Anda di halaman 1dari 30

TREND DAN

ISSUE DALAM
KOMUNIKASI
KEPERAWATAN
Trend

Dibicaraka
Berdasarka
Saat ini n semua
n Fakta
orang
Masyarat
Memasuki pasar tradisonal
Abad ke -21
bebas ASEAN berubah menjadi
masyarakat maju

Dampak pada
Aspek kesehatan
berbagai aspek
Masyarakat menuju modernisasi
Pendidikan yang Peningkatan Sadar hukum dn Masalah
lebih tinggi pendapatan lebih kritis kesehatan

Tuntutan bagi perawat untuk memenuhi keperawatan


Peningkatan Berwawasan luas
mutu pelayanan Profesional Peka budaya dan menguasai
keperawatan IPTEK
Kelalaian

Kepuasan
Lisensi klien
minimal

What
happen
today?
Tidak
kenal body
Gaptek
of
knowledge

Malpraktek
What should we do??

Pengembanga
Memantapkan
n Pendidikan sistem pelayanan
keperawatan secara profesional

Penerapan model
Pendidikan Pendidikan Registrasi dan
Sertifikasi
praktik
lisensi keperawatan
akademik Profesi secara profesional

Menyempurnakan
organisasi
keperawatan

PPNI ISMASKES AIPNI/AINEC


APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG
SISTEM MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

Trend
TEKNOLOGI Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk
INFORMASI perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi
perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital,
KEPERAWATAN perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke
digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke
dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya,
terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing
unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi untuk mengolah serta
mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer.
Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap
(hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah
perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna
melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows,
Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer,
menhubungkan media input dan output serta mengendalikan berbagai perangkat
lunak aplikasi maupun utiliti di komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah
program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik
seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola database
dan lain sebagainya. Selain itu terdapat juga program utility yang membantu sistem
operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu seperti manajemen memori, keamanan
komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu
(misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu
kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi
informasi seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi teknologi
informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat
dengan fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki
potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi kesehatan.
Dengan sistem manajemen informasi ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengakses rekam medispasien, seperti obat
yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana
pun kapan pun, Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran
atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat,
penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat
grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan.
Dengan demikian, perawat dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan
mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat.
Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama dalam praktik keperawatan klinik dan
Fungsi Sistem administratif :
Informasi
Keperawatan▪ Proses perawatan pasien
Proses adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal
perawatan dan pengobatan, catatan keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.

▪ Proses managemen bangsal


Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif menggunakan  menggunakan sumber dalam
merencanakan objek secara spesifik. Mentransformasikan informasi pada manajemen  yang berorientasi informasi dalam pengambilan
keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen perseorangan, perencanaan
keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana, manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.

▪ Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek lain yang memiliki hubungan dengan
subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan, review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.

▪ Proses Pendidikan dan Penelitian

▪ Pendokumentasian fungsi dan prosedural.

 
Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam
penyimpanan arsip.
Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik
Keuntungan akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Menggunakan Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
Sistem Informasi pengambilan keputusan secara cepat
Keperawatan Meningkatkan produktivitas kerja.
Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Gurley L,
Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record,
Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan
utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat
diketahui.
Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan
waktu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari
pasien dalam satu lokasi.
Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun, dokumentasi proses
keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi
Penerapan keperawatan akan membantu meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya
komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan
Sistem Informasi komputer.
Dalam Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah menyoroti
Dokumentasi kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk
profesional perawat. (Docker, et all.,2003)
Asuhan Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis kertas.
Keperawatan Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam
dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap, alasannya antara
lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan
dokumentasi masih terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk
mendukung proses keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat
dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan
bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi
yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data
keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat
dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas dokumentasi
keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and
Outcomes (Q-DIO).Penelitian ini mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi
keperawatan diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
meningkatkan kualitas dokumentasi, perawat membutuhkan dukungan melalui pendidikan agar
mengetahui langkah-langkah untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi
diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya peningkatan dokumentasi
tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-DIO dapat berguna sebagai alat audit
dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara elektronik. (Mueller,
et all.2006).
Telenursing
   
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi
dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan,
komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan
data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan
memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan
penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan
pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau komputer.Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan
akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk
mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.
 Kelebihan dan kekurangan Telenursing

