Anda di halaman 1dari 12

REGIMEN OBAT UNTUK PENYAKIT HUBUNGAN SEKSUAL

PHS Bakterial
INFEKSI KLAMIDIA. Infeksi klamidia merupakan PHS yang paling sering terjadi. Penyakit ini
ditemukan pada 10% dari pria asimtomatik, 8-9% wanita asimtomatik yang mengunjungi klinik keluarga
berencana atau klinik universitas dan dapat sampai mencapai 30% dari wanita di kota yang mengunjungi
klinik kesehatan umum. Sampai tahun 1976 klamidia belum berhasil diisolasi dari saluran reproduksi
bagian atas pada wanita. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan prevalensinya dan hubungannya
dengan konjungtivitas dan pneumonia neonatal, penyakit peradangan pelvis, perihepatitis, proktitis,
epididimitis dan infertilitas.
The Center for Disease Control merekomendasikan pengobatan uretritis atau servisitis dengan
doksisiklin 100 mg oral dua kali sehari selama 7 hari, atau tetrasiklin 500 mg oral empat kali sehari
selama 7 hari. Alternatif lain adalah eritomisin basa, teritromisin etilsuknisat atau sulfisoksazol. LGV
memerlukan pengobatan selama 21 hari. Eritromisin basa 50 mg secara oral 4 kali sehari selama 7 hari
dipakai untuk pengobatan wanita yang sedang hamil. Regimen alternatif meliputi eritromisin etilsuksinat
selama 7 hari atau obat lain selama 14 hari. Pasangan seksual harus diobati dalam waktu 30 hari timbul
gejala.
GONORE. N. gonorrhoeae, suatu diplokokus gram negatif intrasel adalah penyebab gonore, PHS
paling banyak kedua. Gonore disebarkan melalui kontak
Prevalensinya terbesar pada orang muda diperkotaan. Sampai sebanyak 5% dari wanita yang
datang berkunjung ke klinik menderita gonore dan sampai 17% dari wanita tersebut mendapatkan
penyakit peradangan pelvis dengan sekuelnya seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.
Pria dan wanita dapat asimtomatik. Gejala-gejala primer mencakup nyeri atau rasa tidak enak,
mengeluarkan cairan dan disuria. Pria bisa hanya mendapat morning drip dan tidak mengeluarkan cairan
dari uretra sepanjang hari. Pada wanita dapat timbul dismenore, dispareunia atau perdarahan sesudah
koitus. Cairan dari serviks biasanya berwarna kuning kehijauan. Pada palpasi bisa menunjukkan adanya
nyeri. Komplikasi yang jarang adalah infeksi faring, anorektum, ,konjungtiva, septikimia, artritis,
meningitis, endokerditis dan kematian. Anak-anak sangat mudah tertular melalui kontak dengan eksudat
yang terinfeksi. Gonore pada anak kecil sering kali menunjukkan adanya penganiayaan seksual pada
anak. Karena pada bayi dapat terjadi konjungtivitis gonokokus neonatorum yang menyebabkan buta,
maka segera setelah lahir bayi diberi larutan perak nitrat 1%, salep mata eritromisin 0,5% atau salep mata
tetrasiklin 1%.

