Anda di halaman 1dari 74

BIMBINGAN TEKNIS ANALISIS DENGAN INSTRUMEN,

PPPOMN BIDANG OT, SK DAN KOSMETIK, JAKARTA-8 JULI 2019

GC-MS
Kromatografi Gas-Spektrometri Massa

Mochammad Yuwono
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Email: yuwono05@yahoo.com

1
GC MS
Spektrometri massa
Kromatografi gas
Merupakan teknik kromatografi: Tergolong teknik spektroskopi:
• Fae gerak: gas • Analit diubah menjadi ion-ion gas,
• Fase diam: Cairan (GLC) atau padatan
dipisahkan dalam mass analyser
(GSC)
• Sampel disuntikkan pada inlet, dipisahkan dan dideteksi dalam detektor
2
dalam kolom dan dideteksi oleh detektor
GC MS
Spektrometri massa
Kromatografi gas
Keunggulan: Keunggulan:
• Campuran analit dalam matriks sampel yang • Mampu mendeteksi analit secara
kompleks dapat dipisahkan secara selektif selektif dan spesifik
dengan resolusi yang memadai
Kelemahan:
Kelemahan:
• Detektor yang digunakan umumnya kurang • Sulit diaplikasikan untuk campuran 3

spesifik analit dalam matriks sampel


GC-MS
Kromatografi gas-Spektrometri massa

GC-MS:
• Kombinasi sinergistik dua teknik analisis: Kromatografi dan
spektrometri massa
• Memadukan dua keunggulan: pemisahan sangat baik dan deteksi
4
yang sangat spesifik dan sensitif
GC-MS: MS SEBAGAI DETEKTOR PADA GC

• FID (Flame ionization Detektor)


• ECD (Electron Capture Detector)
Detektor klasik • TCD (Thermal Conductivity Detector)
• FPD (Flame Photometric Detector)

GC
• Mass Spectrometry (GC-MS)
Detektor
modern • Tandem Mass Spectrometry (GC-
Klasifikasi GC MS/MS)
berdasarkan
detektor
GC-MS
 Teknik analisis yang telah lama diaplikasikan untuk berbagai bidang
seperti
 Farmasi,
 Pangan,
 Pertanian,
 Lingkungan,
 Forensik,
 Klinik dll.

 Meliputi identifikasi dan kuantitasi senyawa organik dalam sampel


obat, obat tradisional, Pangan dan Kosmetika
 Memiliki keunggulan untuk identifikasi senyawa organik karena
tersedia “library” yang cukup lengkap 6
KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETRI MASSA

Teknik kromatografi yang sesuai untuk analisis senyawa mudah


menguap (volatile)

Pemisahan pada GC dipengaruhi:


• Volatilitas dan polaritas senyawa analit
• Senyawa titik didih < 350 oC umumnya masih dapat dianalisis dengan GC
DERIVATISASI ANALIT NON VOLATIL
• Untuk analit berupa senyawa yang tidak
mudah menguap  perlu diderivatisasi
lebih dahulu
• Tujuan derivatisasi:
• Meningkatkan volatilitas dan mengurangi
polaritas senyawa
• Mengurangi degradasi termal dari sampel
• Meningkatkan respon detektor
• Memperbaiki pemisahan dan menghindari
puncak yang berekor

• Pereaksi Derivatisasi umumnya dapat


digolongkan menjadi:
• Sililasi; Asilasi; Alkilasi; Esterifikasi
8
DERIVATISASI KIMIA PADA GC

GC - Derivatization

 Contoh derivatisasi asam lemak, DHA, LNA, VCO dll.


 Asam lemak  Fatty Acid Methyl Ester (FAME)
GC-FID VS GC-MS

 GC dengan detektor FID (Flame ionization Detector)


 Untuk analisis senyawa yang mengandung ikatan C-H
 FID tidak spesifik, selalu diperlukan baku pembanding autentik, lebih mudah
diaplikasikan untuk analisis kuantitatif 10

 Detektor MS pada GC-MS: selektif, spesifik dan sensitif.


