Anda di halaman 1dari 36

KEHILANGAN/KEMATIAN DAN

DAMPAKNYA TERHADAP SISTEM


KELUARGA

Atha-Alya-Dinda-Eka
ALYA AZARIA -
1606026
DEFINISI KEHILANGAN

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang


berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).
SIFAT-SIFAT KEHILANGAN
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan,
bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.

2. Berangsur-angsur (Dapat diramalkan)


Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan
yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan oleh klien yang
mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai kebutuhan yang
lebih besar terhadap ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri
mereka lebih banyak, dan mempunyai peningkatan perasaan marah dan
bermusuhan.
TIPE KEHILANGAN
 Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
sama dengan individu yang mengalami kehilangan
 Perceived Loss (Psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat
diraba atau dinyatakan secara jelas.
 Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga
dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
KATEGORI KEHILANGAN

1. Kehilangan Objek Eksternal


Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang
telah menjadi usang berpindah tempat, dicuri atau rusak karena
bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada nilai yang diiliki
orang tersebut dan kegunaan dari benda tersebut
2. Kehilangan Lingungan yang Telah Dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan
yang telah dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal
selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen
3. Kehilangan orang terdekat
Mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara kandung, teman,
bahkan hewan peliharaan.

4. Kehilangan Aspek Diri


Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis.

5. Kehilangan Hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana
orang tersebut akan meninggal.
ATHALIYYA SYAHLA F - 1600044
PENYEBAB KEMATIAN

 Di masa kanak-kanak, kematian


lebih banyak disebabkan oleh
kecelakaan atau penyakit. Contoh
kematian di masa kanak-kanak
disebabkan oleh kecelakaan
adalah tertabrak mobil,
tenggelam, keracunan, terbakar,
atau jatuh dari ketinggian.
Penyakit utama yang kerap
mengakibatkan kematian pada
anak-anak adalah penyakit
jantung, kanker, dan cacat lahir.
 Kematian di masa remaja cenderung disebabkan oleh
kecelakaan ketika mengendarai kendaraan bermotor,
bunuh diri, atau dibunuh. Kematian yang terjadi di antara
orang-orang lanjut usia lebih banyak disebabkan oleh
penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan kanker.
Tahap-tahap menjelang kematian menurut
Kubler-Ross

 Elisabeth Kubler-Ross (1969)


membagi perilaku dan pikiran
dari orang yang mendekati
ajal ke dalam lima tahap,
yaitu: penolakan dan isolasi,
kemarahan, tawar-
menawar, depresi, dan
penerimaan.
1. PENOLAKAN DAN ISOLASI (DENIAL AND
ISOLATION)

 Tahap pertama dalam proses menjelang kematian


sebagaimana dinyatakan oleh Kubler-Ross,
dimana orang yang akan meninggal menyangkal
bahwa ia akan meninggal.
2. MARAH (ANGER)

 Tahap kedua menurut Kubler-


Ross, dimana orang yang
mendekati ajal menyadari bahwa
penyangkalan yang dilakukan
selama ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Penyangkalan
memberi jalan bagi munculnya
kemarahan, kebencian,
kegusuran, dan iri hati.
3. MENAWAR (BARGAINING)
 Tahap ketiga dari Kubler-Ross, dimana orang
tersebut berharap kematiannya dapat ditunda
atau ditangguhkan.

4. Depresi (depression)
Tahap keempat dari Kubler-Ross, dimana
orang tersebut mulai menerima kepastian atas
kematiannya. Periode depresi atau persiapan
duka cita dapat saja muncul.
5. MENERIMA (ACCEPTANCE)