Pedoman pengobatan dari The Centres for Disease Control memasukkan konfirmasi patogen
melalui pembiakan. Pengobatannya adalah dengan sefrakson 250 mg IM sekali dan doksisiklin 100 mg
secara oral dua kali sehari selama 7 hari. Lidokain 1% dicampur dengan seftriakson dapat mengurangi
rasa sakit pada tempat suntikan. Regimen alternatif meliputi spektinomisin IM diikuti dengan doksisiklin;
siproflakasin; norfloksasin; cefuroksim asetil dengan probenesid; cefoktaksim dan seftizoksim. Semua ini
diikuti sampai 7 hari dengan doksisiklin. Jika patogennya telah dibuktikan tidak resisten terhadap
panisilin, dapat diberikan amoksilin dengan probenesid diikuti dengan doksisiklin. Tetrasiklin atau, untuk
wanita hamil yang tidak dapat memakai tetrasiklin, dipakai eritromisin basa, stearat atau etilsuksinat
dapat menjadi pengganti doksisilin.
Bayi harus diobati dengan dosis tunggal seftriakson 50 mg/kg IV atau jika diberikan IM dosis
dapat mencapai 125 mg. Anak-anak yang berat badannya kurang dari 45 kg harus diobati dengan
sefriakson 125 mg IM sekali atau spektinomisin 40 mg/kg IM sekali. Anak-anak di ats 8 tahun juga harus
mendapatkan doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
Komplikasi gonore seperti bakterimia, artritis atau maningitis memerlukan pengobatan yang lebih
lama dengan dosis yang lebih tinggi pada semua kelompok umur. Mula-mula pengobatan untuk infeksi
gonokokal yang menyebar adalah dengan seftriakson, seftizoksim, sefotaksim secara intravena atau jika
terbukti sensitif terhadap penisilin dapat diberikan ampisilin.
Pembiakan ulang harus dilakukan 4 sampai 7 hari setelah pengobatan selesai. Kecuali pada
pengobatan selesai. Kecuali pada pengobatan dengan seftriakson/doksisiklin, yang memerlukan skrining
ulang 1 sampai 2 bulan. Pasangan seksual dalam waktu 30 hari sebelum gejala timbul harus diobati
kecuali sudah terbukti negatif.
SIFILIS. Sifilis disebabkan oleh spirosaeta Treponema pallidium. Penyakit ini adlah PHS paling
banyak ketiga di Amerika Serikat dan terutama menyerang kelompok usia 20-24 tahun. Sifilis bisa
didapat melalui kontak tubuh yang dekat atau dapat ditularkan secara kongenital dari ibu kejanin melalui
plasenta. T. pallidum mengivasi tubuh melalui membran mukosa, biasanya genital atau abrasi pada kulit.
Dalam 24 jam kuman ini dapat menyebar ke seluruh tubuh. Mungkin bukti infeksi dapat tidak terlihat dari
10 sampai 60 hari.
Obat terpilihnya adalah penisilin. Satu-satunya pengobatan yang sudaha dibuktikan terhadap sifilis
pada SSP, sifilis kongenital dan sifilis sewaktu hamil. Pasangan sseksual dalam waktu 90 hari terakhir
harus diobati.

Sifilis yang belum satu tahun diobati dengan penisilin G benzatin, 7,2 juta IU dibagi dalam 3
dosis diberi setiap minggu sekali. Alternatif untuk klien yang tidak hamil adalah doksisiklin atau
tetrasiklin.
Neurosifilis (sifilis yang menyerang SSP) diobati dengan penisilin G kristalin aquerous 12-24 juta
IU, diberikan IV sebanyak 2-4 juta IU setiap 4 jam selama 10-4 hari. Alternatifnya meliputi penisilin
prokain dan probenesid.
Satu-satunya pengobatan yang direkomendasikan untuk wanita hamil adalah penisilin. Jika alergi,
penderita dimasukkan ke rumah sakit dan diobati dengan desensitisasi dengan pencegahan anafilaksis
pada tempat tidur. Jika anafilaksis timbul atasi keadaan ini dan pengobatan dengan penisilin dihentikan.
Bayi diobati dengan 10.000-150.000 IU/kg penisilin kristalin aqueous atau 50.000 IU/kg penisilin
prokain setiap hari selama 10-14 hari. Jika lebih dari 1 hari dosis tidak diberikan maka pengobatan harus
diulang dari mula lagi. Bayi yang ibunya diobati dengan eritromisin selama kehamilan diobati dengan
penisilin penzatin 50.000 IU/kg IM sebagai dosis tunggal.
CHANCROID. Haemophylus ducreyi menyebabkan chancre, suatu infeksi bakteri yang
menimbulkan tukak. Satu atau lebih tukak nekrosis yang nyeri pada tempat infeksi seringkali disertai
dengan peradangan yang nyeri dan supurasi limfe regional. Pada wanita, lesi vagina atau serviks bisa
terjadi atau infeksi lebih asimtomatik. Chancroid lebih sering dijumpai pada pria. Penyakit ini ditularkan
melalui kontak seksual langsung dengan eksudat yang terinfeksi. Seorang individu dapat melakukan
otoinokulasi (menularkan diri sendiri dengan tangan) ketempat-tempat yang bukan genital. Masa inkubasi
3-14 hari.
Pedoman pengobatan dari The Centres for Disease Control adalah dengan eritromisin basa 500 mg
per oral empat kali sehari selama 7 hari atau seftraikzon 250 mg IM sekali. Alternatif adalah dengan
Trimetroprim-sulfametoksasol, amoksilin ditambah asam klavulanik atau siprofloksasin. Pasangan
seksual penderita dalam waktu 10 hari sebelum awitan timbul harus diobati walaupun tidak ada gejala.
GRANULOME INGUINALE (DONOVANOSIS). Granuloma inguinale adalah suatu penyakit
progresif menahun pada kulit dan membran mukosa dari genital eksterna dan daerah anal serta inguinal.
Diduga disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis, suatu basilum gram negatif. Masa
inkubasinya antara 1 minggu sampai 3 bulan. Lesi mula-mula kecil berbentuk nodul, vesikel atau papula
kemudian menjadi suatu proses pembentukan tukak yang menyebar dengan lambat dan dicirikan dengan
tepinya yang menggulung serta adanya pembentukan jaringan fibrosa. Permukaan yang lembab dan

