Anda di halaman 1dari 29

KEGAWATAN ONKOLOGI

DYSPNEA
Kelompok 1 :
Ida Ayu Santi (2006562231)
Hamudi Prasestiyo (2006562181)
Alfhy Septiana (2006561986)
Ria Andjarwati (2006562484)
OUTLINE

DEFINISI PATOFISIOLOGI ASKEP


DEFINISI
 Dyspnea, also known as breathlessness or air hunger, is a subjective
experience of breathing discomfort that consists of qualitatively
distinct sensations that vary in intensity. (Parshall., 2012)
 It is one of the most common and distressing symptoms affecting
patients with advanced cancer. In a metaanalysis that included more
than 10,000 patients with advanced cancer, 10%-70% of patients
reported dyspnea.(Solano et al, 2006)
 Dyspnea typically increases in prevalence and intensity as patients
approach the last weeks to days of life.
 The burden of dyspnea is further compounded by other related
symptoms such as fatigue, anxiety, and depression, resulting in
functional limitation, compromised quality of life, and increased
informal (family) caregiver burden.(Reddy et al., 2009)

 In the advanced cancer setting, the presence of dyspnea,


particularly at rest, indicates a poor prognosis (typically less than a
few months) and has important clinical implications. (Cuervo et al,
2009)
A. Secara fisiologi, Dyspnea terjadi akibat 3
Etiologi Dyspnea kelainan utama :
1. Peningkatan beban butuh upaya
pernapasan besar (misal obstruksi)
2. Peningkatan beban proporsi otot (misal
kelemahan)
3. Peningkatan kebutuhan ventilator (misal
demam dan anemia)

B. Kondisi anatomi dan penyakit (PPOK,


Tumor, fibrosis paru, kanker, efusi pleura)

Menurut National Hospice Study melaporkan


bahwa 24 % pasien dengan keterlibatan
kanker lokal, efusi pleura, infeksi paru) dapat
mengalami dyspne. Pada pasien Hospice
dengan kelainan kardiopulmoner yang tidak
diketahui prevalensi dan keparahan dyspne
meningkat scara signifikan saat mendekati
kematian.
 Efusi pleura akibat keganasan dipastikan dengan adanya sel-sel
kanker pada ruang pleura. Efusi pleura akibat keganasan
metastatik berasal dari penyebaran langsung sel-sel ganas dari
tempat sekitar (seperti pada keganasan paru, payudara, dan
dinding dada), invasi dari vaskularisasi paru dengan embolisasi
dari sel-sel tumor ke pleura viseralis, atau metastasis jauh
hematogen dari tumor ke pleura parietalis. Begitu didapatkan
pada ruangan pleura, deposit tumor menyebar di sepanjang
membrane pleura parietalis dan menyumbat stomata limfatik yang
akan mengalirkan cairan intraleural (Haas et al., 2007)
DIAGNOSA DISPNEA
Pemeriksaan Fisik Dyspnea :
1. Anamnesa (Onset, faktor memperberat, respon terhadap pengobatan, intensitas sesakdan faktor
psikologis sepert cemas dan depresi)
2. Pemeriksaan fisik (TV, Auskultasi paru dan jantung, penggunaan otot bantu napas, peningkatan
tekanan vena jugularis, dan melakukan perkusi dada, ditemukan sianosis pada kuku, bibir dan
mukosa membran, perubahan status mental seperti gelisah, cemas, disorientasi dan bingung)
3. Alat ukur secara kuantitatif dan kualitatif seperti VAS , NRS dan Modified Borg Scale untuk
mengukur beratnya sesak napas saat latihan, Cancer Dyspnea scale, dan Cronic Respiratory
Questioner
4. Foto Thorax untuk menentukan apakah ada penumthorax, efusi pleursa dan pneumonia.
5. CT Scan paru jika dicurigai ada tumor atau keganasan.
MANAJEMEN DISPNEA
1. FAMAKOLOGIS
A. Opioid : pasien paliatif dgn dispnea. Toleransi tanpa depresi pernapasan. Diberikan subkutan dan
intravena dosis lebih kecil dibandingkan untuk nyeri.
B. Benzodiazepina : jika opiod kurang respon. Kombinasi dgn opioid untuk stadium advance dan dying.
Cth : Lorazepn dan midazolam.
C. Steroid : efektif untuk menangani dispnea akibat lymphangiosis carcinomatosa, radiation
pneumonitis, VCSS, komponen inflamasi, obstruksi saluran napas (kanker)

