dewan
komisaris juga merangkap
anggota dewan direksi dan kedua
dewan ini disebut sebagai board
of directors.

9
Struktur Corporate Governance Single-Board System
(Anglo-Saxon Model)

General Meeting
of Shareholders
(RUPS)

Board of Directors
(Dewan Direksi)

Executive Managers
(Manajer Eksekutif)

Sumber : Tjager dkk (2003) dan Syakhroza (2005)


10
Corporate Governance model
Continental European sering disebut
sebagai Two-board system, yaitu
struktur CG yang dengan tegas
memisahkan keanggotaan dewan, yakni
antara keanggotaan dewan komisaris
sebagai pengawas dan dewan direksi
sebagai eksekutif perusahaan.

11
Struktur Corporate Governance Dual-Board System
(Continental European Model)

General Meeting
of Shareholders
(RUPS)

Board of Commissioners
(Dewan Komisaris)

Board of Directors
(Dewan Direksi)

Management

Sumber : Tjager dkk (2003) dan Syakhroza (2005)


12
 RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
merupakan struktur tertinggi.

 Dewan komisaris membawahi langsung


dewan direksi dan mempunyai kewenangan
untuk mengangkat dan memberhentikan
dewan direksi serta melakukan tugas
pengawasan terhadap kegiatan direksi dalam
menjalankan perusahaan.

 Posisi dewan komisaris relatif kuat terhadap


direksi sehingga fungsi pengendalian/kontrol
terhadap kegiatan manajemen dapat berjalan
dengan efektif.

13
Corporate Governance Model
di Indonesia
 Pada umumnya praktek GCG di Indonesia
dilakukan dengan Two-Tier System
(Continental European), namun diatur lebih
khusus dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas, yaitu UU RI No. 40 Tahun 2007.

 RUPS merupakan struktur tertinggi di atas


dewan direksi dan dewan komisaris (pasal
75 ayat 1 dan 2).

14
 Kedudukan dewan komisaris tidak
langsung membawahi dewan direksi,
keduanya bertanggung jawab terhadap
RUPS dalam kedudukannya yang sejajar.

 Anggota dewan direksi diangkat dan


diberhentikan oleh RUPS (pasal 94 ayat 1
dan pasal 105 ayat 1).

 Anggota dewan komisaris diangkat dan


diberhentikan oleh RUPS (pasal 111 ayat 1
dan pasal 119).

15
Struktur Corporate Governance di Indonesia
(Dual Board System – UU RI No. 40 Tahun 2007)

General Meeting
of Shareholders
(RUPS)

Board of Commissioners Board of Directors


(Dewan Komisaris)
(Dewan Direksi)

Management

Sumber : Tjager dkk (2003) dan Syakhroza (2005)


16
Corporate Governance
Model Jerman

 Perbankan merupakan salah satu kekuatan


dominan  sumber utama pembiayaan
investasi perusahaan.
 Kepemilikan saham oleh perbankan atas
perusahaan-perusahaan non-finansial 
menempatkan manajer bank dalam dewan
pengawas perusahaan non-finansial.
 Konversi hutang menjadi modal (equity) 
struktur keuangan perusahaan menjadi kuat.

17
Corporate Governance
Model Jerman

 Penyelesaian masalah dengan hubungan


yang baik antara perusahaan dan
pembiayaan sektor perbankan dalam
menjalankan perusahaan  relational
based model
 Sistem kepemilikan perusahaan bersifat
mayoritas (blockholder)  manajer tetap
bertumpu pada keinginan pemegang
saham mayoritas.

18
Ciri khas Corporate Governance
Model di Jerman

1. Dual Board System  pemisahan antara


dewan pelaksana atau eksekutif
perusahaan dan dewan pengawas.
2. Co-determination  pekerja memiliki
keterwakilan dalam dewan pengawas
perusahaan.

19
Corporate Governance
Model Jepang
1. Sistem berbasis relasi (relationship based
system)
saling menguntungkan antara pihak perusahaan
& perbankan  implicit mutual insurance
2. Ada main bank system yang memonitor
perusahaan.
3. Tidak ada sistem pasar yang menjadi sistem
pengontrol perusahaan  hostile takeover
sangat jarang terjadi
4. Peran dewan direksi sangat kuat (paternalistik)
5. Loyalitas tenaga kerja sepanjang hidup.