hangat disukai oleh organisme ini. Alat kelamin dapat rusak berat dan otoinokulasi pada bagian tubuh lain
juga dapat terjadi. Keadaan ini mungkin suatu prekanker.
Direkomendasikan untuk diobati dengan tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 3 minggu
atau lebih. Kotrimoksazol dan klorampenikol juga telah digunakan dengan efektif. Kontak seksual harus
diperiksa dan diobati jika penyakit timbul.
VAGINOSIS BAKTERI. Vaginosis bakteri (VB), sebelumnya disebut vaginitis nonspesifik,
dikaitkan dengan Gardnerella vaginalis, sebelumnya dikenal sebagai Haemophilus vaginalis dan terjadi
dari perubahan mikroflora di vagina. Mycoplasma hominis, Ureaplasma urelyticum dan dua anaerob,
Mobiluncus curtisii dan M. Mulieris, konsentrasinya meningkat pada cucian vagina wanita penderita
vaginosis bakteri, sama seperti bacteroides subspesies dan Peptostreptococcus sp. Laktobasilus pada
wanita penderita penyakit ini konsentrasinya menurun.
Terapi yang paling efektif adalah metronidazol 500 mg dua kali sehari selama 7 hari. Obat
ini merupaka kontraindikasi pada kehamilan trimester pertama dan keamanannya pada trimester lain dari
kehamilan tidak pasti; klimadisin dan amoksilin mungkin bisa menjadi alternatif. Tidak ada keuntungan
dari pengobatan pasangan pria yang melakukan hubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi.
URETRITIS NONSPESIFIK ATAU NONGONOKOKAL. C.trachomatis penyebab uretritis
nongonokokal (NGU) pada sekitar 50% kasus. Organisme penyebab lainnya adalah U. urealyticum, T.
vaginalis dan virus herpes simplek tiepe 2. Individu penderita NGU dan pasangan seksual mereka harus
diobati meskipun mereka mempunyai infeksi klamidian, karena banyak individu yangChlamydia-negatif
berespons terhadap regimen antibiotik.
INFEKSI ENTERIK YANG DITULARKAN SECARA SEKSUAL. Sindrom gastrointestinal
yang ditularkan secara seksual adalah proktitis, proktokolitis dan enteritis. Terkecuali infeksi gonokokus
pada rektum, penyakit-penyakit ini terjadi terutama pada pria homoseksual yang melakukan senggama
anal reseptif.
Proktitis, suatu peradangan pada jarak 10-12 cm dari rektum yang menimbulkan nyeri dan disertai
dengan keluarnya cairan (rabas), paling sering disebabkan oleh N. gonorohoea, C. trachomatis dan virus
herpes simpleks. Proktokolitis (proktitis dan diare dan/atau kram) sering kali diakibatkan oleh subspesies
Campylobacter, subpesies Shigella, amebiasis dan kadang-kadangT.pallidium atau C. trachomatis. Infeksi
sitomegalovirus dapat terjadi pada klien yang terinfeksi HIV.

