Anda di halaman 1dari 22

“FISIKA BANGUNAN”

PENCAHAYAAN ALAMI
NAMA KELOMPOK

Nama :

NI PUTU AYU SRI WAHYUNI 202062121011


MADE INDRAYANA 202062121014
NI WAYAN KENIA DIANRA PUTRI202062121016
NI NYOMAN IRMA AYUNINGTYAS 202062121018
PUTU DINDA PRADNYA PARAMITHA 202062121026
I PUTU GEDE RISKY PRATAMA PUTRA 202062121036
NI PUTU RISKA SINTA DEWI 202062121045
I MADE CAHYA ARTA WEDHA 202062121050
I PUTU ANDIKA HENDRAWAN 202062121056
CINDY AVISHA KHURNIAWAN 202062121057
PERMASALAHAN

1. Kurangnya area bukaan untuk akses pencahayaan alami pada bangunan

2. Penataan dalam ruangan yang menutupi area ventilasi sehingga cahaya


alami tidak bisa masuk kedalam ruangan
Pencahayaan alami adalah salah satu sistem
pencahayaan dalam suatu bangunan guna membantu
manusia dalam melakukan aktivitasnya. Disebut
pencahayaan alami karena sistem pencahayaan
tersebut menggunakan cahaya alami sebagai sumber
pencahayaannya.

Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktifitas


dengan sehat dan menyenangkan. Matahari salah
satunya merupakan sumber cahaya alami yang DEFINISI
berperan penting bagi kelangsungan hidup mahluk
hidup di Bumi. P E N C A H AYA A N
ALAMI
KARAKTERISTIK
CAHAYA 01.
01. DISPERSI CAHAYA
Dispersi cahaya ini menjelaskan apabila suatu cahaya putih melewati
sebuah medan pembias, maka akan terurai menjadi beberapa warna, salah
satu contohnya yaitu pelangi.

02. INTERFERENSI
02.
CAHAYA
Karakteristik ini menjelaskan apabila terdapat sumber cahaya yang
melewati sebuah celah ganda yang memiliki jarak, maka cahaya akan
menimbulkan wilayah gelap terang. Dimana, interferensi cahaya ini
terjadi jika cahaya memiliki Panjang gelombang dan frekuensi yang
sama.
KARAKTERISTIK
CAHAYA
Berdasarkan celah yang dilewati, difraksi cahaya dibagi
menjadi dua, yaitu celah tunggal dan celah banyak. Ketika
cahaya melalui celah tungga, maka cahaya membentuk sisi
terang pada layar yang lebar sisi terangnya sama dengan
lebar celah. Sedangkan ketika cahaya melewati celah yang
banyak, maka cahaya akan memiliki banyak sisi terang
yang sama, namun tergantung dari letak kisi.

Polarisasi cahaya menjelaskan tentang jika cahaya yang


melewati sebuah media polarisator akan berkurang
intensitas cahayanya dan dapat kita lihat dengan mudah.
Penyebab terjadinya polarisasi ada dua, yaitu polarisasi
akibat pembiasan dan polarisasi akibat absorpsi.
SATUAN PENGUKURAN CAHAYA
Jumlah Cahaya (Luminous Energy) Kuat Penerangan (Illuminance)
Jumlah cahaya (Q) adalah energi cahaya Kuat penerangan (E) adalah arus cahaya
yang dipancarkan sumber cahaya. (F) yang diterima bidang permukaan bola
seluas S, sehingga menjadi terang.

