Difusi Atomik

Mengetahui mekanisme difusi atomik

 Pengantar
• Case hardening is a technique by which both surface
hardness and fatigue life are enhanced for steel alloys.
• This is accomplished by a carburizing or nitriding.
• Process whereby a component is exposed to a
carbonaceous or nitrogenous atmosphere at anelevated
temperature.
• A carbon- or nitrogen-rich outer surface layer (or “case”)
is introduced by atomic diffusion from the gaseous phase.
• The case is normally on the order of 1 mm deep and is
harder than the inner core of material.
Influence of Carbon vs Properties steels
Problem Industri
Banyak komponen yang berputar atau sliding
Seperti “ Poros, Gear” yang musti keras
dibagian permukaannya dan tahan aus,
sedangkan bagian dalamnya liat.

Proses untuk mengeraskan bagian

permukaan disebut dengan “Case
hardening” atau Gas Carburizing
 Carburizing – Pada Baja
• Untuk baja dengan kandungan karbon (C) 0,10 s.d
0,25 %.
• Mekanisme “carburizing atau case hardening”, dapat
dilakukan dengan mekanisme “Diffusion atomik”.
• Parts are packed in a high carbon medium such as
carbon powder or cast iron shavings and heated in a
furnace for 12 to 72 hours at 900 ºC.
• At this temperature CO gas is produced which is a
strong reducing agent
Pack-carburizing
Gas - Carburizing
Nitriding –Processes
 Pengertian Difusi Atomik
• Perpindahan atomic material ke material lain.
 Mekanisme difusi pada logam yang berbeda
disebut dengan difusi kopel (deffusion couple)-
Terjadi pada temperatur tinggi mendekati
Temperatur Melting material.
 Terjadi mekanisme migrasi atom dari logam
yang memiliki konsentrasi tinggi ke logam yang
konsentrasinya rendah.
 FENOMENA DIFUSI
• Interdiffusion: pd suatu paduan atau “diffusion couple”, atom-atom
cenderung utk migrasi dari daerah konsentrasi tinggi ke rendah
Initially (diffusion couple) After some time

Adapted from
Figs. 5.1 and
5.2, Callister
6e.

Cu Ni
100% 100%

0 0
Concentration Profiles Concentration Profiles
 FENOMENA DIFUSI
• Self-diffusion: Dalam suatu material padat non-paduan,
atom-atom jg punya tendensi utk migrasi.

Label some atoms After some time

C
C
A D
A
D
B
B
 MEKANISME DIFUSI
Difusi pd skala atomik merupakan migrasi atom-atom dari suatu kisi
kristal ke kisi lainnya

Kondisi terjadinya difusi:

• ada kekosongan atom pada suatu kisi
• atom hrs mempunyai energy yg cukup utk memutus ikatan atomik dg
atom-atom terdekatnya dan berpindah ke kisi kristal lain(“activation”
energy)
Semakin tinggi temperatur, semakin besar kemungkinan atom akan memiliki energi
utk migrasi  shg, laju difusi meningkat seiring kenaikan temperatur

Terjadinya difusi atomik melalui 2 mekanisme:

• substitutional (through vacancies)

• interstitial
 MEKANISME DIFUSI
Substitutional Diffusion:
• pertukaran atom dg vacancy
• laju difusi dipengaruhi oleh:
-- jumlah vacancies
-- temperatur
-- activation energy yg dibutuhkan utk migrasi

increasing elapsed time

 DIFUSI INTERSTISIAL
• Lebih cepat lajunya dibanding difusi substitusi
Krn:
-Atom interstitial lebih kecil, activation energy lbh kecil
-Ketersediaan celah interstisial lebih banyak , jml vacancy lebih banyak
 APLIKASI DIFUSI

Fig. 5.0,
• Case Hardening: Callister 6e.
(Fig. 5.0 is
-- contoh difusi interstisi. courtesy of
Surface
-- atom carbon berdifusi ke dalam Division,
permukaan baja Midland-
Ross.)

• Hasilnya: "Case"
--tahan thd deformasi: Atom C
“mengunci" bidang2 kristal shg sulit
bergeser.
 DIFFUSION FLUX
• Flux: jml material/atom yg melewati suatu area per satuan waktu
Flux, J = DM/(A Dt)

1 dM  kg  atoms  x-direction
J   or  
A dt 2 2
m s   m s 
Unit area A
through
which
atoms
move.
 CONCENTRATION PROFILES & FLUX
• Concentration Profile, C(x): [kg/m3]
Cu flux Ni flux

Concentration Concentration
of Cu [kg/m 3 ] of Ni [kg/m 3 ]

Position, x
• Fick's First Law:
Diffusion coefficient [m 2 /s]
flux in x-dir.
[kg/m 2 -s] dC
Jx  D concentration
dx gradient [kg/m 4 ]

• Semakin curam profil konsentrasi, Flux akan semakin tinggi!

 Diffusion coefficient [m 2 /s]
flux in x-dir.
[kg/m 2 -s] dC
Jx  D concentration
dx gradient [kg/m 4 ]
 EX: NON STEADY STATE DIFFUSION
• atom Cu berdifusi ke dlm batangan Al.
Surface conc.,
C s of Cu atoms bar
pre-existing conc., C o of copper atoms
C( x,t)
Cs

t3 Adapted from
t2 Fig. 5.5, Callister

t t1 6e.

Co o
position, x
• General solution: C(x, t )  C o   x 
1  erf  
2 Dt 
Cs  Co
"error function"
Values calibrated in Table 5.1, Callister 6e.
NONSTEADY-STATE DIFFUSION
Fick’s second law,
 Mampu Keras (Hardenability)

• Mampu keras adalah kedalaman kekarasan

baja untuk mampu dikeraskan, setelah
pendinginan cepat atau quenching.
Faktor mampu keras
1. Komposisi kimia dari baja,
2. Ukuran butir austenit,
3. Struktur dari baja sebelum quenching.
Jominy Method
 Precipitation Hardening
• Presipitasi hardening adalah proses heat
treatment untuk menghasilkan partikel fasa
kedua, yang terdespersi pada pada matrik
(precipitation hardening atau age hardening).
• Beberapa logam yang dapat dilakukuan
penguatan presipitation hardening antara
lain , aluminum-copper ; copper-beryllium,
copper-tin; dan aluminum-magnesium