  Kelebihan Telenursing
 Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak
jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
1.      Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2.      Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3.      Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4.      Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5.      Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari
pelayanan kesehatan, dan
6.       Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui
mekanisme seperti : konferensi video dan internet
(American Nurse Assosiation, 1999).
7.      Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata,
8.      Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan
meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah ( home care).
9.      Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya telenursing  semakin  meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan
meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat
dengan pelatihan khusus  dapat menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini  bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan yang  tidak mungkin
didapatkan dengan kontak langsung.
▪ Kekurangan dan hambatan dalam telenursing
Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalamtelenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan
perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap  telenursing akibat kurangnya
penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support system,  perawat bisa
merasakan manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursingmuncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian
lisensi tentang telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR)dan standar data mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealthtidak  bisa
bekerja.
Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.
Sumber lain menyebutkan, antara lain :
▪ Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa
kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.
▪ Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi
akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan
dan kerahasiaann dokumen klien.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Implementasi Telenursing
1.      Aspek sistematika
Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan 
pengaturan dan supervisi pelayanan pemerintah. Untuk penerapan telenursing disepakati bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta
adanya standart operasional prosedur yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2.      Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat
penggunaan telenursing dan Government recognition for cost effectivenessmerupakan prioritas utama. Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk
mengaktifkan telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.
3.      Aspek Sosial
Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial
tentang telenursing dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan kesehatan  seperti fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting
dalan implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya
pengakuan public terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4.      Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten  telenursing dan pengembangan
sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk
menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan penelitian untuk pengembangan system  telenursing dan pelaksanaannya, teknologi
informasi medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional  yang mungkin diterapkan  dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus
terintegrasi dalam strategi pelaksanaantelenursing.
Aplikasi  telenursing

Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat


telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang
sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat
menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah,
glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana
mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas.
Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit
kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing
membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak
antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu
pasien dan keluarganya.
▪ Walaupun di Indonesia masih belum teraplikasikannya telenursing
ini dengan optimal namun telenursing sebenarnya sangat
memudahkan akses ke pelayanan kesehatan yang berkenaan
dengan populasi yang jauh dari pelayanan (under-serviced) seperti
halnya memudahkan monitoring pelayanan di rumah atau individu
dengan permasalahan kesehatan kronis.
▪ Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa telenursing
merupakan salah satu alternative yang bisa digunakan dalam
layanan kesehatan dan keperawatan pada saat pasien tidak
mungkin untuk datang langsung menemui layanan kesehatan dan
keperawatan baik untuk alasan jarak yang jauh ataupun ingin
mengefesien dan mengefektifkan waktu dalam perjalanan.
Robot nurse (robot perawat)

 Tujuan dari penggunaan robot sebagai alat bantu untuk tugas rutinitas
dalam ruangan menjadi mimpi manusia diawal penciptaannya.Pada
periode delapan dekade setelah manusia bermimpi pertama kali
tentang robot,sekarang sudah banyak diciptakan robot yang bisa
dipekerjakan dibeberapa tempat khusus seperti rumah, departement
stores dan rumah sakit (Ali meghdari et.al, 2004).
  Seiring dengan perkembangan jaman, peningkatan kualitas hidup
menjadi salah satu hal yang esensial buat manusia. Meningkatnya
kualitas sistem dalam dunia kedokteran, menjadikan populasi lansia
juga bertambah karena angka harapan hidup menjadi lebih tinggi.
Namun dilain pihak, populasi yang mendukung kehidupan para lansia
ini terus berkurang. Itu berarti bahwa para lansia akan menjadi seperti
hidup sendiri dan kesepian dalam dunia modern. Situasi yang dialami
para lansia ini juga sama dengan yang dialami para penderita cacat
sehingga dengan berkembangnya teknologi robotic mulailah
dikembangkan sebuah robot yang mampu untuk mendukung para
lansia dan orang cacat tersebut ( Hyun Keun Park et.al,2006).
Awal mula penciptaan robot nurse tidak langsung
menyerupai manusia,namun lebih dikembangkan pada
bentuk hewan sebagai teman setia untuk mengurangi
kesepian dan depresi yang dialami oleh para lansia
seperti PARO (robot binatang laut),TAMA (robot kucing).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Shibata (2004) untuk
menguji reaksi manusia terhadap robot interaktif (dalam
penelitian ini digunakan robot PARO) terhadap lansia,
anak anak dan orang yang menderita autis dan down
syndrome didapatkan hasil bahwa 1) wanita lebih tertarik
terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang
menyukai hewan melihat PARO dengan sisi positif 3) anak
anak lebih suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu
memberikan efek positif terhadap depresi yang dialami
lansia (Shibata Takanori,2004). Dari hasil penelitian ini
kemudian dikembangkan bentuk robot nurse yang lebih
variatif baik dalam bentuk maupun fungsi.
Model Robot Nurse dan Fungsinya