20
Model
Corporate Governance
manakah
yang terbaik?

21
Tidak ada Model Corporate Governance
yang terbaik.
 bisnis dan kehidupan sosial selalu berbeda-
beda di setiap negara, yang berdasarkan pada:

1. Sistem hukum yang berlaku


2. Sikap para stakeholders, antara lain para pekerja
dan masyarakat sekitar
3. Kompensasi bagi para eksekutif
4. Frekuensi dan tindakan merger atau
pengambilalihan
5. Pola dan konsentrasi kepemilikan perusahaan
6. Kultur bisnis yang berlaku di negara tersebut
7. Signifikansi peran pasar modal di negara
tersebut
22
Prinsip-prinsip
GCG

23
Prinsip-prinsip GCG
menurut Cadbury Committee

1. Keterbukaan
2. Integritas
3. Akuntabilitas

24
Prinsip-prinsip GCG menurut OECD

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang


saham.
2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh
pemegang saham (mayoritas & minoritas)
3. Kerjasama antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan.
4. Keterbukaan dan transparansi
5. Akuntabilitas Dewan Komisaris

25
Prinsip-prinsip GCG menurut FCGI

1. Hak-hak para pemegang saham


2. Perlakuan sama terhadap para pemegang
saham
3. Peranan pemegang saham ditetapkan oleh
hukum, serta kerjasama aktif dengan
stakeholders
4. Pengungkapan yang akurat dan tepat
waktu
5. Tanggung jawab pengurus dalam
manajemen

26
Prinsip-prinsip GCG menurut
International Corporate Governance Network
(ICGN, 2005)

1. Kejujuran (Honesty)
2. Kekuatan untuk bangkit (Resilience)
3. Ketanggapan (Responsiveness)
4. Keterbukaan (Transparency)

27
Prinsip-prinsip GCG menurut
Sarbanes Oxley Act (SOA, 2002)

1. Integritas (Integrity)
2. Keandalan (Reliability)
3. Akuntabilitas (Accountability)

28
Prinsip-prinsip GCG menurut
Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG, 2006)

1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Resposibilitas
4. Independensi
5. Kewajaran dan Kesetaraan

29
Prinsip-prinsip GCG menurut
Keputusan Menteri (KepMen) Badan Usaha Milik
Negara No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktek GCG pada BUMN

1. Transparansi
2. Kemandirian
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban
5. Kewajaran

30
Prinsip-prinsip GCG
yang berlaku secara umum

31
1. Prinsip Transparansi (Transparency)

 keterbukaan dalam proses pengambilan


keputusan dan dalam penyajian (disclosure)
informasi yang dimiliki perusahaan

 kualitas informasi yang disajikan mempengaruhi


kepercayaan investor

 informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan


dapat dibandingkan dengan indikator-indikator
yang sama

32
 laporan keuangan dengan best practices dari
sistem akuntansi yang berbasiskan Prinsip-
prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Generally
Accepted Accounting Principles / GAAP)

 pengungkapan (disclosure) yang obyektif dan


aktual untuk menghindari terjadinya asimetri
informasi

33
2. Prinsip Akuntabilitas (Accountability)
 semua partisipan CG harus mampu mengemban
amanah atas fungsinya masing-masing dan
bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi
 adanya sistem pengendalian dan pengawasan
antara unit-unit yang ada di perusahaan
 pemberdayaan dewan komisaris untuk
melakukan monitoring, evaluasi, dan
pengendalian terhadap manajemen
 solusi atas agency problem antara pemilik
saham dan manajemen

34
3. Prinsip Tanggung Jawab (Responsibility)
 sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme
pertanggungjawaban perusahaan kepada
pemegang saham dan seluruh stakeholders
 merealisasikan tujuan GCG, yaitu mengakomodasi
kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan
perusahaan seperti masyarakat, pemerintah,
asosiasi bisnis dan pihak-pihak lainnya
 tanggungjawab perusahaan sebagai anggota
masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum
yang berlaku serta pemenuhan terhadap
kebutuhan-kebutuhan sosial dan lingkungan sekitar

35
4. Prinsip Independensi (Independence)

 perusahaan dikelola secara independen, tidak


terjadi dominasi atau intervensi dari pihak manapun
 bebas dari segala benturan kepentingan dan dari
segala pengaruh atau tekanan
 pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif
 masing-masing organ perusahaan melaksanakan
fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar
dan peraturan hukum / perundang-undangan yang
berlaku.

36
5. Prinsip Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
 perlakuan dan jaminan atas hak-hak yang sama
kepada seluruh pemegang saham, baik
mayoritas maupun minoritas
 sistem hukum dan peraturan serta
penegakannya yang jelas dan berlaku bagi
semua pihak
 mengatasi masalah perbedaan kepentingan
(conflict of interest) antara pemilik modal dan
manajer

37
38

Anda mungkin juga menyukai