Tri Kadarwati (1995: 14) menjelaskan bahwa pada masa-masa sebelum awal abad ke-20, administrasi negara masih merupakan bagian dari studi pemerintahan, artinya belum menjadi disiplin ilmu dan objek kajian. Pada tahun 1947, administrasi perbandingan mulai dipelajari, tetapi masih merupakan bagian dari ilmu pemerintahan. Kajian perbandingan administrasi terus dilakukan para ilmuwan sehingga perbandingan administrasi menampakkan diri sebagai salah satu disiplin ilmu yang patut dikembangkan perguruan Penelitian tentang administrasi di berbagai negara ikut menguatkan keberadaan ilmu administrasi negara. Hanya, karena ilmu perbandingan administrasi masih merupakan bagian dari ilmu pemerintahan, kemunculan ilmu ini terhambat. Bahwa menurut Sondang P. Siagian (1990: 23), tahun 1886 adalah tahun lahirnya gerakan scientific management yang dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor, dan pada tahun itulah ilmu administrasi muncul. Ilmu administrasi semakin hidup dan berkembang, dan puncaknya terjadi pada tahun 1920. Pada tahun 1920, menurut Roscoe C. Martin, Sementara, menurut Bintoro Tjokroamidjojo, perkembangan ilmu administrasi diperkuat dengan terbitnya salah satu buku administrasi pertama, yang ditulis pada tahun 1926 dan tahun 1927. William Anderson dan John M. Gaus berpendapat bahwa sampai akhir tahun 1945, administrasi negara masih merupakan studi yang bersifat Amerika. Artinya, negara Amerika menjadi simbol kebudayaan terkuat dalam sistem administrasi negara, sehingga studi administrasi negara tidak dapat melepaskan diri dari kebudayaan Amerika atau culture bond, dan dikatakan sebagai studi kebudayaan Barat. Dari perjalanan dan perkembangan ilmu administrasi negara tersebut, Tri Kadarwati berpandangan bahwa dalam masa kurang lebih 60 tahun (yaitu, sejak tahun 1886 sampai dengan tahun 1945), administrasi negara belum mencapai tingkat perkembangan yang dapat Tahap-tahap perkembangan ilmu administrasi negara dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap perhatian terhadap masalah-masalah administrasi negara yang berada dalam lingkup ilmu pemerintahan; 2. Tahap penelitian masalah yang dihadapi oleh para birokrat bekerja sama dengan peneliti; 3.Tahap kesadaran para ilmuwan untuk melakukan penelitian administrasi negara; 4.Tahap pengkajian konsep-konsep administrasi negara; 5. Tahap perumusan teori administrasi negara. 6.Tahap eksperimen ke dalam kehidupan empiris pemerintahan dan negara 7. Tahap keajegan ilmu administrasi; 8.Tahap pengembangan pendekatan ilmu administrasi; 9. Tahap digunakannya ilmu perbandingan administrasi; 10.Tahap ilmu perbandingan administrasi negara sebagai disiplin ilmu. Untuk ciri-ciri ilmu perbandingan administrasi sebagai disiplin ilmu adalah: a. Memiliki konsep-konsep ilmu yang kebenarannya universal; b. Dapat diteliti secara ilmiah; c. Dapat diterapkan dalam kehidupan; d. Dapat diuji validitasnya; e. Dapat dikembangkan dengan pendekatan dialektik; f. Dapat digeneralisasi; g. Objektif; Sebagai suatu disiplin ilmu, perbandingan administrasi negara juga dipandang sebagai metode yang tepat untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem administrasi di berbagai negara, sehingga negara-negara yang menginginkan perbaikan di bidang pengelolaan administrasi negaranya melakukan perbandingan antarnegara dan Misalnya, Cina dan Korea yang belajar pada Jepang dari perkembangan teknologi otomotifnya, bagaimana sistem pengelolaan administrasinya sehingga Jepang selalu terdepan dalam teknologi