2. NON FARMAKOLOGIS
A. Terapi ini sebaiknya sebelum farmakologi. Edukasi pasien dan keluarga
B. Mendinginkan / menyejukkan wajah, membuka jendela, pakai kipas angin
C. Poisis yang sesuai (elevasi bagian atastubuh)
D. Latihan pernapasan
E. Latihan relaksasi membantu serangan panik ketika sesak napas dengan kontrol emosi
F. Oksigen saat hipoksemia
 Penatalaksanaan oksigenisasi berdasarkan kebutuhan oksigen tidal pasien yaitu 2-3 L/ menit,
kemudian bed rest total untulk mencegah sesak nafas yang semakin berat, pemberian IVFD
RL 10 gtt/menit dikarenakan pasien mengeluh jumlah makan yang berkurang untuk
menghindari dehidrasi. Racikan Salbutamol 0,5 mg/Metyl Prednisolon 1 mg/Cetirizine ½
tab/GG 1 tab  3 x 1 cap diberikan untuk mengurangi batuk dan sesak. Ceftriaxone 1 gr vial/
12 jam diberikan selama seminggu untuk evaluasi pasien, disamping itu menghindari efek
samping dari tindakan thorakosentesis.

 Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage), dikarenakan pasien didiagnosa efusi pleura
sehingga tidak cukup dilakukan hanya tindakan thorakosentesis perlu dilakukan tindakan
WSD. WSD dilakukan hingga terjadi undulasi yang berarti cairan sudah terbuang dan jarngan
paru sudah baik. Terakhir dilakukan Pleurodesis pada pasien (Qureshi et al., 2008).
Penelitian pada 252 pasien dengan catatan visit sebanyak 392 didapatkan hasil tingkat severitas dari tools ESAS, kecuali
constipation, dalam multivariabel analisis, pasien yang mengalami tiredness (overall effect: p=0.02), drowsiness (overall
effect: p=0.04), nausea (overall effect: p=0.02), or anxiety (overall effect: p=0.0006) menunjukkan gejala dypnea yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami gejala tersebut. (McKenzie, 2019)
DYSPNEA IN
ADVANCED
CANCER :
ASCO
GUIDELINE
PENGKAJIAN PASIEN KRITIS
 NAMA : Ny S
 TANGGAL LAHIR : 04 Februari 1952
 NO RM : 265670
 TANGGAL MRS : 13 Maret 2021
 PENGKAJIAN TANGGAL/PKL: 16 Maret 2021/ 13.00
 RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI:
 13 Maret 2021 Pasien ke Rawat Inap
 Pasien masuk ke masuk ke rawat inap untuk pesiapan operasi mastektomi + VC + diseksi Aksila
tanggal 15 Maret 2021. persiapan operasi meliputi konsul jantung, penyakit dalam dan anatesi.
Semua konsultan acc untuk dilakukan operasi dengan risiko sedang. Saat masuk pasien mengeluhkan
badan lemas, kesadaran Alert, Hemodinamik TD : 130/80 mmHG, N : 86 kali, RR : 2 x/mt S : 36,1
C.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMYA

Berdasarkan pengkajian assesmen pra operasi, pasien mengatakan ada benjolan di


payudara kanan 3 tahun yang lalu. Pasien juga menderita diabetes dan sudah
mengkonsumsi terapi Glimepirid. Diagnosa sekunder : TB Paru.
Saat pemeriksaan didapat pembesaran KGB di daerah aksila. Pasien direncanakan
operasi mastektomy dengan VC dan diseksi Aksila.
PERJALANAN PERAWATAN
16 Maret 2021 pindah ICU
 Ca mamae post masektomi Radikal Day 2 kesadaran alert , TD : 75/44 mmHg,. Pernapasan menggunakan
ventilator PSIMV 1 w/ 15 / +5 / 50% Saturasi 98%, Produksi Urine 0.7cc/kgbb/jam. Pro weaning
 Mulai terapi dobu 5 mic
 pcr 10/3/21 negatif
 thorax 26/2/21 lesi metastasis paru bilateral
 Pantau thorax tgl15/3/21

