Penyakit Jantung
Koroner
Tutor 15
PENYAKIT JANTUNG KORONER
– Penyakit jantung koroner merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh suplai
darah dan oksigen ke miokardium yang tidak adekuat, ini terjadi karena
ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai darah.
– Penyebab utaman PJK adalah sumbatan plak aterom pada arteri koroner
sehingga disebut juga penyakit jantung iskemik.
Faktor Resiko
– Dapat dimodifikasi
– Tidak dapat dimodifikasi
Faktor Resiko Tidak Dapat Dimodifikasi
– Diabetes Melitus
– Dislipidemia
– Stres
– Perokok pasif
Faktor Resiko Dapat Dimodifikasi
– Faktor resiko PJK: Radikal bebas.
– Radikal bebas adalah ion molekul tanpa pasangan yang mengikat molekul lain yang
mengakibatkan molekul/zat tadi menjadi rusak atau berubah sifat.
– Misalnya sel-sel pembuluh darah menjadi cepat mati atau pembuluh darah jadi
menyempit.
– Sel-sel yang berubah sifat contohnya adalah sel-sel kanker.
Sumber radikal bebas antara lain :
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Polusi kimiawi/ lingkungan (misalnya semprotan nyamuk, inteksida, cat)
4. Polusi elektromagnetik (misalnya dari handphone, layar tv, layar monitor)
5. Polusi dari tubuh sendiri (misalnya penyakit kronis seperti diabetes)
Patofisiologi Coroner Heart Disease
(CHD)
– Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara aliran darah arteri koroner dengan
kebutuhan otot jantung (miokardium). PJK turut dipengaruhi oleh
kepekaan miokardium terhadap keadaan iskemi.
Gambar 1. Diagram Skematik Dinding Arteri
Gambar 2. Aktivasi Endotel dan Otot Polos oleh Inflamasi
Gambar 3. Disfungsi Endotel Sebagai Kejadian Primer Pembentukan Plak
Diagnosis
Risiko Tinggi Penyakit Jantung Koroner Asimtomatik
1. Anamnesis : Terdapat salah satu risiko mayor; diabetes, hipertensi, dislipidemia,
menopause, perokok, pria usia >40 tahun, dan factor keturunan PJK.
2. Pemeriksaan Fisik : Biasanya dalam batas normal kecuali disertai komplikasi dan
atau komorbid.
3. Kriteria Diagnosis :
– Memenuhi kriteria anamnesis
– Resiko tinggi lebih dari 10% mortalitas dalam 10 tahun menurut skor risiko
Framingham
4. Diagnosis Kerja : Equivalent CAD atau Penyakit Jantung Koroner Asimptomatik
Framingham Risk Score
Angina Pectoris
1. Anamnesis :
– Nyeri dada Substernal saat aktifitas, nyeri dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, dan ulu hati,
berlangsung cepat (kurang dari 20 menit) biasanya hanya 5 menit.
– Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol, darah tinggi, dan keturunan
2. Pemeriksaan Fisik : Umumnya dalam batas normal, kecuali ada komplikasi dan atau komorbiditi.
3. Kriteria Diagnosis :
– Memenuhi kriteria anamnesis
– Pada Angina Pectoris Stabil,
– EKG : terjadi iskemia/ dapat normal saja
– Cardiac Echo : disfungsi Endotel
– Treadmill Test : Gambaran EKG berubah seiring bertambahnya kecepatan-tampak ischemia (Depresi ST
Segmen)
– CT Scan : tampak kalsifikasi arteri koroner
– Gold Standar : Pemeriksaan Angiograf
Sindrom Koroner Akut Tanpa Elevasi ST Segmen
Unstable Angina Pectoris (NSTEMI)
1. Anamnesis :
- Nyeri dada substernal, dan dapat disertai penjalaran kelengan kiri, punggung, rahang dan ulu
hati
- Nyeri dapat dirasakan saat tidak beraktifitas/at rest angina (unstable angina)
- Lama lebih dari 20 menit
- Keringat dingin (Diaphoresis)
- New onset angina (< 2 bulan) dan nyerinya terus bertambah parah seiring waktu
- Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol, darah tinggi, keturunan
2. Pemeriksaan Fisik : Umumnya dalam batas normal, kecuali ada komplikasi atau komorbiditi
Sindrom Koroner Akut Tanpa Elevasi ST Segmen
Unstable Angina Pectoris (NSTEMI)
3. Kriteria Diagnosis :
– Memenuhi kriteria anamnesis
– Pemeriksaan EKG:
a. Tidak ada elevasi segmen ST
b.Ada perubahan segmen ST atau gelombang
– Terdapat peningkatan abnormal enzim CKMB dan/atau Troponin.