otomotif ? Cina dan Korea terus mengembangkan Adapun Objek kajian perbandingan administrasi negara mencakup hal-hal berikut: 1. Administrasi tingkat daerah provinsi; 2. Administrasi tingkat kabupaten dan kota; 3. Administrasi tingkat pusat; 4. Administrasi negara tingkat nasional 5. Administrasi negara tingkat regional; 6. Administrasi negara tingkat internasional; 7. Administrasi negara di negara-negara Asia Tenggara; Bahwa ilmu administrasi negara adalah cabang dari ilmu administrasi, sedangkan ilmu administrasi adalah cabang dari ilmu-ilmu sosial. Bagaimana dengan ilmu perbandingan administrasi negara? Ilmu perbandingan administrasi negara merupakan cabang dari ilmu administrasi negara. Secara sistematis adalah sebagai berikut : 1. Ilmu-ilmu sosial (sebagai disiplin ilmu); 2. Ilmu administrasi (sebagai cabang); 3. Ilmu administrasi negara (sebagai ranting); 4. Ilmu perbandingan administrasi negara (sebagai daun). Dengan demikian Ilmu perbandingan administrasi negara dipandang sebagai daun, artinya hanya merupakan salah satu dari pendekatan yang digunakan dalam mempelajari dan mengkaji administrasi negara. Apabila pendekatan yang diterapkan menghasilkan suatu ilmu baru, hasil penelitian dan pendekatan tersebut dapat dinyatakan sebagai Adapun perbandingan administrasi negara adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam ilmu administrasi negara. Pendekatan yang diterapkan dalam perbandingan administrasi negara adalah: 1. Pendekatan filosofis; 2. Pendekatan politis; 3. Pendekatan sistemik; 4. Pendekatan administratif dan konstitusi; 5. Pendekatan nomotetis dan ideografik; 6. Pendekatan ekologis; Ketujuh pendekatan tersebut bersifat integral, yaitu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, meskipun dalam melakukan kajiannya, digunakan secara parsial. Misalnya, administrasi negara- negara Barat dibandingkan dengan administrasi negara-negara Timur dengan pendekatan filsafat. Kajiannya diarahkan pada upaya menjawab hakikat, sumber, dan tujuan diterapkannya sistem administrasi negara, baik oleh dunia Barat maupun Timur. Akan tetapi, pendekatan filsafat juga dapat dikaitkan dengan pendekatan lainnya, mengingat satu sama lain Secara filosofis, negara-negara Barat menganut paham ideologis tersendiri dalam mengembangkan sistem administrasi negaranya. Amerika Serikat, Prancis, dan Jepang berpegang pada ideologi liberalisme, Uni Soviet berdasarkan komunisme, Yordania berdasarkan Islam, dan Indonesia berdasarkan Pancasila. Liberalisme adalah salah satu paham ideologis yang banyak diterapkan di negara-negara Barat. Paham liberalisme berpegang pada prinsip-prinsip berikut: 1. Kebebasan/kemerdekaan warga negara; 2. Kebebasan pajak dalam arti tidak ada pajak tanpa undang-undang; 3. Kebebasan individu dalam arti setiap orang mempunyai kebebasan berpikir 4. Kebebasan sosial; 5. Kebebasan ekonomi; 6. Kebebaasan keluarga; 7. Kebebasan nasional, ras, dan daerah; 8. Kebebasan internasional; 9. Kebebasan politik dan kedaulatan rakyat; 10. Kebebasan kebudayaan; 11. Kebebasan ideologis; 12. Kebebasan keyakinan atas agama; 13.Kebebasan memperoleh rasa aman, misalnya memiliki senjata api; 14. Kebebasan menerima hak-hak asasi manusia yang paling fundamental. Bahwa liberalisme berjuang merebut dan meraih kebebasan hakikinya yang merupakan hak-hak asasi manusia. Bagi negara-negara Barat, seperti Amerika, semua tindakan pemerintah didasarkan pada makna kebebasan kemanusiaan. Barac Obama misalnya, sebagai presiden Amerika Serikat (USA) yang berasal