Enteritis biasanya mengakibatkan diare, dan Giardia lamblia paling sering ikut terlibat. Pada klien
yang terinfeksi HIV, sitomegalovirus, Mycobacterium avium-intracellulare, suspesiesSalmonella,
Cryptosporidium, dan Isospora dapat terlibat. Pengobatan dasar pada penemuan oraganisme penyebab.
Untuk pengobatan empiris, pihak Centreres for Disease Control mengajukan seftriakson 250 mg per oral
dua kali sehari selama 7 hari.
INFEKSI SALURAN KEMIH. Infeksi saluran kemih (ISK) juga dianggap sebagai PHS karena
sebagiam wanita mengalami sistitis bulan madu yang rekuren karena gesekan pada saat hubungan
seksual membuat mikroorganisme enterik masuk ke dalam eretra wanita. Pengobatan diberikan
berdasarkan orhanisme penyebab dan yang paling sering adalah Escherichia coli. Membilas dan berkemih
terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan seksual dapat mengurangi insidens masalah ini. Sebagian
wanita mendapatkan manfaat dari pengobatan profilaksis dengan trimetroprim-sulfametoksazol atau
nitrofurantoin yang segera diminum setelah melakukan hubungan seksual.
PHS Protozoa, Jamur dan Ektoparasit
TRIKOMONIASIS. Trichomonas vaginalis adalah protozoa yang menyebabkan vaginalis lesi hemoragik
yang kecil-kecil dan diserta dengan keluarnya cairan yang banyak, kental, berbusa, kuning dengan bau
yang busuk. Penyakit ini sering kali asimtomatik. Pada pria, patogen dapat menetap dalam prostat, uretra
atau vesikula seminalis, tetapi jarang menimbulkan gejala-gejala, Prevalensi penyakit ini pada klinikklinik genikologi tertentu diketahui dapat mencapai 50%. Penyakit ini sering ditemukan pada wanita
brusia 16-35 tahun. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan cairan vagina dan ureta dari orang
yang terinfeksi. Masa inkubasi adalah 4-20 hari.
Pihak Centers for Disease control mengajukan regimen pengobatan berupa metronidazol 2 gr per
hari oral dengan dosis tunggal. Pilihan lain dapat diberikan 500 mg dua kali sehari selama 7 hari.
Metronidazol merupakan kontraindikasi pada kehamilan trimester pertama dan keamanannya pada usia
kehamilan sesudahnya masih belum dapat dipastikan. Pasangan seksual dari orang yang terinfeksi juga
harus diobati secara bersamaan.
CANDIDIASIS. Candida albicans, suatu jamur merupakan salah satu dari beberapa
spesiesCandida yang menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. Kandidiasis (moniliasis atau trush)
dapat menimbulkan lesi pada oral, vulvovagina, saluran gastrointestinal atau organ. Infeksi SSP mungkin
terjadi pada individu yang kekebalannya terganggu. Kandidiasis vagina ditandai dengan keluarnya cairan
kental seperti keju dan rasa gatal.

