Anda di halaman 1dari 17

MATEMATIKA DISKRIT

OLEH : LELAH., S.T., M.KOM.


Ekuivalen
•  Dua kalimat disebut ekuivalen (secara logika) bila dan hanya bila
keduanya memiliki nilai kebenaran yang sama untuk semua substitusi
nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya.
• Jika p dan q kalimat-kalimat yang ekuivalnsi, maka ditulis p
Contoh
•  Tentukan apakah pasangan kalimat-kalimat di bawah ini ekuivalen !
a. ¬(¬p) dengan p
b. ¬(pq) dengan ¬p ¬q
c. P
Penyelesaian :
Tabel kebenaran dapat digunakan untuk menyelidiki apakah kalimat
ekuivalen.
•a.  Tabel kebenaran untuk ekspresi ¬ (¬p) dan p
p ¬p ¬(¬p)
T F T
F T F

Tampak bahwa untuk tisp-tiap baris, kolom p dan ¬ (¬p) memiliki nilai
kebenaran yang sama (jika p bernilai T, maka ¬ (¬p) bernilai T juga,
dan jika p bernilai F, maka ¬ (¬p) bernilai F juga.
Kesimpulan ¬ (¬p) p
Hukum Equivalnsi Logika disajikan dalam
daftar di bawah ini !
• 
1. Hukum Komutatif : p p pvq qvp
2. Hukum Asosiatif : ( p q ) r p
(p v q) v r p v (q v r)
3. Hukum distributive : (p (q V r)  (p q) V ( p r)
p v (q p V (q r)  (p v q) (p v r)
4. Hukum Identitas : p T p pvFp
5. Huku Ikatan :pVTT p FF
6. Hukum Negasi : p V ¬p  T p ¬p  F
7. Hukum Negasi Ganda : ¬ (¬p)  p
8. Hukum Idempoten : p p  p pVpp
9. Hukum Demorgan : ¬ (p q)  ¬pV¬q
: ¬ (p V q)  ¬p ¬q
10. Hukum Absorbsi : p v ( p q )  p p (p V q)  p
11. Negasi T dan F : ~ T F ~F  T
Contoh
•  Sederhanakan bentuk ¬(¬p q) (p v q)
penyelesaian :
¬(¬p) v ¬q) I (pv q)
¬(¬p)v¬q) (pvq) (hukum de morgan)
(pv¬q) (pvq) (hukum negasi ganda)
Pv(¬q q) (hukum distributive)
P v F (hokum negasi)
P (hokum identitas)
Jadi, (¬(¬p q) (pvq)) p
Dalam membuktikan ekuivalensi p  q ada 3
cara
• P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hokum-hokum yang ada sehingga
akhirnya didapat q
• q diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hokum-hukun yang ada) sehingga
akhirnya didapat p
• p dan q masing-masing diturunkan secara terpisah sehingga (dengan menggunakan
hokum-hokum yang ada) sehingga akhirnya sama-sama didapat r.
Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks yang diturunkan ke bentuk
yang lebih sederhana. Jadi, bila P lebih kompleks dari q, maka aturan (1) yang dilakukan.
Sebaiknya, jika q lebih kompleks dari p, maka aturan (2) yang digunakan. Aturan (3)
digunakan jika baik p maupun q sama-sama cukup kompleks.
Contoh :
•  Buktikan ekuivalensi kalimat di bawah ini tanpa menggunakan table
kebenaran
a. ¬(¬p q) (p V q)  p
b. ¬(p v ¬q) V (¬ p q)  ~p
c. ¬(( p q) V (¬p ¬ q) ) V (p q)  p
d. (p (¬ (¬p V q))) V (p q)  p
Tautologi dan Kontradiksi
• Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar
(T), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing masing
kalimat penyusunnya.
• Kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah
(F), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing.
Apabila suatu kalimat tautology diturunkan lewat hokum-hokum yang
ada, maka pada akhirnya akan dihasilkan T. Sebaliknya kontradiksi akan
selalu menghasilkan F.
Jadi :
•  Dalam table kebenaran kalimat tautologi => T pada semua barisnya
• Sedangkan kalimat Kontradiksi => F pada semua barisnya
Contoh :
Tunjukan bahwa kalimat-kalimat di bawah ini Tautologi dengan
menggunakan table kebenaran
a. (p q) => q
b. q => (p V q)
Penyelesaian :
 a. Tabel kebenaran implikasi (p q) => q tampak pada table 1
Tabel 1

p Q pq (p
T T T T
TT FF FF TT
F T F T
F T F T
F F F T
F F F T

 Oleh karena semua baris pada kolom (p q) => q bernilai T maka (p q) => q merupakan tautologi
b. Tabel kebenaran implikasi q => (pvq) tampak pada table 2
Tabel 2

p Q pvq q=>(pvq)
T T T T
T F T T
F T T T
F F F T

Oleh karena semua baris pada kolom q => (pvq) bernilai T, maka q => (pvq) merupakan tautologi.