Arus Cahaya (Luminous Flux)


Arus cahaya (F) adalah jumlah cahaya (Q)
per satuan waktu (t). arus cahaya
memancar ke segala arah dari sumber Luminansi (Luminance)
cahaya
Luminasi (B) adalah intensitas cahaya (I)
yang dipancarkan, dipantulka, atau
Intensitas Cahaya (Luminous Intensity) diteruskan oleh suatu bidang permukaan
seluas S. kecerlangan cahaya (brightness)
Intensitas cahaya (I) adalah arus cahaya (F) adalah sensasi yang dirasakan pengamat
yang dipancarkan per satuan sudut ruang (w). akibat adanya luminansi, dan bersifat
subyektif sehingga tidak dapat diukur.
Dalam merencanakan sistem pencahayaan suatu area,, ada beberapa
satuan dasar yang perlu diperhitungkan yaitu :
Arus Cahaya (Luminous
Kuat Cahaya (Illumination)
Flux)
Kuat cahaya, adalah banyaknya cahaya Sumber Cahaya dapat berupa benda
yang jatuh tegak lurus pada suatu bidang yang mengeluarkan energi akibat
kerja. Banyaknya jumlah cahaya yang jatuh kenaikan temperatur atau mendapatkan
pada sebuah permukaan dibagi dengan luas energi transmisi dari sumber lain
area dinamakan Iluminance (E) dan diukur
satuan Lux.

Terang Permukaan (Luminance Intensitas Cahaya


(Luminous Intensity)
Banyaknya jumlah cahaya pada
permukaan objek yang dapat dilihat oleh Apabila sebuah sumber cahaya kita
mata pengamat (Brightness) pada suatu beri reflektor sehingga hanya terpancar
arah tertentu dinamakan Luminance (L), ke satu arah tertentu, maka pancaran
diukur dengan satuan Candela/m2 energi ke setiap arah tidak akan sama.
Banyaknya jumlah cahaya yang
dikeluarkan sumber cahaya per satu
satuan sudut ruang (steradian/w)
dinamakan Luminous Intensity (I) dan
di ukur dengan satuan CANDELA.
SILAU (GLARE)

- Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discomfort Glare)


Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi fatal terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan
apabila cahaya yang berlebihan mengenai meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada
bagian kepala.
mata. Cahaya yang menyilaukan dapat
- Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang
bisa untuk menerima cahaya seperti ini.
Place Your Picture Here

UNSUR CAHAYA
MATAHARI
Matahari merupakan campuran dari atom-atom gas, inti-inti
atom, dan partikel-partikel atom. Hidrogen merupakan unsur
utama matahari, dengan massa lebih dari 80%. Helium
merupakan unsur kedua, sejumlah 19%. Satu persen massa
matahari selebihnya terdiri atas unsur-unsur oksigen,
magnesium, nitrogen, silikon, karbon, belerang, besi,
natrium, kalsium, nikel, dan beberapa unsur- unsur mikro
lainnya.

Berdasarkan arah sinar langsung dan pantulannya, sinar


matahari dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
sebagai berikut.

• Sinar matahari • Sinar matahari refleksi


• Sinar matahari • Sinar matahari
refleksi luar, yaitu dalam, yaitu hasil
langsung pemantulan
hasil pemantulan pemantulan cahaya
(sunlight) cahaya di
cahaya dan benda- dari benda-benda di
atmosfer/cahaya
benda di luar dalam
langit (skylight)
ruang/bangunan ruang/bangunan.
FAKTOR PENERANGAN ALAMI SIANG HARI

Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3


komponen meliputi :

Komponen langit (faktor langit-fl)


yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.

Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl)


yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda
yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.

Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd)


yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi
permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang
masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda
di luar ruangan maupun dari cahaya langit
STANDAR
PENERANGAN
SIANG HARI
Pencahayaan alami siang hari harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.

• Cahaya alami siang hari harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.


• Dalam pemanfaatan cahaya alami, masuknya radiasi matahari
langsung ke dalam bangunan harus dibuat seminimal
mungkin.
• Pencahayaan alami siang hari dalam bangunan gedung harus
memenuhi ketentuan SNI 03-2396-1991 tentang "Tata cara
perancangan pencahayaan alami siang hari untuk rumah dan
gedung", yaitu :
a. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00
waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk
ke dalam ruangan.
b. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau
tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
Kenyamanan visual (visual Tujuan penerangan alami Estetika dan suasana
comfort)
Kenyamanan visual diperoleh melalui
adalah sebagai berikut. Cahaya alami dimanfaatkan untuk
optimasi pemanfaatan penerangan keindahan suasana ruang dalam
alami bukaan cahaya pada bangunan rumah / bangunan.
yang tepat