Infeksi menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh. Meskipun dapat ditularkan secara seksual
tetapi penyakit ini tidak merupakan PHS yang utama. Faktor-faktor predisposisinya adalah kelemahan
tubuh secara umum, diabetes melitus, terapi antibiotik atau steroid, hiperalemtasi parenteral, kemoterapi
kanker dan imunodefisiensi. Neonatus dapat terjangkit kandidiasis mulut sewaktu melalui jalan lahir.
Pengobatan pilihannya adalah mikonazol nitrat 200 mg intavagina pada waktu tidur selama 3 hari.
Pengobatan intravaginal yang lain adalah klotrimazol, butakonazol dan terakonazol. Neonatus dengan
kandidiasis mulut diobati dengan suspensi nistatin yang diapuskan di dalam mulut. Tidak ada manfaat
dalam mengobati kontak seksual kecuali mereka menunjukan gejala-gejala.
PEDIKULOSIS PUBIS. Kutu pubis, suatu infeksi ektoparasit, paling sering ditularkan melalui
kontak seksual. Elur menetas dalam waktu seminggu dan mencapai kematangan seksual dalam waktu 810 hari setelah menetas.
Dianjurkan untuk mengobati pasangan seksual secara bersamaan, dengan krim metril 1% yang
dikenakan pada daerah yang terkena dan dibilas 10 menit kemudian. Regiman yang lain adalah piretrin
dan piperonil butoksida yang dipakaikan selama 10 menit atau shampoo lindane 1% yang dipakai selama
4 menit. Lindane tidak dianjurkan pemakaiannya pada wanita hamil aau menyusui.
Pedikulosis pada bulu mata diobati dengan salep mata oklusif yang dioleskan pada tepi kelopak
mata 2 kali sehari selama 10 hari. Obat-obat tidak boleh dioleskan pada mata. Kain atau baju yang
trkontaminasi dalam waktu 2 hari belakangan harus dicuci dan dikeringkan dengan mesin pengering pana
atau dry cleaned.
SKABIES. Skabies, suatu parasit kulit yang disebabkan oleh suatu tugau, bermanifstasi sebagai
papul atau vesikel dan sangat gatal. Skabies dapat menimbulkan komlikasi dengan infeksi sekunder
bakteri streptokokus beta-hemolitikus. Semua pasangan seksual diobati dengan lindane 1%, 1 oz larutan
atau krim dioleskan setiap 8 jam. Wanita hamil atau menyusui diobati dengan krotamiton10%, dipakai di
seluruh tubuh dari leher kebawah selama 2 malam dan cuci sampai bersih 24 jam setelah pemakaian
kedua. Seperti pedikulosis pubis kai-kain dan pakaian yang dipakai dalam 2 hari terakhir dicuci dan
dikeringkan dengan mesin pengering panas atau dry cleaned.
PHS Virus
INFEKSI VIRUS HERPES SIMPLEK GENITAL. Herpes adalah suatu virus yang menyerang
daerah genital dan bukan genital. Virus herpes simplek tope I