17 Maret  ICU
 Day 3, Kesadaran : alert, TD : 139/77 mmHg Respiratory Ventilator PSIMV 10 /12 /+5 / 25% sat 98%
 Urine 0.5cc/kgbb/jam, Pro weaning
 Terapi : Dobutamin 5 mic/ Mulai vascon 0.05 miv/kvbb/jam,
 pcr 10/3/21 negatif
 thorax 26/2/21 lesi metastasis paru bilateral
 thorax tgl15/3/21effusi pleura disertai segmental konsolidasi pada apikal paru kanan batas jantung kanan tdk dapat
dinilai diafragma kiri tidak tampak kelainan
18 Maret 2021  ICU
 Day 4, Kesadaran alert/bp stabil tanpa topangan, NRM 12 lpm sat 98%
 Urine 1,2cc/kgbb/jam
 rencana hari ini bronkotoilet
 pcr 10/3/21 negatif
 thorax 26/2/21 lesi metastasis paru bilateral
 thorax tgl17/3/21 tampak pengurangan segmental konsolidasi pada lobus superior kanan dan
pengurangan effusi pleura kanan.

19 Maret 2021  ICU


 Day 5, Kesadaran alert, bp stabil tanpa topangan, O2 nasal /. sat 98%
 Urine 0.68cc/kgbb/jam
 pcr 17/3/21 negatif
 Thorax tgl17/3/21 tampak pengurangan segmental konsolidasi pada lobus superior kanan dan
pengurangan effusi pleura kanan
20 Maret 2021  ICU
 Day 6, Kes alert/bp stabil tanpa topangan, O2 nasal 5L/m/. sat 98% produksi slem ada
 Urine 0.55cc/kgbb/jam
 pcr 17/3/21 negatif
 Thorax tgl17/3/21 tampak pengurangan segmental konsolidasi pada lobus superior kanan
dan pengurangan effusi pleura kanan

21 Maret 2021  ICU


 Day 7 Kesadaran : alert TV stabil tanpa topangan, O2 nrm 8L/m/. sat 98% produksi slem
ada
 Urine 0,60 cc/kgbb/jam
 pcr 17/3/21 negatif
 Thorax tgl17/3/21 tampak pengurangan segmental konsolidasi pada lobus superior kanan
dan pengurangan effusi pleura kanan
24 Maret  ICU
 Day 10 Kesadaran : Voice/ TD stabil dengan vascon 0.2mic/kgbb/mnt,dob 5
mic/kgbb/mnt,HR ST dg Cordaron 150 mg/24jam th Icunes 0.2mic/jam
 Pola nafas Psimv 15/16/+5/50%. sat 98% Produksi slem ada
 Urine 3.1 cc/kgbb/jam, lasix 5mg/jam, morpine 10 mg/24 jam
 pcr 22/3/21 negatif
 Thorax tgl17/3/21 tampak pengurangan segmental konsolidasi pada lobus superior kanan
dan pengurangan effusi pleura kanan
PENGKAJIAN 16 MARET 2021
PENGKAJIAN FISIK 3. NEUROLOGI
1. JALAN NAFAS DAN  Kesadaran Alert GCS E4M6V4,
PERNAFASAN  Pupil 2 / 3 mm
 Pasien sesak  Gelisah, bicara meracau tidak ada kejang saat
ini merespon koheren saat ditanya.
 Terpasang ventilator
 Tidak ada hemiparese
 Terdapat Slem pada tracheostomy, dilakukan
suction

2. SIRKULASI
 Tekanan darah 75/44 mmHg
 Nadi 95 x/mnt
 Capilary refill kurang dari 2 detik
 Edema tidak ada
4. PENCERNAAN 5. PERKEMIHAN
 Diit: Cair, 6 x 100 kkal Feeding tube  BAK Kateter
dengan NGT
 Warna urin kuning
 Parenteral Nutrisi : smoft Kabiven
 Distensi tidak ada
1000 kkal per 24 jam
 BAB spontan
7. KENYAMANAN
 Keluhan nyeri
6. INTEGUMENT DAN
MUSCULOSKELETAL
 Turgor kulit kering
 Dekubitus tidak ada
 Fraktur tidak ada
 Pasien masih di bedrestkan
8. KESELAMATAN 9. STATUS FUNGSIONAL
 Skor bartel (ketergantungan total)

 Skala morse 55 (resiko tinggi)