INSTRUMENTASI GC-MS

GC MS Data system

Gas Pembawa Interface Sumber ion (Ion Source)


Injektor Penganalisis massa (Mass Analyser/Mass Filter)
Oven Detektor
11
Kolom Sistem vakum
Kontrol elektronik
PROSES ANALISIS DENGAN GC-MS

GC MS Data system

Injeksi sampel  Pemisahan komponen sampel dalam kolom  Transfer komponen sampel dari kolom ke dalam
MS melalui interface  Terjadi ionisasi pada sumber ion: Komponen sampel diubah menjadi ion-ion gas
Pemisahan ion-ion gas pada Penganalisis massa  deteksi ion oleh detektor 12
KONDISI ANALISIS PADA GC-MS
 Komponen instrumen GC-MS dan masing- Kondisi GC-MS meliputi:
masing fungsinya perlu dipahami agar diperoleh Gas Pembawa
hasil pemisahan dan deteksi yang optimal Injeksi sampel
 Untuk mendapatkan hasil analisis GC-MS yang Kolom
optimal: Tempertur oven
 Masing-masing komponen instrumen pada GC perlu
disesuaikan dengan persyaratan untuk GC-MS
 Baik kondisi GC maupun kondisi MS perlu diatur
sedemikian rupa agar diperoleh hasil pemisahan yang
selektif, dan sensitivitas yang tinggi

13
TEORI DASAR DAN
afi
Krom at
Gas
o gr
INSTRUMENTASI
• Kromatografi Gas

14
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)
 Gas pembawa yang umum dipakai Capillary GC dan GC-
MS adalah Helium
 Gas Pembawa: Memegang peranan penting utamanya pada
GC-MS
 Syarat gas pembawa: Inert, Kemurnian tinggi, Kering dan
Aman.
• Aliran gas pembawa harus terjamin konstan. Kemurnian
gas pembawa sebaiknya 99,999 – 99.9999% untuk
menghindari gangguan pada pemisahan, meningkatkan
“life time” kolom dan menghindari gangguan spektra pada
GC-MS
• Cemaran dalam gas pembawa (air, udara dan hidrokarbon)
sebaiknya di bawah 1-2 ppm.
PEMILIHAN KECEPATAN ALIR GAS PEMBAWA
Kecepatan alir gas pembawa berperan sangat
penting dalam GC-MS.
• Fluktuasi aliran gas pembawa berpengaruh pada
kondisi vakum  mempengaruhi efisiensi proses
ionisasi EI (penurunan sesitivitas, munculnya spectra
MS)
• Aliran gas pembawa yang tinggi  menurunkan
L = panjang kolom
lifetime filament MS. N = Bilangan lempeng teoretik
• Sistem Pneumatik  mempertahan aliran gas
pembawa agar konstan
Kecepatan alir diatur tidak lebih dari
2 mL/menit karena sistem vakum
detektor memberikan pembatasan
pemilihan kolom yang digunakan
INJEKTOR (INLET)
 Fungsi: Untuk memasukkan sampel bentuk cair atau
gas ke dalam aliran gas pembawa
 Temperatur injektor diatur cukup tinggi, sehingga
sampel dalam bentuk cair (larutan) secara cepat diubah
menjadi bentuk gas
 Temperatur injektor yang terlalu tinggi  terjadi
peruraian komponen sampel
 Jenis injektor
 Packed Column Injector

 Split/Splitless Injector
Split/splitless Injector
 Cold On-Column Injection
 Programmed-Temperature • Didisain untuk kolom kapiler; Dapat dilakukan injeksi dengan
Vaporizer (PTV) Injection sistem: split, splitless atau split/splitless
• Penyuntikan melalui septum ke dalam glass liner
• Sampel mengalami flash vaporization
INJEKSI SPLIT/SPLITLESS

Injeksi Split:
 Digunakan untuk analit konsentrasi relatif besar
(major component)  hanya sebagian sampel Splitless
yang masuk ke dalam kolom mode
 Contoh Split ratio 1: 50 berarti hanya seper-
limapuluh bagian dari sampel masuk ke dalam
kolom

Injeksi Splitless
 Digunakan untuk analisis analit konsentrasi
sangat
 Rendah  semua sampel masuk ke dalam
kolom

Split mode
KERUGIAN SPLIT INJECTOR

 Terjadi “sample discrimination” :