(HVS-1) bertanggung jawab atas 90% lesi bukan genital, seperti cold sores. Paling sering dibawa oleh air
ludah tetapi dapat ditularkan oleh tangan. Virus herpes simplek tipe 2 (HVS-2) bertanggung jawab atas
90% lesi digenital. Kedua tipe dapat ditemukan baik pada lesi di mulut atau di genitorinaria.
Herpes genital tidak bisa sembuh, tetapi pengobatan dapat mencegah, mengurangi dan
memperpendek lama serangan. Acyclovir 200 mg per oral 5 kali sehari selama 7 hari sampai 10 hari
dipakai untuk infeksi primer. Dosisnya ditingkatkan dua kali lipat pada penderita proktitis. Penderita yang
berat bisa dirawat di rumah sakit dan diobati dengan acyclovir 200 mg per oral 5 kali sehari. Terapi
pencegahan baru dilakukan apa bila penderita tersebut mengalami serangan ulang lebuh dari 6 kali dala
setahun. Acyclovir 200 mg per oral 5 kali sehari atau 400 mg per oral 2 kali sehari merupakan dosis yang
dianjurkan untuk pencegahan.
Keamanan acyclovir untuk wanita hamil belum dipastikan. Jika wanita mendapat infeksi HVS
yang mengancam hidup, pengobatan ditunda sampai setelah lahir. Pasangan yang asimtomatik tidak
diobati.
KONDILOMA AKUMINATA. Human papilomavirus (HPV) menyebabkan kondiloma akuminata
(kutil genital), suatu penyakit yang manifestasinya berupa lesi yang bervariasi pada kulit dan membran
mukosa. Virus memasuki inti sel, memulai pembelahan sel dan penggandaan partikel virus, dan
menghasilkan partikel virus untuk menularkan virus. Biasanya masa inkubasinya adalah 1-3 bulan.
Penyakit akan timbul pada sekurangnya duapertiga dari seluruh individu yang terpajan.
Mula-mula kutil genital ini kecil, papul diskret, tetapi lama kelamaan akan tumbuh menjadi lesi yang
berupa kembang kol. Lokasi yang sering dalam meatus urinaris, vulva, vagina, serviks, anus, batang
penis, skrotum, labia mayora, daerah perianal dan kulit sekitarnya. Papilomata laringeal ditularkan ke
bayi saat melalui jalan lahir.
HPV dikaitkan dengan kanker anal atau serviks. Lesi dapat diobati dengan 10-25% tingtura podofilin
dalam benzoin kecuali pada wanita hamil. Dipakai asam trikloroasetat. Obat ini diberikan selama 1-4 jam
sejauh dapat ditoleransi, seminggu sekali sselama 4 minggu. Pengobatan alternatif adalah 5-fluorourasil
topikal, krioterapi, kauter panas, terapi laser atau operasi. Bedah sesarea merupakan indiksi jika lesi
ekstensif pada kehamilan tua. Pasangan seksual diobati jika penyakit timbul.
MUKOSKUM KONTAGIOSUM. Mukoskum kontagiosum adalah suatu penyakit virus yang menyerang
kulit sehingga menimbulkan papul sferik, keras, permukaan licin dan berwarna sepeerti daging, putih,
translusen atau kuning. Pada orang dewasa, lesi paling sering terlihat pada perut bagian bawah, pubis,
genitalia atau paha bagian dalam; lesi-lesi pada anak terutama terlihat pada wajah, badan dan ekstremitas.

Tanpa pengobatan penyakit akan menetap selama 6-24 bulan. Organisme penyebabnya adalah dari genus
Molluscipoxvirus. Pernyebarannya dapat secara seksual maupun nonseksual termasuk penularan melalui
pakaian. Masa inkubasinya adalah7-120 hari. Penyakit ini adalah salah satu dari banyak penyakit yang
terutama menyerang penderita AIDS. Pengobatan lesi dapat berupa kuret dengan anastesi lokal atau
pembekuan dengan nitrogen cair. Pasangan seksual juga diobati sesuai indikasi.
INFEKSI SITOMEGALOVIRUS. Infeksi dengan sitomegalovirus (CMV), suatu virus herpes,
biasanya tidak menimbulkan gejala pada orang dewasa meskipun virus ini bertanggung jawab terhadap
10% dari semua kasus mononukleosus pada populasi mahasiswa. Virus dapat menyebabkan
peneumonitis, retinitis dan hepatitis pada individu yang kekebalannya terganggu. CMV dapat sangat
berbahaya oada janin dan neonatus, sehingga menimbulkan retardasi mental, kehilangan pendengaran,
penyakit hati kronik dan kematian.
CMV ditularkan melalui kotak mukosa dengan jaringan dan cairan tubuh yang terinfeksi. CMV
dieksresikan ke dalam urine, air ludah, susu, lendir serviks dan semen. Bayi dapat terinfeksi di dalam
rahim, selama melalui serviks yang terinfeksi atau dengan laktasi. Masa inkubasi sepertinya 3-12 minggu.
Gansiklovir telah disetujui untuk pengobatan retinitis CMV pada orang-orang yang imunitasnya trganggu.
Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat diterima untuk infeksi maternal atau neonatus.
INFEKSI VIRUS HEPATITIS B. Virus hepatitis B (HBV) paling sering ditularkan melalui kontak
seksual. Individu yang mempunyai resiko adalah pria homoseksual, semua individu dengan pasengan
seksual ganda, dan pemakai penyalahgunaan obat-obat IV dan pasangan-pasangan seksual meraka. Viruvirus hepatitis yang lain dapat ditularkan secara seksual.
Pihak Centers of Disease Cintrol menganjurkan vaksinasi untuk semua orang yang mempunyai
banyak pasangan seksual dalam waktu 6 bulan terakhir anggota dari kelompok resiko seperti di atas,
individu yang diobati untuk PHS lain, tuna susila, neonatus dan pekerja di bidang kesehatan. Ada
beberapa rekombinsasi atau reparat yang dibuat dari plasma yang telah disetujui oleh FDA. Rangkaian
vaksinasi memerlukan satu kunjungan pertama dan 2 kunjungan tindak lanjut. Vaksinasi tidak boleh
diberikan pada bokong atau pada.
Individu harus diobati secara profilaksis jika mereka mengadakan kontak seksual dengan
seseorang yang mengidap HBV dalam waktu 14 hati atau kontak seksual dengan seorang karier HBV.
Pencegahannya adalah dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 0,06 ml/kg IM dalam dosis tunggal,
diikuti dengan rangkaian vaksinsi HBV.