 Riwayat alergi tidak ada 10. KEBUTUHAN EDUKASI
 Pasien terpasang restrain  Perawatan di rumah
 Gelang identitas ada  Mobilisasi yang aman / Pencegahan Risiko Jatuh
 Manajemen nyeri
SOCIAL, EKONOMI,
PSIKOLOGIS SPIRITUAL DAN BUDAYA
 Keluarga sudah siap
dengan kondisi terburuk  Hubungan dengan anggota
pasien keluarga baik
 Tinggal serumah dengan
keluarga
 Tidak ada program pengobatan
yang bertentangan dengan
budaya
 Tidak ada kebutuhan privasi
khusus
Analisa Data
FOKUS DATA DIAGOSA KEPERAWATAN
S : Tidak ada komunikasi verbal Pola Napas Tidak Efektif
O : Terpasang ventilator, pola napas masih diatur oleh mesin.

S : Meracau Gangguan Pertukaran Gas


O : Tanda vital belum stabil. Support inotropik

S : tidak ada komunikasi verbal Bersihan Jalan Napas tidak efektif


O : Terdapat slem , dilakukan suction
1

2
3
Referensi
1. ParshallMB,SchwartzsteinRM,AdamsL,etal:AnofficialAmericanThoracicSocietystatement:Updateonthemechanisms,assessment,andmanagement of dyspnea. Am
J Respir Crit Care Med 185:435-452, 2012 2.
2. SolanoJP,GomesB,HigginsonIJ:Acomparisonofsymptomprevalenceinfaradvancedcancer,AIDS,heartdisease,chronicobstructivepulmonarydisease and renal
disease. J Pain Symptom Manage 31:58-69, 2006
3. Reddy SK, Parsons HA, Elsayem A, et al: Characteristics and correlates of dyspnea in patients with advanced cancer. J Palliat Med 12:29-36, 2009
4. Cuervo Pinna MA, Mota Vargas R, Redondo Moralo MJ, et al: Dyspnea: A bad prognosis symptom at the end of life. Am J Hosp Palliat Care 26:89-97, 2009
5. Symptom correlates of dyspnea in advanced cancer patients using the Edmonton Symptom Assessment System
6. Erin McKenzie1 & Liying Zhang1 & Stephanie Chan1 & Pearl Zaki1 & Yasmeen Razvi1 & May Tsao1 & Elizabeth Barnes1 & Leah Drost1 & Caitlin Yee1 &
Matthew Hwang1 & Carlo DeAngelis1 & Edward Chow1Received: 5 June 2018/Accepted: 28 March 2019 # Springer-Verlag GmbH Germany, part of Springer
Nature 2019airlangga Univerity
7. Sudarsa, Wayan, ; Perawatan Komprehensif Paliatif , 2020
8. Cowcher K, Hanks GW. Long-term management of respira- tory symptoms in advanced cancer. J Pain Sympt Manage
9. Twycross RG, Lack SA. Therapeutics in terminal cancer. Lon- don:Pitman, 1984;6:109-21.
10. Cohen MG, Johnston-Anderson A, Krasnow SH, Wadleigh RG. Treatment of intractable dyspnea: clinical and ethical issues. Cancer Invest 1992; 10(4):317-21.
11. Storey P. Symptom control in advanced cancer. Semin Oncol 1990; 5:320-30. 2. 3. 4. 1994;21(6):748-53. 5.
12. Walsh D. Dyspnoea in advanced cancer. Lancet 1993; 6.
13. Reuben DB, Mor V. Dyspnea in terminally ill cancer patients. Chest 1986;89:234-6. 7.
14. Heyes Moore L. Respiratory symptoms. In: Saunders C, edi- tor. The management of terminal malignant disease. 2nd edition. London:Edward Arnold,
1984:113-8. 8.
15. Forster L, Lynn J. Predicting life span for applicants to inpa- tient hospice. Arch Intern Med 1988; 148:2540-3. 9.
16. Parkes CM. Accuracy of predictions of survival in later stages of cancer. BMJ 1972;2:29-31. 10.
17. Reuben DB, Mor V, Hiris J. Clinical symptoms and length of survival in patients with terminal cancer. Arch Intern Med 11.
18. Schonwetter RS, Teasdale TA, Storey P, Luchi RJ. Estimation of survival time in terminal cancer patients: an impedance to hospice admissions? Hospice J 1990;
6(4):65-79.
TERIMA KASIH

THANK YOU
MERCY
BOUKU

Anda mungkin juga menyukai