Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ORIENTASI

CPNS KEMENKES
FORMASI TAHUN 2019
Arif Rahmat Kurnia, S.Gz., M.P.H.
NIP. 199202232020121004
Febrina Suci Hati, SST., MPH
NIP. 198502172020122006
Sekilas Profil Bapelkes Semarang
Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Semarang adalah UPT eselon IIIa Kementerian

“ Kesehatan RI yang bergerak dalam bidang Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan.


Bapelkes Semarang dahulu bernama Bapelkes Salaman, yang perubahannya ditetapkan
berdasarkan PMK Nomor 2361/Menkes/Per/XI/2011 tanggal 22 November 2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelatihan
Kesehatan. Bapelkes Semarang memiliki visi: Menjadi Lembaga Diklat
Percontohan, Berstandar Nasional, Terpercaya dan Pilihan Utama.

Your Picture Here

Logo
Bapelkes Semarang
Susunan Pendahuluan

Presentasi Memberikan gambaran umum tentang orientasi dan pelaporannya

BPPSDMK
Memberikan penjelasan mengenai permasalahan, analisa,
kesimpulan, dan saran selama masa orientasi dari BPPSDMK

Bapelkes Semarang
Memberikan penjelasan mengenai permasalahan, analisa,
kesimpulan, dan saran selama masa orientasi dari Bapelkes
Semarang.

Seksi Pelatihan Teknis Kesehatan


Seksi Pelatihan Manajemen dan Teknis Non Kesehatan
Memberikan penjelasan mengenai permasalahan, analisa,
kesimpulan, dan saran selama masa orientasi kerja dari Seksi
Pelatihan Teknis Kesehatan dan Seksi Pelatihan Manajemen dan
Teknis Non Kesehatan.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
 Orientasi dilakukan mulai tanggal 4 Januari 2021 – 5 Februari 2021.
 Pelaksanaan orientasi dilaksanakan selama 1 bulan, dengan 2 minggu pertama di
Kampus 1 Bapelkes Semarang dan 3 minggu kedua di Kampus 2 Bapelkes
Semarang.
 CPNS melaksanakan rotasi ke bagian-bagian yang ada di Bapelkes Semarang,
diawali dari Sub Bagian Tata Usaha (Sub Bagian Administrasi Umum), Seksi
Pelatihan Teknis Kesehatan, Seksi Pelatihan Fungsional, Seksi Pelatihan
Manajemen dan Teknis Non-Kesehatan, dan Kelompok Widyaiswara.
 Pelaksanaan orientasi dan pelaporan dilaksanakan berdasarkan Panduan Orientasi
CPNS 2021 yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK)
TIMELINE ORIENTASI
Akhir Orientasi Akhir Orientasi
Kampus 1 Kampus 2
Orientasi di lakukan Orientasi kerja
mulai dari orientasi dilakukan di semua
gedung, lingkungan seksi dan diakhiri di
kerja, diakhiri di Seksi Pelatihan
Seksi Pelatihan Fungsional.