Sampel yang sulit menguap tidak semua masuk ke dalam kolom, sampel
sebagian menempel di syringe  sampling tida representatif
 Hasil kurang kuantitatif khususnya untuk sampel yang mengandung
komponen-komponen yang memiliki perbedaan titik didih jauh
CARA PENYUNTIKAN GC
 Penyuntikan sampel dalam bentuk
larutan dapat dilakukan dengan
syringe secara manual atau
menggunakan autosampler
 Untuk sampel berupa gas dapat
digunakan gas-tight syringe
 Sampel padat atau cair dapat
disuntikkan melalui teknik
“Headspace sampler”

20
SEPTUM GC

 Menghindari gas keluar dari kolom


 Sebagai seal untuk menjaga tekanan gas pembawa sebelum masuk ke dalam
kolom  flow rate konstan
 Septum dipilih sedemikian rupa agar tidak terjadi “bleeding” sehingga
mengganggu deteksi GC-MS
 Jenis Septum yang sering digunakan
 Red rubber (bleeding sekitar 250 C)
 Thermogreen (dapat digunakan sampai 300 C)
 High-temperature blue (dapat digunakan sampai lebih tinggi dari 300 C)

Ferrule yang digunakan dalam GC-MS disarankan terbuat dari


grafit/komposit vespel atau logam khusus; harus impermeable terhadap
udara/oksigen untuk mengurangi gangguan signal pada MS
DE-ACTIVATED GLASS LINER
 Jika dipakai logam  dapat terjadi reaksi antara sampel
dan logam
 Liner dari gelas  Mencegah reaksi antara sampel
dengan logam
 Dapat diganti atau dibersihkan dengan mudah
KOLOM GC-MS

 Jenis kolom GC-MS


- capillary column (WCOT, SCOT dan PLOT)
Kolom pada GC-MS khususnya untuk analisis konsentrasi rendah,
sebaiknya:
 Inert
 Fase diam yang bersifat “low bleed”
KOLOM UNTUK GC-MS
 Kolom “low-bleed” yang sesuai untuk
GC-MS mengandung fase diam
Silphenylene dan diberi simbol “MS”.

Kolom fase fenil


“low-bleed”
silphenylene

Kolom fase fenil tradisional

24
PLOT
 PLOT mengandung material padatan,
tidak mengandung cairan
 Umumnya digunakan untuk analit
sangat mudah menguap seperti gas-gas
CH4, CO2, CO atau molekul atom C
sedikit (C1-C3)

25
WCOT

 Dibuat dari fused silica tubing


 Bagian luar dilapisi Polyimide  lebih kuat dan tidak mudah putus
 Bagian dalam dilapisi dengan cairan fase diam
 Yang sering digunakan ID: 0.1 - 0.53 mm, panjang 30-100 meters, tebal fase diam 0.10 to 1.5
m
 Dikemas melingkar dan disanggah dengan kawat
KLASIFIKASI WCOT
Berdasarkan internal diameter (ID):
 Narrow bore (ID 0.1 – 0.32mm)
 Wide bore  ID 0.53 mm

Berdasarkan ketebalan fase diam (film thickness):


 Thin film (tebal fase diam sekitar 0.2m)
 Thick film (tebal fase diam >1 m)

Berdasarkan polaritas fase diam:


 Non polar
 Semipolar
 Polar
Berdasarkan Panjang kolom :
 Bervariasi (10-150 m)
PEMILIHAN KOLOM GC-MS
 Pilih kolom “low bleed”
 Jika kolom low bleed tidak tersedia, pilih kolom polaritas rendah dengan
ketebalan fase diam yang menengah. Kolom bleeding lebih mudah terjadi
dengan meningkatnya panjang kolom, polaritas dan ketebalan fase diam.
 Kombinasi panjang kolom dan diameter internal disesuaikan dengan
kecepatan alir.
 Kolom diameter ≤ 0.25mm (narrow bore) dapat langsung disambungkan
pada interface GC
 Kolom diameter 0.32mm (wide bore) panjang ≥ 30 m dapat langsung
disambungkan pada interface GC
 Untuk kolom lebih pendek dapat digunakan splitter efluen atau jet separator
 Kolom diameter ≥ 0.45mm (wide bore) sebaiknya tidak langsung 28
disambungkan pada interface, diperlukan splitter efluen atau jet separator
OVEN

 Temperatur Oven (kolom) dapat diatur pada suhu tertentu.