INFEKSI HIV DAN AIDS. Virus human immunodeficiency (HIV) adalah suatu retrovirus.
Retrovirus manusia pertama, HTLV-1, diisolasi pada tahun 1978. yang lainnya adalah HTLV-2, HIV-1,
penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) yang telah dikenal dengan baik, dan HIV-2.
karena retrovirus dapat menembus inti dari sel penjamu, kemudian berintegrasi dengan DNA-nya dan
bereplikasi bersamaan dengan pembelahan sel, maka infeksi retrovirus berlangsung seumur hidup pada
orang yang terinfeksi. Sel-sel penjamu yang disukai oleh retrovirus adalah limfosit T manusia.
Efek samping yang sering terjadi adalah anemia, mual, muntah, sakit kepala, letih, insomnia,
agitasi, pruritis, serangan kejang, miositis, hepatitis dn reaksi distonik.
Obat ini telah disetujui untuk pengobatan bayi dan anak-anak, dan wanita hamil diobati jika
jumlah T4 mereka mulai menurun meskipun efek pada janin masih belum ditentukan.
Dideoksisitidin (ddC) dan dideoksiinosin (ddI0 aktif melawan HIV dan nampaknya kurang
menimbulkan supresi sumsum tulang dibandingkan dengan zidovulin. Dideoksisitidin dapat
menimbulkan neuropati perifer atau pankreatitis. Efek samping lainnya adalah ruam kulit, mukositis,
artralgia, insomnia, rasa kecap yang berubah, depresi SSP, konstipasi, stomatitis, alopesia, diare, sakit
kepala dan pusing. Efek sampingnya berkaitan dengan dosis dan nampaknya sebagian besar bersifat
reversibel. Uji klinik masih terus dilakukan untuk membandingkan efektivitas ddC dengan zidovulin dan
untuk mengevaluasi efektivitas terapi secara bergantian atau secara kombinasi. Diseoksiinosin
menimbulkan neuropati, pankreatitis, diare dan ensefalopati. Obat-obat ini memberikan harapan jika
diberikan bentuk kombinasi. Karena kemampuan virus untuk bermutasi, maka regimen pengobatan
mungkin sangat berbeda untuk masing-masing individu.
Pencegahan Setelah penganiyaan Seksual
Semua PHS dapat ditularkan sewaktu terjadi penganiyaan seksual. Delam waktu 24 jam sesudah kejadian
korban harus dievaluasi dalam hal berikut:
Pembiakan terhadap N. gonorrhoeae dan C. trachomatis. Biarkan diambil dari tempat kejadian atau dari
usah penetrai.
Tes Serogi untuk mencari kemungkinan adanya sifilis, HIV, dan HVB dan penyimpanan sampel serum
untuk pengujian selanjutnya.
Pemeriksaan sediaan dari vagian untuk mencari T. vaginalis dan bukti bukti adanya vaginosis.
Tes kehamilan.

