Pendahuluan Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisa merupakan organ yang relatif kecil ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, tetapi mempunyai pengaruh pada sejumlah proses vital dalam tubuh manusia maupun hewan. Pengaruh yang luas dari kelenjar hipofisa di dalam tubuh disebabkan oleh kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa (Djojosoebagio, 1990). Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa ada sembilan macam, yaitu: ACTH (Adrenocorticotropic hormone), TSH (Thyroid-stimulating hormone), FSH (Follicle-stimulating hormone), LH (Luteinizing hormone), STH (Somatotropes Hormon), MSH (Melanocyte-stimulating hormone), Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin (Partodihardjo, 1987). Kelenjar hipofisa terdiri dari 4 bagian yang memiliki masing-masing memiliki nama yang berbeda. Adapun urutan-urutan bagian dari kelenjar hipofisa ini dari dpan kebelakang adalah Pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophysis Pars anterior mempunyai peranan penting bagi pembiakan karena menghasilkan hormon gonadotropin yang bekerja terhadap gonad. Bagian inilah yang sebenarnya memgang peranan penting dalam melaksanakan pemijahan. FSH (Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone) adalah dua hormon yang mempunyai daya kerja mengatur fungsi kelenjar kelamin. FSH mempunyai daya kerja merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan pada testis memberikan rangsangan terhadap spermatogenesis. LH mempunyai daya kerja merangsang ovulasi dan menguningkan folikel ovarium dan pada hewan jantan Hormon ini merangsang fungsi sel-sel interstisial pada testis serta mempertinggi atau meningkatkan produksi hormon steroid, baik pada hewan betina maupun hewan jantan Kelebihan dari hormon hipofisa adalah hormon ini bisa disimpan dalam waktu lama sampai dua tahun. Penggunaan hormon ini juga relatif mudah (hanya membutuhkan sedikit alat dan bahan), tidak membutuhkan refrigenerator dalam penyimpanan, dosis dapat diperkirakan berdasar berat tubuh donor dan resepien, adanya kemungkinan terdapat hormon hormon lain yang memiliki sifat sinergik. Kelemahan Penggunaan Ekstrak Hipofisa Hilangnya sejumlah ikan donor untuk diambil hipofisanya Kemungkinan terjadi reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal dari ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan pengaruh hormon gonadotropin Solusinya adalah dengan memanfaatkan ikan yang mempunyai nilai ekonomis rendah untuk dipakai sebagai ikan donor Atau lebih ekonomis lagi apabila kita dapat memanfaatkan limbah ternak (hipofisa ternak) sepanjang tidak menyimpang dari prinsip hipofisasi. Prosedur Kerja
Ikan yang digunakan adalah ikan mas jantan
yang telah matang gonad dengan kisaran berat badan antara 175 – 325 g dengan perbandingan (1:2) Larutan Aceton selanjutnya digerus dan ditambahi larutan NaCl fisiologis 0,65 % sebanyak 2 ml Campuran tersebut diaduk merata dan disentrifugasi selama 3 - 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Larutan supernatan bagian atas diambil untuk disuntikkan pada ikan