 Tahap kelima dari proses menjelang kematian sebagaimana


dikemukakan oleh Kubler-Ross, dimana orang tersebut
mengembangkan rasa damai, menerima nasibnya, dan dalam
banyak kasus, ingin dibiarkan sendiri. Dalam tahap ini,
perasaan dan rasa sakit pada fisik mulai hilang.
DAMPAK KEHILANGAN DAN
KEMATIAN TERHADAP SISTEM
KELUARGA
 Kematian suami membawa pengaruh pada perubahan hidup
pada istri yang ditinggalkan. Perubahan ini mengharuskan
perempuan menjalani masa transisi menyesuaikan diri dan
harus menerima kehidupan dengan status baru dan peran baru.
 Dampak-dampak yang terjadi pada perempuan yang ditinggal
kematian suaminya adalah permasalahan ekonomi.
 Setelah pasangan yang sangat dicintai
meninggal, pasangannya yang masih
hidup sering kali mengalami dukacita
mendalam dan sering kali diikuti
dengan kesulitan keuangan, kesepian,
meningkatnya penyakit fisik,
gangguan psikologis, termasuk depresi
(Kowalski dan Bondmass, 2008).
LANJUTAN….
 Pada pria yang kehilangan pasangan hidupnya, terkait
kepuasan hidup yang lebih rendah selama beberapa waktu
(Berg dkk., 2009).
 Individu-individu yang hidup sendiri memperlihatkan
kecenderungan lebih tinggi untuk meningkatkan kehidupan
religius dan keyakinan spiritualnya.
 Sebuah studi lain menemukan bahwa faktor psikologis dan
religius seperti makna pribadi, optimisme, pentingnya
agama, dan pencarian dukungan religius berkaitan dengan
kesejahteraan psikologis dari orang-orang lanjut usia
setelah mereka kehilangan pasangannya (Leighton, 2008).
 Anak-anak yang kehilangan
seseorang atau sesuatu yang
begitu dekat dengannya mungkin
menunjukan gejala yang sama
dengan orang dewasa, seperti
denial (pengingkaran), bodily
distress (sakit fisik), kemarahan,
reaksi bermusuhan kepada
meninggal dan orang lain, rasa
bersalah, depresi, kecemasan,
bahkan kepanikan.
 Menurut Kavanaugh (Leming & Dickison, dalam
Astuti & Gusniarti, 2009) mengatakan bahwa ada
tujuh perilaku dan perasaan yang menjadi bagian
dari penanggulangan duka cita yaitu shock dan
penolakan, kekacauan, perasaan yang berubah-
ubah, rasa bersalah, kehilagan dan kesepian,
kelegaan dan kembali hidup.
EKA YULIANTI - 1600366
SIKAP TERHADAP KEMATIAN DALAM
FASE PERKEMBANGAN MASA HIDUP
1. Masa Kanak-kanak
Anak-anak memiliki persepsi yang beragam
mengenai kematian. Sebagian besar
Psikolog menganggap bahwa kejujuran
merupakan suatu strategi terbaik yang dapat
ditempuh utnuk mendiskusikan kematian
dengan anak-anak. Untuk memberikan
respon terbaik, kita perlu
mempertimbangkan terlebih dahulu tingkat
kematangan anak.
2. Remaja
Kematian kawan-kawan, saudara kandung, orang
tua, atau kakek-nenek, dapat mengakibatkan
kematian menjadi suatu tema yang penting dalam
kehidupan remaja.
3. Dewasa dan Lanjut Usia
Dewasa muda yang mendekati ajal seringkali
merasa hidupnya “dicuri” dibandingkan
orang lanjut usia dengan situasi demikian
Para peneliti telah menemukan bahwa orang-
orang paruh-baya memiliki ketakutan lebih
besar terhadap kematian dibandingkan orang-
orang dewasa yang lebih muda atau lebih tua.
Di usia tua, kematian diri sendiri dapat
diterima secara lebih baik.
MODEL DWI PROSES DALAM MENGATASI
PENGALAMAN KEHILANGAN

Model Dwi Proses (dual-process model) merupakan model usaha


coping masalah kematian yang terdiri dari dua dimensi utama, yaitu:
(1) stressor yang berorientasi pada kehilangan, dan
(2) stressor yang berorientasi terhadap pemulihan
DINDA YANUANTRI F - 1606031
DUKACITA
 Kematian seseorang yang dicintai mungkin
merupakan pengalaman kehilangan yang
paling mempengaruhi individu secara fisik,
emosional, dan spiritual (James & Friedman,
1998).

 Perasaan duka (respon emosional individu atas


kehilangan yang dialami) mencakup seluruh
emosi alamiah manusia yang mengiringi
kehilangan tersebut. Hampir semua orang
setuju dengan pernyataan Parkes (1996)
bahwa kesedihan akan berakibat pada respon
emosional, kognitif, fisik, dan perilaku.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES
DUKACITA
Faktor Eksternal Faktor Internal