 Fungsi oven untuk menjaga temperatur agar tetap konstan
 Temperatur oven dapat

 diatur tetap selama analisis  disebut


Isotermal atau
 diprogram (naik dan tetap) pada rentang
Temperatur terprogram meliputi:
temperatur tertentu selama analisis  • Temperatur awal
temperatur terprogram • Kenaikan temperatur per menit dan
 Pemrograman temperatur memiliki peran penting pada analisis temperatur akhir.
• Temperatur dapat dipertahankan dalam
campuran pada GC-MS
waktu tertentu (hold time) pada saat awal
dan akhir
TEMPERATUR OVEN: ISOTERMAL
 Temperatur oven Isotermal
 Merupakan pilihan pertama pada
pengembangan metode GC
 Dapat digunakan untuk campuran komponen
yang tidak rumit
 Sederhana dan cepat

30
ISOTERMAL VS TERPROGRAM
 Contoh: Pemisahan campuran
alkana
 Isotermal suhu 100 oC 
relatif lama dan dihasilkan
peak gendut
 Isotermal suhu 150 oC  lebih
cepat tetapi dihasilkan peak
yang numpuk
 Penggunaan temperatur
terprogram  dihasilkan
pemisahan yang baik
31
INTERFACE GC-MS
 Pengaliran efluen dari GC ke MS
 Analit tidak boleh terkondensasi di
dalam interface
 Analit tidak boleh terdekomposisi
sebelum memasuki MS
 Pemasukan gas ke dalam ion source
harus dalam rentang kapasitas pompa
MS

Kolom dapat disisipkan secara langsung ke dalam ruang ionisasi MS


Umumnya dipanaskan >10oC diatas temperature akhir pemrogaman
temperatur oven dan lebih rendah temperature sumber ionisasi
TEORI DASAR DAN
afi
Krom at
Gas
o gr
INSTRUMENTASI
• Spektrometri Massa

33
SPEKTROMETRI MASSA
 Teknik Analisis instrumental untuk
penentuan massa atom/massa molekul,
komposisi dan elusidasi struktur
molekul
 Spektrometer massa : didasarkan atas
perhitungan massa dari molekul
tersebut serta pola fragmentasinya
 Molekul atau atom memiliki massa Instrumen Spektrometer massa terdiri dari:
• Ion Source  untuk menghasilkan ion-ion
yang unik  Molekul atau atom dapat • Mass Analyzer  untuk sortir ion dan
diidentifikasi berdasarkan massa pengukuran kelimpahan relatif
molekul atau massa atomnya • Detector  Untuk mendeteksi ion-ion
SPEKTROMETRI MASSA

Massa Atom Cl =
34.9688 amu untuk 35
Cl
36.9659 amu untul 37
Cl

Satuan massa atom = amu (atomic mass unit) = Da (Dalton)


1 amu = 1 Da; 1 kDa = 1000 Da
1 amu = 1.66056*10-27 kg.
massa proton = 1.67265x10-27 kg, 35
massa netron = 1.67495x10-27 kg.
PRINSIP SPEKTROMETRI MASSA
Pada GC-MS: Komponen sampel setelah keluar dari kolom
melalui interface  dibombardir dengan elektron
berenergi tinggi yang menyebabkan lepasnya satu elektron
dari kulit valensi molekul tersebut.
e–
e– e– + + 2e-
Energi tinggi

e– e–
M+.
Molekul yang kehilangan satu elektron akan menjadi suatu kation radikal