Secara garis besar robot nurse terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:
a)      Assistive robotic (AR) sebagian besar diasosiasikan sebagai robot yang membantu orang dengan
keterbatasan fisik melalui interaksi fisik.Contoh dari AR antara lain adalah wheelcahir robot dan alat
bantu gerak yang lain,robot companion, manipulation arms dan robot edukasi. AR banyak digunakan
di lingkungan sekolah,rumah dan hospital (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005)
b)      Socially Interactive Robotics (SIR) adalah robot yang mempunyai beberapa pola interaksi.Istilah
SIR digunakan untuk membedakan fungsi interaksi dengan robot yang dioperasikan secara jarak jauh
oleh manusia pada robot dengan sistemhuman robot interaction (HRI).SIR memiliki semacam pola
interaksi sendiri melalui suara dan gesture yang mereka gunakan (David Feil-Seifer and Maja J Matari
´,2005).
c)      SAR (Socially Assistive Robotics) adalah gabungan dari bentuk AR dan SIR. SAR adalah robot
yang menyediakan bantuan pada user , tetapi bantuan tersebut spesifik bisa didapatkan apabila
terjadi interaksi sosial antara SAR danuser. SAR hampir sama dengan SIR, bedanya SIR bertujuan
untuk mengembangkan interaksi yang dekat dan efektif seperti hubungan pertemanan antara robot
dan user, sedangkan SAR bertujuan membina hubungan yang dekat dan efektif untuk pemberian
bantuan dan pencapaian progres yang terukur pada masa penyembuhan, rehabilitasi dan
pembelajaran. (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005).
Penggunaan Robot Perawat dalam Asuhan
Keperawatan
▪  Penggunaan robot perawat dalam asuhan keperawatan membawa beberapa telah dikaji oleh beberapa peneliti dengan hasil
beragam. Seperti yang sudah dibahas dalam latar belakang bahwa robot nurse pertama kali diciptakan karena adanya peningkatan
angka harapan hidup dan penurunan angka pertumbuhan penduduk yang menyebabkan para lansia menjadi kesepian dan depresi.
Robot nurse diciptakan tidak langsung berbentuk manusia nanum awalnya berbentuk hewan seperti kucing dan anjing karena asumsi
bahwa binatang tersebut adalah teman setia dari manusia. (Will Tagart 2006). Penggunaan tenagan robot perawat juga dicetuskan
karena kurangnya sikap caring pada perawat terhadap pasien yang dirawat (Jane Tenking,2010).
▪       Dari penelitian awal yang dilakukan Shibata (2004) didapatkan hasil bahwa robot nurse berbentuk binatang laut PARO membawa
beberapa aspek positif pada responden yang meliputi lansia,anak anak dan orang dengan autis dan down syndrome yaitu 1) wanita
lebih tertarik terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang menyukai hewan melihat PARO dengan sisi positif 3) anak anak lebih
suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu memberikan efek positif terhadap depresi yang dialami lansia.Namun pada penelitan
lanjut yang dilakukan oleh Will Tagart (2006) terhadap para lansia didapatkan hasil bahwa walaupun para lansia memberikan reaksi
yang beragam terhadap PARO,namun mereka tetap memilih untuk berinteraksi dengan manusia dibanding robot.
▪       Penggunaan robot nurse kemudian berkembang bukan lagi menjadi sekedar teman atau mainan untuk mengatasi
kesepian,namun menjadi asisten yang membantu tugas perawat seperti robot nurse yang bisa mengangkat pasien (RIBA), robot nurse
yang membantu pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien yang tidak bisa bepergian jauh
namun butuh konsultasi (Companion) dan beberapa contoh penggunaan robot nurse untuk membantu perawat dalam manajemen
asuhan keperawatan.  Penggunaan robot nurse dalam proses rehabilitasi contohnya adalah penggunaan SAR (Socially Assistive
Robotics) pada enam pasien rehabilitasi stroke and trauma brain injury ringan untuk meningkatkan fungsi tubuh akibat lesion –
induced hemiparesis dan hasilnya adalah terjadi interaksi positif antara SAR dan user dalam meningkatkan fungsi organ bagian atas
yang mengalami hemiparesis, namun untuk ini masih akan diujicoba pada populasi yang lebih besar untuk mengatasi efek “novelty”
(Maja Mataric,2004)
Robot  vs Perawat