Potensi pemanfaatan
Kenyamanan visual (visual
comfort)
penerangan alami sebagai Konservasi energi

Kenyamanan visual dapat berikut. Dengan pemanfaatan penerangan


diperoleh jika cahaya yang alami siang hari maka energi listrik
diperoleh sesuai standar. untuk pencahayaan buatan dapat
direduksi hingga 20% total
kebutuhan.
PERENCANAAN PENERANGAN ALAMI
PENGENDALIAN
NAUNGAN (SHADE)
(CONTROL)
naungi bukan pada bangunan untuk mencegah mengendalikan jumlah cahaya yang masuk
silau dan panas yang berlebihan karena kedalam ruangan sesuai dengan kebutuhan dan
terkena cahaya langsung. pada waktu yang diinginkan.

PENGALIHAN
(REDIRECT) EFISIENSI INTEFRASI
menggunakan cahaya secara mengintegrasikan bentuk
Pembagian cahaya yang cukup
efisien, denganmembentuk ruang pencahayaan dengan
dan sesuai dengan kebutuhan
dalam sedemikian rupa sehingga arsitektur bangunan
adalah inti dari pencahayaan
terintegrasi dengan pencahayaan. tersebut.
yang baik
Perencanaan bukaan cahaya ruangan untuk
pemanfaatan penerangan di Indonesia
sebagai berikut.
• Orientasi rumah / bangunan dan bukaan cahaya
Orientasi rumah / bangunan dan bukaan cahaya menghindari penerimaan radiasi panas
matahari.

• Alokasi ruang dan bukaan cahaya


alokasi ruang dan bukaan cahaya disesuaikan dengan aktivitas atau fungsi ruang.

• Luas bukaan cahaya


Luas bukaan cahaya memenuhi syarat minimal

• Alternatif pemasukan cahaya


Alternatif pengadaan cahaya alam baik melalui teknik pasif maupun aktif.

• Antisipasi silau (glare)


Silau harus diantisipasi agar dapat diperoleh kenyamanan visual bagi pengguna ruang

• Pengendalian termal
Radiasi panas matahari adalah kendala bagi perolehan kenyamanan termal maka
dibutuhkan strategi pengendalian termal tertentu melalui desain pada fasad / selubung
bangunan.
METODE
ANTISIPASI SILAU
Silau (glare) pada penerangan alami merupakan kesulitan dalam
melihat yang disebabkan karena adanya cahaya cemerlang, Adapun
metode antisipasi silau, yaitu sebagai berikut.

• Pengaturan Orientasi Bukaan


Perlu beberapa pertimbangan, yaitu jumlah cahaya dan lintasan
matahari dan lokasi di bumi.

• Membatasi Luas Sumber Silau


Membatasi luas sumber silau adalah membatasi sudut pandang
pengguna bangunan ke arah sumber cahaya yang mempunyai
luminansi besar atau menyebabkan silau

• Menaikkan Faktor Refleksi Dalam


Menaikkan factor refleksi dalam adalah menaikkan potensi
pemantulan cahaya oleh permukaan objek dalam ruang/bangunan
TEKNIK PEMANFAATAN PENERANGAN ALAMI

Teknik ini merupakan teknik yang


memanfaatkan cahaya alami untuk
penerangan bangunan dengan bukaan TEKNIK PASIF
cahaya pada selubung bangunan (PASSIVE TECHNIQUE)
tersebut.