• Hubungan individu dengan • Kerentanan kepribadian


orang yang meninggal ciri kepribadian
misalnya: orangtua, anak, mitra, •Umur
atau teman •Perilaku sosial
• Jenis kematian •Pola kebiasaan keluarga
• Pengalaman terhadap kesedihan dalam menghadapi duka
• Dukungan masyarakat cita
• Norma budaya
• Kualitas hubungan dengan yang
ditinggal
• Umur yang ditinggal
DIMENSI-DIMENSI DUKACITA
a)Dimensi Meratapi
Perasaan merana atau kerinduan mencerminkan harapan atau
kebutuhan yang mucul secara berulang untuk bertemu kembali
dengan orang yang dicintai.
b) Dimensi Kecemasan karena Keterpisahan (Separation
Anxiety)
Dalam dimensi ini tidak hanya melibatkan perasaan merana dan
preokupasi dengan pikiran-pikiran mengenai orang yang telah
meninggal, namun juga pad tempat dan hal-hal yang terkait
dengan orang yang telah meninggal.
c) Dimensi Putus Asa dan Sedih
Dalam dimensi ini mencakup ketidakberdayaan dan kalah,
simtom-simtom depresif, apatis, kehilangan makna terhadap
aktivitas-aktivitas yang biasa melibatkan orang yang kini sudah
tiada, serta timbulnya perasaan sunyi (Chiambretto & kawan-
kawan, 2010)
COPING DAN JENIS
KEMATIAN
Pengaruh kematian terhadap individu-individu yang selamat sangat
dipengaruhi oleh situasi di mana kematian itu terjadi (Smith dkk, 2009).

Kematian yang terjadi secara mendadak, sebelum waktunya, disebabkan


oleh kekerasan, atau traumatik, cenderung memberikan dampak yang
lebih intens dan lama terhadap individu yang ditinggalkan; proses
coping juga terasa lebih sulit bagi mereka (Sveen dan Walby, 2008).

Kematian seperti itu biasanya disertai dengan gangguan stres


pascatrauma (post-traumatic stress disorder) yang ditandai seperti
munculnya pikiran-pikiran yang mengganggu, gangguan tidur,
gangguan konsentrasi, dsb.
VARIASI BUDAYA DALAM
DUKACITA YANG SEHAT
 Analisis yang baru-baru ini dilakukan terhdap budaya non-Barat yang
menunjukkan adanya variasi dalam hal kecenderungan melanjutkan ikatan
dengan orang yang sudah meninggal.
 Ritual agama di Jepang cenderung menerima dan melestarikan pembinaan
ikatan dengan orang yang sudah meninggal.
 Di Hopi - Arizona, orang-orang cenderung secepat mungkin melupakan
orang yang sudah meninggal dan melanjutkan kehidupan seperti biasa.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang


memiliki cara berdukacita yang berbeda-
beda (Carr, 2009).
PENDIDIKAN KEMATIAN
(DEATH EDUCATION)
Tujuan pendidikan kematian ini menurut
Schultz (1978) adalah memberi pengetahuan
praktis dan teoritis tentang kematian karena
kurangnya informasi yang akurat tentang
kematian dan hal-hal yang terkait, tujuan
terpenting adalah untuk meningkatkan
pengetahuan mereka tentang kematian, di
samping itu perlu juga membiasakan diri
mereka dengan organisasi dan profesi (medis,
bidang pemerintahan, pemakaman, dll.) yang
berhubungan langsung dengan kematian. Dan
membantu individu belajar untuk menghadapi
(secara emosional) kematian orang yang
dicintai dan memiliki hubungan dengannya.
DEATH EDUCATION UNTUK
ANAK-ANAK DAN REMAJA
Tingkat formalitas pendidikan kematian di sekolah dasar dan sekolah
menengah bervariasi pada tiap sekolah dan guru, tetapi sejumlah pendekatan
telah diusulkan. Salah satu pendekatan yang paling komprehensif disusun
oleh Gordon dan Klass (1979). Pendekatan ini didasarkan pada empat tujuan :
 Terkait dengan pertanyaan tentang apa yang terjadi jika orang meninggal.
 Terkait dengan bagaimana cara menghadapi kematian secara sehat. Tujuan
ini tercapai jika siswa sudah mempelajari cara yang efektif terkait dengan
kematian pribadinya nanti dan kematian orang yang penting dalam
hidupnya.
 Terkait dengan hal-hal praktis tentang bagaimana membuat siswa
mengetahui hal-hal yang terkait dengan kematian seperti pelayanan medis
dan jasa pemakaman.
 Untuk membantu siswa merumuskan masalah socioethical yang
berhubungan dengan kematian dan untuk menggambarkan nilai jidment
yang diangkat oleh isu ini.
DEATH EDUCATION UNTUK
MAHASISWA DAN ORANG
DEWASA
Untuk mahasiswa dan orang dewasa, pendidikan tentang
kematian tidak hanya bertujuan menambah pengetahuan tetapi juga
meningkatkan sensitivitas terhadap perasaan dan kebutuhan orang
yang menjelang kematian (Attig, 1996; Corr, 1992).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai