Anda di halaman 1dari 2

(Yostila D, Armen A)Pemberian terapi kombinasi pirimetamin, klindamisin, steroid dan

obat anti retroviral pada pasien ini memperbaiki kondisi klinis. Pirimetamin merupakan obat
yang spesifik untuk toxoplasma stadium takizoit dan dapat menembus parenkim otak.
Pirimetamin memiliki efek sinergis jika dikombinasikan dengan klindamisin dan sulfadiazine.
Kombinasi ini direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk toksoplasmosis cerebri pada
pasien HIV.

(Aryani, I Gusti Ayu Dwi)Terapi toksoplasmosis kongenital dapat dilakukan pada


periode pre-natal dan postnatal. Terapi pre-natal bertujuan untuk mencegah transmisi infeksi
maternal ke fetus, sedangkan tujuan terapi post-natal adalah untuk mengobati infeksi pada bayi
yang positif terdiagnosis toksoplasmosis kongenital. Terapi post-natal berfungsi untuk
mengurangi risiko retinokoroiditis. Penelitian-penelitian terkait terapi toksoplasmosis kongenital
masih jarang dilakukan. Pada sebuah studi kohort oleh Phan, dkk. tahun 2008, tidak
mendapatkan perbedaan signifikan risiko retinokoroiditis hingga usia 3 tahun pada anak yang
diterapi post-natal dengan anak yang diterapi postnatal dan pre-natal. Pirimetamin dan
sulfadiazin oral untuk toksoplasmosis kongenital digunakan selama 1 tahun; dosis pirimetamin
oral yang dianjurkan adalah 0,5 – 1 mg/kgBB, sedangkan dosis sulfadiazin adalah 100 mg/kgBB.

(Wahyuni, S).Kombinasi pirimetamin, (dosis dewasa 25‐100 mg/hari x 3‐4minggu),


sulfadiazin (dosis dewasa 1‐1.5 g qid x 3‐4 minggu) dan folinic acid (leucovorin 10‐25 mg untuk
setiap pemberian pirimetamin, untuk menghindari supresi sumsum tulang) merupakan protokol
penanganan dasar. Pada sebagian kasus, direkomendasikan obat‐obat lain seperti spiramisin
(dosis dewasa 3‐4 g/ hari x 3‐4 minggu) dan kadang‐ kadang klindamisin. Oleh karena
keprihatian mengenai teratogenitas, penanganan dengan pirimetamin dan sulfadiazin    untuk
pencegahan infeksi fetal dikontraindikasikan selama trimester pertama kehamilan, kecuali
kesehatan ibu sangat terancam. Walau demikian, selama trimester pertama sullfadiazin dapat
digunakan sendiri.penanganan antitoxoplasma harus diteruskan selama kehamilan dan sekurang‐
kurangnya dilakukan ultrasound bulanan jika pemeriksaan pertama tidak menunjukan adanya
abnormalitas. Adanya hidrosefalus telah digunakan sebagai indikasi terminasi kehamilan.

(Wahyuni, S)Pirimetamin dan sulfadiazin, yang umumnya digunakan untuk menangani


bayi dengan toksoplasmosis kongenital, telah terbukti meningkatkan hasil perbaikan pada bayi
yang ditangani dengan obat‐obat tersebut dibandingkan dengan bayi yang tidak ditangani dari
studi terdahulu. Terapi obat biasanya diteruskan selama satu tahun. Toxoplasma pada mata yang
aktif dan rekuren juga sering berespon terhadap obat‐obat antiparasit, yang dapat diberikan
bersama dengan steroid.

(Hiswani)Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek
sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang
dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti
menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari
selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang
seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan
terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis. (Halimatunisa et al)Penanganan
pengobatan penyakit ini membutuhkan waktu yang lama. Terapi tergantung pada kategori infeksi
serta respon terapeutik individu. Kombinasi pirimetamin dengan sulfadiazin adalah obat pilihan
untuk toksoplasmosis.

Anda mungkin juga menyukai