Teknik ini memanfaatkan cahaya


alami untuk penerangan bangunan
TEKNIK ACTIVE
dengan bantuan dari system
(ACTIVE TECHNIQUE)
penerangan yang terpasang
• JENDELA (WINDOW)

TEKNIK PASIF PENERANGAN ALAMI


Pada teknik pasif ini, wujud bukaan cahaya
meliputi:
•Jendela
•merupakan bukaan cahaya vertical yang terdapat pada fasad bangunan dengan posisi dekat dengan bidang kerja
•Clerestory window
• merupakan bukaan cahaya vertical yang terletak pada fasad bangunan dengan posisi jauh
dari bidang kerja di atas jendela
•Skylight
•adalah bukaan cahaya besar yang terletak pada atap bangunan. Skylight ini diterapkan sebagai atap ruang
dengan dimensi besar seperti atrium yang berada di tengah bangunan.
TEKNIK PASIF PENERANGAN ALAMI

Atap gergaji Sumur cahaya


Sloped glazing
(sawtooth roof) (lightwell)

Sloped glazing terdiri Atap gergaji adalah bukaan cahaya Sumur cahaya adalah bukaan cahaya yang
dari beberapa jendela dengan posisi miring pada atap sempit pada atap bangunan yang dilengkapi
fleksibel yang dapat yang digunakan pada tipologi dengan shaft dan difungsikan untuk
memasukkan cahaya alami dari atap
dibuka tutup antara bangunan industri supaya cahaya bangunan sampai pada level lantai di
kondisi vented dan tetap dapat masuk ke tengah bawahnya
fixed. bangunan.
TEKNIK AKTIF
PENERANGAN ALAMI
Teknik aktif pada penerangan alami memiliki wujud bukaan
sebagai berikut.

• Light shelf
Light shelf adalah system pencahayaan alami yang menggunakan
bidang pemantul pada fasad bangunannya dengan posisi pemasangan
tertentu,.

• Prismatic skylight
Prismatic skylight merupakan skylight yang dilengkapi dengan
rotating mirror, sehingga diperoleh cahaya hasil pantulan yang lebih
terang dari sekedar skylight.

• Fiber-optic
Fiber-optic adalah sistem penerangan alami yang menggunakan serat
optik sebagai alat transmisi energi cahaya dari pengumpul cahaya
matahari di atap bangunan menuju lampu yang terpasang di bangunan.
TEKNIK AKTIF
PENERANGAN ALAMI
•Reflector
Reflector adalah system penerangan alami dengan menggunakan
pemantul supaya di dalam ruang atau bangunan dapat diperoleh
cahaya terang hasil pemantulan yang tidak menyebabkan silau.

•Light tube/tubular daylighting device (TDD)


Light tube adalah sistem penerangan alami yang menggunakan tabung
atau pipa dengan diameter sekitar 20 inci sebagai alat transmisi energi
cahaya matahari dari dome di atap bangunan menuju diffuser yang
terpasang di dalam ruang/bangunan.

•Heliostat
Heliostat adalah sistem penerangan alami yang menggunakan alat
heliostat (berupa rotating reflector) dan fixed reflector agar di dalam
ruang/bangunan dapat diperoleh cahaya terang hasil pemantulan yang
tak menyilaukan.
STUDI KASUS

Rusunawa Mariso, yang mulai di


bangun pada tahun 2005 terdiri atas 6 Pada rusunawa mariso ini tingkat
twin block, dimana keseluruhannya pencahayaan alami belum memenuhi
berjumlah 288 unit hunian. Luas tiap standar pencahayaan alami untuk
unitnya sama dengan tipe 24 m2 . hunian tingkat rusun. Dimana pada
kondisi rusunawa Mariso saat ini lantai terendah tingkat iluminsi
khususnya unit hunian pada blok B1, cahaya lebih rendah dibandingkan
yakni cahaya alami yang masuk pada
tingkat ilumiasi cahaya pada lantai
ruang hunian tidak merata dan
penghuni lebih cenderung menutup
diatasnya. Kurang efektifnya tingkat
bukaan jendela dan lebih memilih pencahayaan alami itu dikarenakan
menggunakan cahaya buatan pada pagi penataan perabot dalam ruangan
sampai sore hari, sehingga dapat yang menutupi akses bukaan atau
dikatakan bahwa penghuni rusunawa jendela pada setiap ruangannya.
Mariso Blok B1 menggunakan lampu
sepanjang hari.

Anda mungkin juga menyukai