(M) + e-  (M+.) + 2e-

36
PRINSIP SPEKTROMETRI MASSA
 Kation radikal mengandung semua atom-atom dari
molekul asal, minus satu elektron, dan disebut ion
molekul/molecular ion, dan dinyatakan dengan M+.
 Tanda titik pada Molecular ion menunjukkan
elektron yang tidak berpasangan (terbentuk karena
lepasnya satu elektron dari suatu pasangan
elektron) Radikal : spesi tidak bermuatan (netral) dan
mengandung electron tidak berpasangan
 Sebagai akibat dari tabrakan dengan elektron
berenergi tinggi, ion molekul akan mempunyai
energi yang tinggi, bersifat tidak stabil sehingga
dapat pecah menjadi fragmen yang lebih kecil
(kation, radikal atau molekul netral).
37
FRAGMENTASI MOLEKUL
 Selain fragmentasi, molekul
dapat mengalami penataan
IONISATION
ulang (rearrangement) yang
MOLECULAR ION selanjutnya menjadi fragmen-
FRAGMENTION
fragmen lebih kecil
 Hanya molekul bermuatan ( )
yang terdeteksi dalam MS

RE-ARRANGEMENT FRAGMENTION

38
GC-MS
 Ion source:
 Electron Ionization
 Mass Analyzer:
 Quadrupole

Metode ionisasi pada GC-MS


Electron Ionization (EI)
Chemical Ionization (CI)
PCI (Positive Chemical Ionization)
NCI (Negative Chemical Ionization) 39
ELECTRON IONIZATION (EI)
 EI disebut juga electron impact
 Teknik ionisasi yang banyak digunakan
untuk senyawa organik
 Banyak dipakai pada GC-MS
 Emisi elektron dari filament yang
dipanaskan
 Akselerasi menggunakan tegangan (5-100
V) untuk mencapai energi yang diperlukan
 Molekul sampel fase gas ditembak dengan
electron berenergi tinggi (M + e-  M+ + 2e- )
 Energi (±70 eV)  menyebkan ionisasi dan
fragmentasi
ELECTRON IMPACT (EI)

 Pola fragmentasi dapat diprediksi


 Dapat digunakan sebagai data base (library)
 Ionisasi sangat efisien tetapi tidak selektif
 Keunggulan:
 Relatif murah, reprodusibel dan “tanpa gangguan”
 Fragmentasi memberikan informasi struktur
 Tersedia data base (Library) yang “lengkap”
 Dapat digunakan untuk sampel non polar
 Kelemahan utama:
 Puncak ion molekul umumnya kecil bahkan tak tampak
 Sampel harus mudah menguap dan Termostabil
 Terbatas untuk sampel Bobot molekul kecil (<1000 Da)
 Tidak dapat digunakan untuk LC
PROSES ELECTRON IONIZATION
COMMON FRAGMENTATIONS

 Alkanes lose CH3(-15), ethylene (-28)


 Aromatics form tropylium ion series [C7H7]+
 Aldehydes and ketones lose a side chain or eliminate ethylene (-28)
 Esters, Acids, Amides cleave at carbonyl
 Alcohols lose H (-1), OH(-17), side chain
 Halides lose halogen atom
CHEMICAL IONIZATION (CI)
 Contoh reagen yang umum digunakan
 CH4, isobutane, atau NH3
 Analit terionisasi melalui reaksi kimia:
 Teknik ionisasi melalui interaksi antara molekul  Pembentukan ion primer:
dengan ion dari reagen (gas)
 CH4 + e-  CH4+ + 2e-
 Proses ionisasi melibatkan transfer electron, proton
atau gugus bermuatan atara reaktan  Ion reagen sekunder:
 CI memiliki energi lebih lemah dibandingkan EI. Ion  CH4 + CH4+  CH5+ + CH3
yang dihasilkan dapat berupa molekul terprotonasi
[M+H]+.  CH4 + CH3+  C2H5+ + H2
 Ion-ion ini umumnya lebih stabil, tidak banyak  Pembentukan ion:
mengalami fragmentasi seperti pada EI.  M + CH5+  CH4 + [M + H] +
 AH + CH3+  CH4 + A+
 M + CH5+  [M+ CH5] +
 A + CH4+  CH4 + A+
PCI VS NCI
 Positive Chemical Ionization
 Digunakan untuk sampel yang dapat membentuk ion KEUNGGULAN CI
positif • Menghasilkan ion molekul
• Dapat digunakan sebagai interface GC
 CH4 + e-  CH4+ + 2e-
• Dapat digunakan untuk sampel tak larut
 M + CH5+  CH4 + [M + H]+
 Negative Chemical Ionization
 Digunakan untuk analit yang dapat membentuk ion • KELEMAHAN CI
negatif yang stabil • Tidak ada data base (library) fragmen
 CH4 + e-  CH4- • Hanya sesuai untuk sampel mudah menguap
 M + CH4-  CH4 + [M + H]-
• Kurang sesuai untuk analit termolabil
• Agak sulit untuk tujuan kuantitatif
 Contoh pada analisis pestisida • Perlu operator khusus
 Mode NCI sangat sensitif
45
MASSA ANALYZER - QUADRUPOLE
• Salah satu mass analyzer paling
sederhana dan sangat efektif.
• Menggunakan empat batangan logam
paralel
· Mekanisme kerja:
· Ion-ion dipisahkan sesuai
perbandingan massa dengan muatan
(m/z) selama melalui sumbu pusat
Quadrupole
· Pemisahan ion-ion dilakukan dengan 46
pemberian voltage terkontrol
MASSA ANALYZER - QUADRUPOLE
 Digunakan kombinasi potential AC/DC
yang diberikan kepada batangan logam. • Keunggulan:
Melalui DC, ion tertarik ke satu pasang • Reprodusibel
batangan dan ditolak oleh yang lain. • Relatif murah
 DC berfungsi untuk stabilisasi ion-ion • Kelemahan
molekul berat sedangkan AC untuk • Resolusi rendah
menstabilisasi ion ringan pada arah yang • Terjadi diskriminasi massa
lain. (harus dilakukan tuning
Respons tinggi puncak vs
massa)
• Kecepatan scanning terbatas
AC dan DC