4 Jan 15 Jan 18 Jan 5 Feb


Teknis

Orientasi dimulai Orientasi diawali


dengan mengikuti dengan berkeliling
Apel Rutin Bapelkes kampus 2 dan
Semarang dan pengarahan
Pengarahan dari kepegawaian.
BPPSDMK
Pembukaan Awal Orientasi
Orientasi Kampus 2
TUJUAN
1. Mempersiapkan CPNS untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara profesional
pada Satuan Kerja di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan.
2. Memperluas wawasan dan pengalaman CPNS mengenai penyelenggaraan tugas
utama tiap jabatan di masing-masing Satuan Kerja.
BPPSDMK
Orientasi Program BPPSDMK
DASAR PERUMUSAN
MASALAH
 Permasalahan terkait dengan orientasi pada program BPPSDMK didapatkan ketika
penulis mengikuti kegiatan Zoom Meeting yang diselenggarakan oleh BPPSDMK.
 Kegiatan Zoom Meeting diselenggarakan dua kali, yaitu pada hari Senin, 4 Januari
2021 tentang Organisasi BPPSDMK dan hari Rabu, 13 Januari 2021 yang
menjelaskan tentang Pembekalan Materi Manajemen PNS.
 Rapat terkait pengolahan data sehingga turut memperkaya khazanah tentang proses
kerja dari BPPSDMK
PERMASALAHAN
1. Adanya kesulitan bagi ASN untuk mempraktikkan nilai-nilai SMART ASN.
2. Perlunya peningkatan kemampuan ASN untuk mendukung pemerintah dalam
mencapai World Class Government 2024.
3. Munculnya perubahan pola dan perilaku kerja akibat pandemi COVID-19.
4. Masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan terhadap disiplin ASN.
5. Belum terstandarnya fasilitas pelatihan di daerah, sehingga memberikan kesulitan
dalam melakukan pelatihan daring.
6. Adanya rencana dari BPPSDMK untuk menjadi sebuah Corporate University.
ANALISA PERMASALAHAN (1)
Permasalahan 1 – 4 muncul dikarenakan akar masalah yang sama, yaitu transformasi
digital yang secara cepat mengubah cara-cara seseorang menyelesaikan sebuah
permasalahan.
Saat ini seseorang tidak perlu hadir secara fisik, permasalahan yang muncul dapat
diselesaikan secara daring dengan peralatan yang telah tersedia.
Pemerintah menargetkan adanya World Class Government 2024 sehingga diperlukan
ASN yang sesuai, yaitu mereka yang memiliki nilai-nilai SMART ASN. Nilai-nilai
tersebut adalah integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT &
bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Pola kerja daring memerlukan komitmen dari ASN untuk memenuhi tanggung
jawab dan menyelesaikan tugas-tugasnya.
ANALISA PERMASALAHAN (2)
Permasalahan 5 disebabkan karena adanya ketimpangan pembangunan infrastruktur,
fasilitas, dan anggaran yang ada di beberapa daerah. Padahal kebutuhan akan
pelatihan daring terus meningkat
Permasalahan 6 merupakan target dari BPPSDMK terutama Puslat SDMK untuk
mewujudkan CorpU sehingga pelatihan dapat lebih efektif dan efisien.
KESIMPULAN
1. Transformasi digital membuat perubahan pola kerja dan nilai-nilai yang harus dimiliki
oleh seorang ASN.
2. ASN perlu meningkatkan kemampuannya guna memenuhi target World Class
Government 2024.
3. ASN harus menyesuaikan pola kerja dengan keadaan selama pandemi COVID-19.
4. Diperlukan perubahan pola kerja ASN untuk menghindari pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku.
5. Perlu adanya standardisasi peralatan di daerah untuk mendukung pelaksanaan pelatihan
daring.
6. Pembentukan CorpU merupakan sebuah rencana yang baik guna memajukan dunia
kepelatihan di lingkungan Kemenkes.
SARAN
1. ASN harus mendapatkan pelatihan kemampuan guna menghadapi transformasi digital
sehingga dapat mendukung pencapaian World Class Government 2024.
2. ASN harus mengakselerasi kinerja dan kompetensinya sehingga mampu memenuhi target
World Class Government 2024.
3. Pola kerja telah disesuaikan untuk menghadapi pandemi COVID-19, sehingga ASN harus
menyesuaikan dengan pola kerja yang baru.
4. Sosialisasi peraturan kerja harus dilakukan untuk menghindari pelanggaran disiplin yang
disebabkan karena ketidaktahuan.
5. Pemerintah pusat dan daerah harus berupaya meningkatkan infrastruktur dan fasilitas bagi
instansi di daerah agar dapat mengikuti pelatihan daring dengan baik.
6. BPPSDMK, Puslat SDMK, dan BBPK/ Bapelkes perlu melakukan sinergi guna mewujudkan