Penggunaan robot perawat akan memberikan dampak yang sangat besar pada dunia keperawatan antara lain apabila terjadi pergeseran
fungsi perawat oleh para robot perawat ini akan membuat tenaga perawat menjadi murah sehingga penghasilan perawat menjadi turun.
Bahkan disebutkan di Jepang sudah mulai dilakukan standarisasi untuk para robot perawat ini supaya lebih aman dan efektif
(www.detiknet.com. 29 Maret 2009) serta untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja perawat dari luar negeri,dalam hal ini berarti
permasalahan dalam dunia keperawatan menjadilebih bertambah yaitu masalah lapangan kerja yang akan semakin sempit karena
tergeser oleh penggunaan robot.
Kemudian pemikiran lebih lanjut bahwa penggunaan robot perawat ini akan banyak memakan tempat, berapa centimeter space yang
diperlukan oleh robot perawat ini untuk masuk kerungan pasien,berdiri disamping tempat tidur pasien dan robot perawat ini juga bisa saja
meluncur tanpa kendali pada lantai yang licin. (Roger Napthine,1997).Namun robot tetaplah robot,bukan manusia. Walaupun dirancang
dengan sesempurna mungkin untuk dapat dipergunakan dengan aman,murah dan efesien tetaplah robot memiliki banyak kekurangan
antara lain:
a)      System error: terjadinya gangguan pada sistem yang mengatur perilaku robot mengakibatkan robot menjadi liar seperti yang terjadi
pada Waldo (robot perawat di California ang bertugas mendistribusikan obat obatan dari lantai ke lantai). Waldo tiba tiba bertingkah liar
sejak keluar dari ruang farmasi dan melukai seorang dokter yang sedang memeriksa pasien di radiasi onkologi (Nursing standard vol 24 no
8,2009)
b)      Robot tidak memiliki sense of caring seperti layaknya manusia. Sebuah robot yang bertugas memberi makan pasien hanya akan
memberikan makanan pada pasien secara sabar sembari menunggu sampai 20 kunyahan, namun robot tidak bisa menanyakan apakah
rasa makanan enak,apakah ada kesulitan menelan dll (Roger Napthine,1997)
c)      Robot tidak mempunyai “sense of humor”. Robot disetting dengan tugas terntentu dan bereaksi terhadap sensor tertentu sehingga
robot tidak bisa membedakan antara instruksi dengan candaan. (Roger Napthine,1997)
     Dari beberapa keuntungan dan kerugian akan penggunaan robot perawat disini ada hal yang harus dipertimbangkan oleh para
pengelola rumah sakit saat akan mengganti tugas perawat dengan perawat robot bahwa asuhan keperawatan adalah sebuah hubungan
caring yang unik dan tidak tergantikan oleh sebuah mesin bernama robot perawat.
Profesional nurse

Komitmen moral
Konsep Menyeluruh
Kode Etik Keperawatan

Otonomi
Mandiri
Tanggung jawab
Tanggung Gugat

Nilai intelektual
Body of knowledge
Pendidikan berkelanjutan
Menggunakan pengetahuan dalam berfikir secara kritis dan
kreatif
Issue

Belum Dibicaraka
jelas Saat ini n banyak
faktanya orang
• Seleksi mahasiswa keperawatan
Issue dalam •

Menjamurnya STIKES tanpa standarisasi
Gap antara teori di kelas dan praktek di klinik
pendidikan • Lack of qualified Lecturer
• Fasilitas laboratorium kurang memadai
keperawatan 

Issue dalam •

Masih banyak perawat vokasional
Program pendidikan kesehatan belum adekuat
pelayanan •

Kurang mampu dalam tim work
Kolaborasi secara profesional dengan dokter
keperawatan • Penggunaan teknologi modern belum maksimal

Issue Umum • Aborsi

Kesehatan
• Eutanasia
Globalisasi keperawatan

Kehidupan Express
Teknologi
sosial anak Moving

Peran
Penyebaran
Komunikasi keluarga /
penyakit
orangtua

Perubahan Menyentuh
Budaya dan
kesehatan banyak
fashion
yang massive Aspek
PERSAINGAN SEMAKIN KETAT
Tantangan internal dan eksternal

Kurangnya Ketakutan dan


Rasisme
pengetahuan kepercayaan

Bias dan Stereotipe,


Ritual
etnosentrisme perilaku

Perbedaan
Hambatan dalam Bergerak lebih
bahasa persepsi dan cepat
harapan
Kesimpulan
Hubungan kolaborasi dokter dan perawat merupakan hal yang sangat penting. Perspektif yang berbeda dari dokter dan
perawat dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan
proses kolaborasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter
dengan perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit
melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang
dialami pasien.

Inti sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara
berkomunikasi diantara keduanya.Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan
kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan
meliputi proses keperawatan

Disamping itu hasil wawancara seorang penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka
menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu
menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang
mendukung.

Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi
kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari
keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012). Dan

Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam memberikan kualitas atau mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus
dipenuhi.Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas
pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.

Anda mungkin juga menyukai