47
GC-MS VS GC-MS/MS
 GC-MS/MS lebih spesifik
dan sensitif karena
melibatkan 2 seri quadupole
 Dapat dilakukan mode
multiple reaction
monitoring

48
SISTEM VAKUM

• Proses MS harus dilakukan pada teknan yang sangat rendah (~10-8 atm)
• Spektrometer massa dioperasikan dalam keadaan vakum agar
• ion-ion dapat bergerak bebas tanpa bertumbukan dengan molekul udara
• Mengurangi reaksi inter-molekuler
• Mengurangi interferensi “background” 49
DETEKTOR GC-MS

Setelah proses pemisahan ion


di mass analyzer  ion
terdeteksi oleh detektor dan
ditransformasikan dalam
bentuk signal

50
DATA GC-MS
 Operasional Quadrupole GC-MS dapat dilakukan dalam dua macam mode
“scanning” dan “Selected Ion Recording”
 Mode scan:
 Quadrupole diatur sedemikian rupa dengan menentukan nilai rentang sehingga ion-ion
dengan nilai m/z lebih rendah secara berurutan melalui Mass Analyzer dan dilakukan
scanning ion-ion yang keluar dari quadrupole
 Scanning memerlukan waktu tertentu (kecepatan scanning umumnya 5-20 Hz)
 Ion melimpah dalam setiap spektrum dijumlah dan kemudian digambarkan sebagai fungsi
dari waktu untuk mendapatkan Total Ion Chromatogram atau TIC.
 Mode scan digunakan untuk identifikasi dan analisis kualitatif/kuantitatif komponen kimia

51
DATA GC-MS
 Mode Selected Ion Monitoring (SIM) =
Selected ion recording (SIR)
 Umum digunakan pada GC-MS single quaduprole
 Dengan pengaturan quadrupole pada tegangan
tertentu, dapat dipilih hanya massa tertentu yang
melewati Mass analyzer
 Seleksi terhadap harga m/z tunggal dan memonitor yang
melewati detektor.
 Sangat cepat karena tidak semua nilai m/z
dianalisis
 Memiliki batas deteksi yang lebih rendah
52
 Sangat sensitif dibanding mode scan
CONTOH SPEKTRA MASSA
 Sebagian besar kation yang
dihasilkan dalam spektrometer massa
mempunyai muatan = 1 (z = 1),
sehingga m/z secara langsung
menunjukkan massa dari kation
tersebut

Base peak = peak yang paling tinggi

Ion molekul = molecular ion = parent peak

53
CONTOH SPEKTRA MASSA

Fragment Ions
TUNING SPEKTROMETER MASSA
 Tahapan untuk menentukan
apakah analit akan
terionisasi dalam
spectrometer massa.
 Untuk mendapatkan kondisi
optimum ionisasi dan
sensitivitasnya.