keberadaan CorpU di lingkungan Kemenkes.
BAPELKES SEMARANG
Orientasi Program Satuan Kerja Penempatan
DASAR PERUMUSAN
MASALAH
 Presentasi tentang Bapelkes Semarang yang dilakukan oleh Bapak Sulkan/Kabag
Administrasi Umum
 Orientasi yang dilakukan di Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pelatihan Fungsional,
Seksi Pelatihan Manajemen dan Teknis Non Kesehatan, dan Kelompok
Widyaiswara.
 Diskusi yang dilakukan dengan beberapa pegawai di Kampus 1 dan Kampus 2
PERMASALAHAN
1. Belum ada peraturan teknis dari Permenkes no. 50 tahun 2020 sehingga sistem
kerja masih mengikuti Permenkes no. 39 tahun 2018.
2. Belum adanya modul daring diklat untuk beberapa jabatan fungsional Kesehatan (
misal : nutrisionis)
3. Belum semua kurikulum pelatihan jabatan fungsional menyesuaikan dengan
juklak pelaksanaan pelatihan selama pandemic dengan pembelajaran daring
4. Pembuatan Surat Penugasan Melaksanakan Kegiatan Penunjang Widyaiswara
(STMK) dan Surat Pernyataan Melaksanakan Kegiatan (SPMK) masih manual.
5. Diklatsar bagi PNS yang diselenggarakan secara virtual padahal menuntut luaran
PNS yang sama kualitasnya dengan Diklatsar tatap muka.
6. Penggunaan Learning Management System (LMS) untuk kegiatan pelatihan masih
belum maksimal.
ANALISA MASALAH
Permasalahan 1 muncul dikarenakan adanya kebijakan untuk menyederhanakan
eselon dalam kementerian kesehatan. Hal ini mengakibatkan tidak adanya Kepala
Seksi di Bapelkes/ BBPK. Saat ini telah keluar SE Nomor 3/SE/II/2021dari BKN
tentang Penyusunan Sasaran Kerja Pejabat Fungsional yang Ditugaskan sebagai
Koordinator dan Sub Koordinator.
Permasalahan 2 muncul dikarenakan belum ada modul untuk Diklat Jabatan jenjang
Nutrisionis Ahli di siakpel dan belum ada modul daring untuk beberapa jabfung.
Permasalahan 3 muncul dari kesulitan Widyaiswara yang masih harus membuat
sendiri STMK dan SPMT setelah selesainya pelatihan.
Permasalahan 4 muncul dikarenakan adanya pandemi COVID-19 sehingga masih
belum memungkinkan adanya pelatihan luring.
Permasalahan 5 muncul dikarenakan masih ada pelatihan yang tidak memakai LMS.
KESIMPULAN
1. Permenkes no. 50 tahun 2020 masih memerlukan penjelasan, terutama tentang pembagian
seksi yang dahulu disebutkan dalam Permenkes no. 39 tahun 2018.
2. Modul pelatihan daring nutrisionis ahli belum ada dikarenakan belum pernah
diselenggarakan oleh Bapelkes Kemenkes. Belum semua kurikulum disesuaikan dengan
juklak pelatihan selama pandemi karena pelatihan belum semua memiliki jenis modul
daring.
3. Pembuatan STMK dan SPMT membutuhkan nomor surat sehingga memerlukan
penyelesaian yang lebih menyeluruh.
4. Kualitas latsar daring masih memerlukan waktu untuk diketahui seberapa jauh
perbandingannya dengan latsar luring.
5. Penggunaan LMS masih memiliki keterbatasan untuk beberapa pelatihan yang
diselenggarakan oleh Bapelkes Semarang.
SARAN
1. Kemenkes perlu mempertimbangkan pembuatan peraturan teknis sehingga
mempermudah penerapan Permenkes 50 tahun 2020 di UPT Pelatihan Kesehatan.
2. Perlu dibuat modul pelatihan daring terutama untuk jenjang jabatan nutrisionis
ahli.
3. Perlu adanya solusi dalam pembuat STMK dan SPMT sehingga tidak
menyulitkan widyaiswara dan sub bagian tata usaha.
4. Perlu adanya sistem pelatihan dasar yang baik sehingga kualitas latsar daring
tidak kalah dengan yang mendapatkan latsar luring.
5. Perlu adanya peningkatan penggunaan LMS pada berbagai pelatihan yang
diselenggarakan oleh Bapelkes Semarang.
SEKSI PELATIHAN
TEKNIS KESEHATAN
Orientasi Pelaksanaan Praktik Kerja
DASAR PERUMUSAN
MASALAH
 Orientasi di Seksi Pelatihan Teknis Kesehatan
 Bimbingan dengan Bu Nurchasanah selaku Koordinator Seksi Pelatihan Teknis
Kesehatan
 Diskusi dengan beberapa pegawai di Seksi Pelatihan Teknis Kesehatan
 Berbagai rapat dan pengerjaan tugas yang dilakukan selama masa orientasi.
PERMASALAHAN
1. Sistem pelatihan daring masih belum optimal.
2. Pembagian tugas antara pengendali pelatihan dan panitia masih belum optimal,
beberapa kali terjadi mispersepsi saat pelatihan.
3. Presensi kehadiran peserta pelatihan lewat sipelatdu masih belum dipahami oleh
sebagian peserta.
