• Kasus rhinosinusitis paling banyak terjadi pada musim hujan dan musim dingin, serta pada daerah yang
memiliki kelembaban dan polusi udara yang tinggi.
• Rhinosinusitis merupakan penyakit nomor lima tertinggi yang mendapatkan resep antibiotik.
• Sekitar 35 juta orang di Amerika pernah didiagnosis menderita rhinosinusitis dan sekitar 14% penderita
mengalami minimal satu kali episode rhinosinusitis setiap tahunnya.
• Menurut Riskesdas 2018, prevalensi ISPA di Indonesia sebesar 9,3%.
• Anak-anak mengalami rata-rata 6-8 kali ISPA per tahunnya dan sekitar 6-13% berkembang menjadi
rhinosinusitis bakterial.
ETIOLOGI
• Penyebab utamanya adalah infeksi virus (common cold) yang
selanjutnya diikuti adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
• Bakteri penyebab yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis (paling sering pada anak-anak).
FAKTOR PREDISPOSISI
• Rhinitis alergi
• Polip hidung
• Infeksi tonsil
• Infeksi gigi
• Lingkungan berpolusi, dingin, dan kering
• Kebiasaan merokok
KLASIFIKASI
Pemeriksaan
Anamnesis
penunjang
Pemeriksaa
n Fisik
ANAMNESIS
Anamnesis didasarkan pada gejala umum
rhinosinusitis, seperti:
• Hidung tersumbat
• Sekret hidung
• Nyeri tekan pada wajah
• Gangguan penghidu
• Demam
• Dental pain/Riwayat sakit gigi
sebelumnya
• Otalgia
PEMERIKSAAN
FISIK
• Dapat dijumpai pembengkakan pada wajah
disertai eritema dan edema periorbital.
• Nyeri tekan di daerah sinus terutama sinus
frontal dan maksila.
• Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat
dijumpai mukosa konka hiperemi, edema,
sekret, septum deviasi, serta polip.
• Rinoskopi posterior dapat dijumpai
kelainan yang terdapat di belakang rongga
hidung dan nasofaring seperti post nasal
drip.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Transiluminasi
• Nasal Endoscopy
• CT-scan
BAGAIMANA
TATALAKSANA
RHINOSINUSITIS AKUT?
Mempercepat penyembuhan
TUJUA Mencegah komplikasi