Pemeriksaan lanjutan harus direncanakan setelah 14-21 hari untuk mengulang pemeriksaan
terhadap PHS nonvirus. kunjungan ketiga dianjurkan untuk dilakukan 8-12 minggu setelah kejadian untuk
mengulang uji srologis terhadap sifilis, HBV dan HIV.
pengobatan pencegahan yang efektif terhadap gonorehea, klamidia, dan sifilis diberikan pada
pengobatan pertama, mencakup sefriakson 250 mg IM dan salah satu dari doksisiklin 100 mg peroral 2
kali sehari selama 7 hari atau tetrasiklin HCl 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
Pemajanan akibat pekerjaan pada Petugas Kesehatan
The Occupational Safety and Health Administrasion telah mengeluarkan standar pencegahan umum
terhadap patogen yang ditularkan pada semua petugas kesehatan. Peraturan yang baru juga meminta agar
vaksin HBV diberikan secara gratis kepada semua pekerja yang diduga memiliki kontak langsung dengan
darah atau bahan-bahan yang tercemar. Tablet 42-11 menunjukkan satu protokol pejanan di tempat kerja
yang saat ini dilakukan pada kebanyakan pusat kesehatan yang besar.
Proses Keperawatan
Perawat perlu peka akan alasan klien untuk mencari atau menghindari perawatan PHS. reaksi psikososial
terhadap diagnosis PHS dapat berupa kemarahan, depresi, malu, rasa bersalah, terluka, takut dan kuatir.
Klien memerlukan kerahasian selama anamnesa dan pmeriksaan. perhatikan juga kenyamanan klien,
seperti menghangatkan spekulum sebelum lakukan pemeriksaan panggul. pemeriksaan fisik terhadap
klien wanita harus dihadiri oleh setidaknya dua orang petugas kesehatan.

Pengkajian
Sebelum mengumpulkan data fisik dilakukan anamnesa untuk mencari kemungkinan-kemungkinan
diagnosa keperawatan. Tanyakan dahulu masalah-masalah yang umum sehingga tercipta hubungan saling
percaya. Pakailah istilah pasangan sewaktu membahas aktivitas seksual daripada istilah seperti istri
atau pacar.
Anamnesa harus meliputi keluhan utama, penggambaran tentang perjalanan penyakit termasuk
pengobatan sendiri yang sudah dilakukan, tinjau tentang riwayat kesehatan secara umum, tinjau tentang
kebiasaan dan gaya hidup, dan adanya alergi.
pemeriksaan fisik meliputi inspeksi dan palpasi dari genital dan tempat-tempat inokulasi lain.

Uji laboratorium meliputi pemeriksaan mikroba dengan sediaan basa, pembiakkan, pap smear, hitung
darah lengkap, serologi sifilis dan antibodi virus herpes simplek 1 dan 2.
Perencanaan
Tujuan jangka pendek adalah agar klien mentaati regimen pengobatan dan menghindari timbulnya
reaksi yang merugikan. Tujuan jangka panjang adalah agar klien kembali untuk melakukan kunjungan
berikutnya dan menghindar dari pemajanan PHS lebih jauh.
Intervensi
Klien perlu memahami tindakan-tindakan yang dilakukan selama evaluasi dan bagaimana cara
pemakaian obat yang diberikan. Efek samping dan reaksi yang merugikan yang memerlukan penanganan
segera juga harus ditinjau.
Intervensi spesifik meliputi perlunya dukungan klien menyadari fakta bahwa infeksi yang dideritanya
adalah tertular melalui hubungan seksual.
Klien perlu memberitahukan pasangan-pasangan seksualnya sehingga mereka dapat dievaluasi dan
diobati.
Idealnya, kontak seksual dihindari selama pengobatan. Setidaknya, kondom harus dipakai sampai
keduanya sembuh dari infeksi.
Individu dijadwalkan untuk melakukan kunjungan selanjutnya dari 4 hari sampai 4 minggu, tergantung
pada tipe infeksi dan pengobatan.
Individu yang menderita PHS diberikan konultasi tentang pemeriksaan HIV.

PENYULUHAN KEPADA KLIEN


Cara penularan PHS, hubungan antara semua PHS dan infeksi HIV dan bagaimana menghindari resiko
HIV harus ditinjau.
Individu dinasehati untuk merencanakan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara periodik.

Diposkan oleh anak libra di 02

Anda mungkin juga menyukai