55
INTERPRETASI DATA SPECTRA MASSA
 Interpretasi apabila dikaitkan dengan hasil
Spektra Massa Metanol
scan data yang diperoleh dari Ei GC/MS 
berarti elusidasi struktur analit yang
didasarkan atas puncak-puncak yang muncul
dalam spektras massa
 Tujuan interpretasi umumnya untuk
identifikasi senyawa analit tunggal
 Bobot molekul ditunjukkan oleh M+.
 Puncak-puncak lainnya menunjukkan
fragmen-fragmen yang merupakan bagian
molekul dalam struktur.
 Agar diperoleh hasil yang akurat maka perlu
digunakan sampel mengandung analit murni
56
Spektra Massa Metanol
Spektrum Metanol:
m/z 32  puncak ion molekul
Fragmen-fragmen: puncak pada m/z 31, 29 dan 15
•Peak pada m/e 31
• menunjukkan ion H2C = OH+
• terbentuk karena lepasnya satu hidrogen dari ion molekul
• Peak pada m/e 29 menunjukkan ion
HC  O+  terbentuk karena lepasnya 2
atom hidrogen dari ion H2C = OH+

Peak pada m/e 15 menunjukkan ion


H3C+  terbentuk melalui
pemecahan ikatan C  O dalam
ion molekul
INTERPRETASI DATA SPECTRA MASSA

58
ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
 Strategi untuk Identifikasi dengan GC-MS
 Menggunakan baku pembanding
 Penggunaan data library
 Interpretasi spectra massa

 Kombinasi beberapa pendekatan


 Retention Indices (RI) dikaitkan dengan spectra MS Spektrum MS merupakan ”fingerprint”
dan penggunaaan 2 macam kolom (polar dan non dari suatu senyawa
Dapat digunakan untuk identifikasi
polar)
senyawa
Instrumen GC-MS dilengkapi library 
spektrum massa dari sampel dapat
dibandingkan dengan spektrum massa
pustaka.
59
MASS SPECTRA LIBRARY
 Data base for general compounds
 NIST
 Wiley

 Data base for special Application Field


 FFNSC Library (Flavor and Fragrance with retention indices)
 Pflegar/Maurer/Weber Database (Drugs and metabolites)
 Pesticides database

 Personal Database
INDEKS RETENSI KOVATS
 Kovats index, retention index; retention indices
(plural)
 Digunakan untuk meng-konversi waktu retensi ke dalam
konstanta sistem
 Ervin Kovats: Ahli kimia Hungaria kelahiran Swiss, yang
mengemukan konsep indeks retensi dari hasil penelitian
komposisi minyak lemak (1950an)
 Indeks retensi suatu senyawa adalah waktu retensi
senyawa tersebut yang dinormalisasikan ke dalam waktu
retensi dari n-alkana yang terlusi di sebelahnya
 Indeks retensi bersifat independen (tidak tergantung)
parameter seperti panjang kolom, ketebalan fase diam,
diameter internal, kecepatan gas pembawa, dan void time
61
 Jika harga log waktu retensi terkoreksi
(waktu retensi neto) atau RRT (waktu retensi
relatif) di-plot-kan dengan jumlah atom
karbon, pada kondisi isothermal maka akan
ternetuk kurva linier
 Harga log waktu retensi terkoreksi (waktu
retensi neto) atau RRT (waktu retensi relatif)
dari senyawa yang tidak diketahui dapat
dihitung berapa jumlah atom karbon dari
analit
 Secara umum, retention index adalah 100
kali jumlah atom karbon.
62
LINEAR RETENTION INDEX
 Puncak-puncak molekul alkane
muncul pada interval yang genap pada
kondisi temperatur terprogram 
disebut LRI (Linear Retention Index)
 Keuntungan LRI dibandingkan RI
adalah perhtungan lebih sederhana
karena tidak melibatkan harga log dan
tidak memperhitungkan hold-up time
(dead time). Dalam perhitungan
digunakan Waktu retensi absolut
(waktu retensi bruto) dapat digunakan