4. Diagnosis Kerja : Sindrom Koroner Akut ( SKA) tanpa elevasi
segmen ST (NSTEMI).
Sindrom Koroner Akut Dengan
Elevasi ST Segmen (STEMI)
1. Anamnesis :
- Nyeri dada: Substernal, Lama > 20 menit, Disertai keringat dingin,
Dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, ulu hati
- Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol,
darah tinggi, keturunan
– Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan foto thoraks
Pengobatan Pertama
– Yang di maksud dengan terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien
dengan diagnosis kemungkinan CHD atau CHD atas dasar keluhan angina di
ruang gawat darurat.
2. Oksigen
Pada STEMI, oksigen diindikasikan pada pasien dengan hipoksemia (Sa02 < 90% atau
PaO2 < 60 mmHg). Oksigen rutin tidak direkomendasikan pasien dengan Sp02 ≥ 90%.
3. Aspirin
Aspirin 160 – 320 mg diberikan segera kepada semua pasien yang tidak diketahui
intoleransinya terhadap aspirin. Aspirin tidak bersalut lebih terpilih mengingat absorbs
sublingual yang lebih cepat.
4. Clopidogrel
Dosis awal 300 mg di lanjutin dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari.
Pengobatan Pertama
5. Nitrat
Nitrogliserin (NTG) sublingual tablet dengan dosis 0,3 – 0,6
mg atau bila NTG tidak tersedia dapat digunakan ISBN
sublingual dengan dosis 2,5-15 mg (onset 5 menit).
6. Morfin
Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30
menit, bagi pasien yang responsive dengan terapi tiga dosis
NTG sublingual.
Farmakologi
Anti-iskemi : Nitrat, Calcium Channel Blocker, β-adrenergic Blocking
Agents (β bloker )
Farmakologi
2. Antitrombotik
• Obat Penghambat Siklo-oksigenase (COX): Aspirin
• Antagonis Reseptor Adenosin Diphospat: Klopidogrel
3. Antikoagulan
• Unfactionated Heparin (UFH)
• Heparin dengan berat molekul rendah (LMWH)
• Antikoagulan Oral
4. Trombolitik/Fibrinolitik
5. ACE Inhibitor
6. Antihiperlipidemia : Dihambatnya sintesis kolesterol di hati menurunkan kadar LDL
dan kolesterol total serta meningkatkan HDL plasma.
Non-Farmakologi
– Tindakan revaskularisasi
– Rehabilitasi medik
– Modifikasi faktor risiko
a. Merubah gaya hidup, misalnya berhenti merokok.
b. Olahraga, dapat meningkatkan kadar HDL dan memperbaiki coroner pada penderita jantung koroner,
karena:
– Metode : Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner dan wawancara mendalam. Data dianalisis dengan univariat,
bivariat dengan uji chi-square pada alpha 5% dan multivariat dengan regresi logistik.
– Hasil : Dari hasil penelitian faktor yang mempengaruhi kualitas rujuk balik,
diantaranya jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, akses, ketepatan diagnosa,
pemberian terapi awal dan waktu sampai tujuan terhadap kualitas rujuk balik yang
meliputi jawaban rujukan, biaya, kenyamanan, koordinasi RS.
Pencegahan PJK
– Dengan menerapkan pola hidup sehat
– Berhenti merokok
– Menghindari stress
– Menghindari hipertensi
– Menghindari Obesitas
– Melakukan oahraga secara teratur
Pencegahan PJK
Prognosis PJK
Prognosis dari sindroma koroner akut, terutama grup NSTEMI dan angina tidak
stabil, bervariasi karena pasiennya juga heterogen. Untuk menilai prognosisnya
maka yang harus dilakukan adalah stratifikasi risiko. Stratifikasi risiko dapat
dilakukan dengan sistem skoring.
Prognosis PJK
– TIMI (Trombolysis in Myocardial Infarction)
– Skoring menggunakan sistem skoring TIMI adalah sebagai berikut:
– Risiko rendah (0-2 poin)
– Risiko sedang (3-5 poin)
– Risiko tinggi (5-7 poin)
– Penilaian skor TIMI adalah sebagai berikut:
– Usia 65 tahun atau lebih (1 poin)
– 3 atau lebih faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular (1 poin)\
– Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir (1 poin)
– Riwayat stenosis koroner lebih dari 50% (1 poin)
– Lebih dari 1 kali episode angina pada saat istirahat dalam waktu kurang dari 24 jam (1 poin)
– Deviasi segmen ST (1 poin)
– Peningkatan enzim jantung (1 poin)