dari kulit hitam merupakan pertanda bahwa Liberalisme politik diterapkan dan dibuktikan pada penyelenggaraan negara. Demikian pula dengan tujuan administrasi negara, yaitu keamanan dan ketertiban dalam negeri, keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan kemerdekaan individu yang menyatu dengan paham liberalisme. Negara-negara Barat menjadikan liberalisme sebagai tolok ukur kebenaran. Oleh karena itu, negara mana pun yang terinjak-injak kemerdekaannya, Barat, seperti Amerika akan berteriak membantu atas nama hak asasi manusia dan kebebasan. Mereka tidak akan memandang aman, tertib, adil, dan sejahtera terhadap negara-negara yang Mereka akan berusaha turut campur, baik melalui saluran diplomasi maupun saluran lainnya. Kegiatan administrasi negara Amerika Serikat bukan hanya bersifat nasional, melainkan juga bersifat internasional, yaitu mengusahakan tegaknya hakhak asasi manusia di negara-negara lain, baik yang sedang berkembang maupun sudah mulai berbuah. Bahwa liberalisme yang diterapkan dalam administrasi negara Amerika Serikat tidak turut campur dalam persoalan keyakinan agama warga negara. Persoalan agama diserahkan kepada masing-masing individu atau kepada masyarakat. Tidak ada pendidikan agama yang dilakukan oleh administrasi negara. Agama adalah persoalan masyarakat. Keyakinan kepada Tuhan, ajaran agama, dan paham-paham yang dibentuk oleh filsafat tidak diurus oleh negara, tetapi secara terbuka diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Berbeda dengan negara komunis, sebagaimana diuraikan dalam buku Das Kapital, Manifesto, dan on Religion karya Marx dan Engel dan Soviet State Law karya Krijlov. Dalam komunisme, semua hak milik atas alat-alat produksi (seperti tanah, modal, uang, dan sebagainya) dihapuskan. Semua alat-alat produksi, transportasi, komunikasi, dan bank disentralisasi dalam tangan negara. Kebebasan individu dan hak-hak asasi manusia tidak diakui, dan agama harus dilenyapkan. Hukum-hukum tradisional, nasional, dan internasional harus diubah dengan hukum-hukum atau aturan-aturan baru berdasarkan ajaran komunis. Kaum buruh sedunia harus dipersatukan (bersifat internasional). Sistem pemerintahan komunis menggunakan sistem diktator proletariat. Administrasi negara komunis berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut. Misalnya, administrasi negara Uni Soviet di bawah pimpinan Lenin, Stalin, dan penerusnya mengusahakan lenyapnya hak milik individu atas alat- alat produksi, transportasi, komunikasi, bank, dan sebagainya serta mengalihkannya ke tangan pemerintah, Negara komunis mencoba melenyapkan agama yang dilakukan dengan kekuasaan sebagai pencerminan diktator proletariat yang berpusat pada satu tangan. Oleh karena itu, hak-hak asasi manusia tidak ada sama sekali. Tujuan administrasi negara komunis adalah negara yang aman, tertib, adil, sejahtera, yang hanya akan terwujud apabila hak milik perseorangan sudah tidak ada, agama sudah lenyap, hak asasi manusia sudah binasa, dan hukum-hukum baru menggantikan hukum-hukum lama, Ajaran komunis yang bersifat internasional berusaha melaksanakannya, baik terhadap negara yang sudah berkembang maupun yang sedang berkembang, baik dengan cara subversi maupun secara legal. Usaha ini lebih banyak ditujukan terhadap negara-negara yang sedang berkembang. Asia, Afrika, dan Amerika Latin menjadi sasaran utama kegiatan administrasi negara komunisme. Indonesia pernah mengalami hal tersebut dengan adanya Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. .