Penggunaan LRI dapat meningkatkan akurasi pada library search 63


ANALISIS KUANTITATIF DENGAN GC-MS
 Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan data yang
diperoleh data spektra dari mode scan atau SIM
 Pada mode Scan perlu dipilih lebih dahulu Quantitation ion atau disingkat
Quant ion.
 Quant ion
 Ion yang karakteristik untuk analit dan memiliki kelimpahan yang besar
 Umumnya berupa base peak pada spektra massa dengan syarat tidak memiliki m/z
sama dengan ion lainnya
 Peak area quant ion digunakan sebagai dasar analisis kuantitatif

64
ANALISIS KUANTITATIF DENGAN GC-MS
 Keunggulan GC-MS dibanding GC untuk analisis kuantitatif
 Pada GC-MS, keberhasilan pemisahan pada kromatografi bukan factor kritis karena
quant ion untuk identifikasi dan kuantitasi dapat dipilih berdasarkan massanya.
 Pada GC, analisis didasarkan hanya pada waktu retensi, sedangkan pada GC-MS
selain waktu retensi, dapat dilakukan berdasarkan m/z dan kelimpahannya.
 Konfirmasi identitas analit target dapat dilakukan melalui software instrument (data
search of spectrum)

65
PEMILIHAN QUANT ION
 Quant ion adalah ion yang karakteristik
 Pada EI, spektrum analit umumnya dapat ditemukan di library Mass
Spectral Data. Spektrum dapat digunakan untuk memilih quant ion.
 Quant ion harus spesifik untuk ion target, matriks tidak menghasilkan ion
yang isobar (massa sama)
 Quant ion memiliki arus dan m/z yang besar

66
TEKNIK KUANTITATIF
 Analisis kuantitatif dengan GC-MS dapat dilakukan dengan teknik:
 Standar internal

 Adisi Standar

67
METODE STANDAR EKSTERNAL
 Injeksi seri baku (5-6 level
konsentrasi, duplo)
 Hitung respons factor RF = area
baku/concentrasi baku, dan rata-
rata RF
 Dapat dilakukan melalui
software instrumen

68
METODE STANDAR INTERNAL
 Untuk tujuan an kuantitatif
dengan akurasi yang tinggi
 Dapat mengelminasi kesalahan
pada saat preparasi sampel
 Kurva kalibrasi 5-6 level
konsentrasi, injeksi duplo
 Dilakukan dalam matriks sampel
 Standar internal ditambahkan
dalam volume yang sama

69
METODE STANDAR INTERNA
 Syarat Standar Internal

70
METODE ADISI STANDAR
 Digunakan untuk sampel dengan
preparasi sampel tertentu seperti
Headspace sampling dan SPME atau
 jika terjadi interferensi atau interaksi
analit dengan matriks sampel/komponen
lainnya
 Standar diadisikan ke dalam matriks
sampel atau sampel dalam volume sama
 Perhitungan berdasarkan ekstrapolasi
kurva kalibrasi

71
PENGEMBANGAN MEODE ANALISIS SENYAWA DENGAN GC-MS
 Sebelum melakukan analisis, kenali sifat fisikokimia analit dan matriks sampel
 Lakukan studi pustaka terhadap metode dan kondisi analisis yang pernah dipublikasikan
 Pemilihan kondisi GC
 Jenis dan kecepatan alir gas pembawa
 Pemilihan kolom GC
 Pemilihan temperatur oven
 Optimasi preparasi sampel
 Pemilihan mode ionisasi
 Variasi energi ionisasi
 Penggunaan Experimental design dan analisis mulivariate

72
METHOD ADJUSTMENT GC-MS (CH. 621 USP 41)
 Parameter
Chapter 621 USP 42 Persyaratan
Panjang kolom ± 70%
Diameter internal 50%
Ketebalan fase diam -50% sampai 100%
Kecepatan alir gas pembawa ± 50% (isothermal)
+50% sampai -25% (jika dalam monografi disebutkan
kec. Linier)
Volum injeksi dan split Dapat disesuaikan sampai didapat hasil memenuhi

Suhu oven ± 10% (isothermal)


Sampai 20% (temp terprogram)

Ukuran partikel Dapat diturunkan selama SST dan ratio ukuran


73
partikel terpenuhi
TERIMA KASIH

GC-MS

74

Anda mungkin juga menyukai