Kesatuan dari 2 buah kalimat ekuivalen p dan q yang dihubungkan dengan  selalu merupakan tautology karena jika p  q, maka p dan q selalu memiliki nilia kebenaran
yang sama. Jika p dan q memiliki nilai kebenaran yang sama, maka p q selalu akan bernilai benar.
Contoh
• 
Tunjukan bahwa (p=> q)  (¬q=>¬p) merupakan suatu tautologi.
Penyelesaian :
(p=> q)  (¬q=>¬p)
 ((p=>q)=> (¬q=>¬p)) ((¬q=>¬p)=>(p=>q) (definisi bi implikasi)
 ((¬pvq)=>(qv¬p)) ((qv ¬p)) ((qv¬p)=> (¬pvq)) transformasi dari => ke v)
 (¬(¬pvq)v(qv¬p)) (qv ¬p) v (¬pvq)) (transformasi dari => ke v
 ((p q)v(qv¬p)) ((q ¬p) v (¬pvq)) (hukum de morgan)
 ((p q)v(qv¬p)) ((p q) v (qv ¬p)) (hukum komutatif)
 (p q)v(qv¬p) (hukum idempotent)
 ¬ (¬pvq)v (qv ¬p) (hukum de morgan)
 (¬(¬pvq)v (¬pvq) (hukum komutatif)
 ¬rvr dengan r adalah ¬p v q
T (hukum ikatan)

Oleh karena (p=> q)  (¬q=>¬p) dapat diturunkan menjadi T (true) maka terbukti bahwa (p=> q)  (¬q=>¬p)
merupakan suatu tautologi
Konvers, Invers dan Kontraposisi
•  Misal diketahui implikasi p q
• Konversnya adalah q p
• Inversnya adalah ~p ~ q
• Kontraposisinya adalah ~q ~ p
Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu
implikasi selalu ekuvalen dengan kontraposisinya. Akan tetapi tidak
demikian dengan invers dan konvers. Suatu imlikasu tidak selalu
ekuivalen dengan invers ataupun konversnya.
• Hal
  ini dapat dilihat pada table kebenaran berikut ini !
p q ~p ~q P q q p ~p ~ q ~q ~p
T T F F T T T T
T F F T F T T F
F T T F T F F T
F F T T T T T T

Dari table di atas dapat dilihat bahwa nilai kebenaran kolom p q selalu sama
dengan kebenaran kolom ~q ~p (kontraposisi), tetapi tidak selalu sama dengan
kolom q p (konvers) maupun kolom ~p ~q (invers)

disimpulkan bahwa (p q) (~q ~p ) atau (p q) (~q ~p) merupakan suatu tautologi


Contoh :
Apakah konvers, invers dan kontraposisi kalimat di bawah ini ?
a. Jika A merupakan suatu bujur sangkar, maka A merupakan suatu
empat persegi panjang.
b. Jika n adalah bilangan prima >2, maka n adalah bilangan ganjil.
Penyelesaian :
c. Konvers : jika A merupakan empat persegi panjang, maka A adalah
suatu bujur sangkar.
d. Jika A bukan merupakan bujursangkar, maka A bukan empat persegi
panjang.
e. Kontraposisi : jika A bukan empat persegi panjang, maka A bukan
bujur sangkar.
Tampak bahwa konvers tidak selalu benar Karen persegi panjang belum tentu merupakan suatu
bujursangkar. Demikian juga invers. Jika A bukan bujursangkar. Demikian juga invers. Jika A bukan
bujursangkar, maka A mungkin saja merupakan empat persegi panjang.

Sebaliknya, kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula (dalam hal ini bernilai benar).

b. Konvers : jika n adalah bilangan ganjil, maka n adalah bilangan prima >2

Invers : jika n bukan bilangan prima >2, maka n bukan bilangan ganjinl.

Kontraposisi : jika n bukan bilangan ganjil, maka n bukan bilangan prima >2

Sama seperti contoh a, konvers, dan invers implikasi mula-mula tidak selalu bernilai benar.

Konvers salah. Misalkan n=9 (ganjil), tetapi n bukan bilangan prima >2

Invers juga salah. Misalkan n = 9 (bukan bilangan prima >2) tetapi n merupakan bilangan ganjil.

Sebaliknya, kontraposisi selalu bernilai sama dengan implikasi mula-mula.

Anda mungkin juga menyukai