4. Sinkronisasi data antara Seksi Pelatihan Teknis Kesehatan dengan Pusat Pelatihan
SDM Kesehatan (Puslat).
5. Sistem pelaporan pasca pelatihan masih menggunakan sistem manual lewat grup
whatsapp.
ANALISA PERMASALAHAN
Permasalahan 1 muncul dikarenakan dalam pelatihan daring diperlukan kerja sama dari
berbagai pihak.
Permasalahan 2 muncul dikarenakan jadwal pelatihan yang padat. Hal ini menimbulkan
beban kerja yang berat bagi pengendali pelatihan dan panitia sehingga terkadang
menimbulkan friksi.
Permasalahan 3 disebabkan oleh kurang familiarnya peserta pelatihan terhadap sistem
sipelatdu.
Permasahan 4 terjadi dikarenakan mendadaknya format permintaan data dari Puslat
sehingga sulit menyesuaikan sipelatdu dengan permintaan data dari puslat.
Permasalahan 5 disebabkan karena belum adanya sistem yang memungkinkan
pelaporan dengan efektif dan efisien pasca pelatihan.
KESIMPULAN
1. Diperlukan waktu yang cukup bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk
membiasakan diri dengan pelatihan daring.
2. Mispersepsi antara pengendali pelatihan dan panitia muncul dikarenakan
kelelahan akibat jadwal pelatihan yang begitu padat.
3. Sistem sipelatdu membutuhkan penjelasan yang lebih baik agar dapat dipahami
oleh peserta pelatihan.
4. Perubahan data yang diminta Puslat tidak terelakkan dikarenakan adanya
permintaan data dari pejabat tinggi negara dan pemerintah daerah.
5. Sistem pelaporan data menggunakan grup Whatsapp untuk memudahkan evaluasi
dan pelaporan bagi anggota grup.
SARAN
1. Diperlukan adanya tutorial yang mempermudah semua pihak dalam mengakses
pelatihan daring.
2. Diperlukan perbaikan persepsi dan upaya saling memahami antara pengendali
pelatihan dan panitia dalam penyelenggaraan diklat.
3. Perlu adanya tutorial dari sipelatdu sehingga memudahkan peserta pelatihan
dalam mendaftar dan melakukan presensi.
4. Perlu adanya penanggungjawab sipelatdu sehingga mempermudah bila
diperlukan perubahan data sewaktu-waktu.
5. Perlu adanya sistem yang mempermudah pelaporan pasca pelatihan.
Seksi Manajemen Teknis dan Pelayanan Non
Kesehatan
Orientasi Pelaksanaan Praktik Kerja
DASAR PERUMUSAN
MASALAH
 Orientasi di Seksi Pelatihan Teknis Kesehatan
 Bimbingan dengan Bp Mujiono selaku Koordinator Seksi Manajemen Pelatihan
Teknis non Kesehatan
 Diskusi dengan beberapa pegawai di Seksi Pelatihan Teknis Kesehatan
 Berbagai rapat dan pengerjaan tugas yang dilakukan selama masa orientasi.
PERMASALAHAN
1. Diklatsar bagi PNS yang diselenggarakan secara virtual padahal menuntut
luaran PNS yang sama kualitasnya dengan Diklatsar tatap muka.
2. Sistem diklatsar yang mengacu pada Perlan No 1 tahun 2021 akan banyak
menuntut peserta belajar mandiri didampingi 1 coach. Kondisi ini
mungkin nanti akan memerlukan lebih banyak WI sebagai coach
3. Pendokumentasian hasil diklatsar tahun tahun sebelumnya belum
terintegrasi di Lentera dan website Bapelkes yang dapat diakses secara
online.
ANALISA PERMASALAHAN
1. Permasalahan 1 dan 2 karena adanya kebijakan terbaru system latsar sehingga
koordinasi antara seksi manajemen dengan WI sendiri harus maksimal. Semua pihak
sama sama mencoba system baru sehingga harus ada koordinasi dan kesamaan
persepsi dalam penyelenggaraan.

2. Pendokumentasian secara softfile baru dilaksanakan di tahun ini untuk bisa


disajikan di website , karena sebelumnya penyelenggaraan dilaksanakan secara
luring,
KESIMPULAN
1. Diperlukan waktu yang cukup bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk membiasakan
diri dengan pelatihan daring.
2. Sistem pelaporan data menggunakan SOP yang bisa disosialisasikan di sipelatdu
SARAN
1. Perlu adanya SOP atau alur bagi dokumentasi laporan diklatsar agar dapat diakses oleh
pembaca atau pengunjung website Bapelkes
2. Meningkatkan dan mengupayakan analisis kebutuhan pelatihan bagi widyaiswara dalam
rangka meningkatkan kompetensinya di era pembelajaran digital
RENCANA TINDAK LANJUT
 Permasalahan terkait BPPSDMK dituliskan dalam laporan orientasi yang
dikumpulkan ke BPPSDMK dan disampaikan dalam diseminasi laporan orientasi.
 Permasalahan terkait dengan Bapelkes Semarang dan Seksi Pelatihan Teknis
disampaikan saat diseminasi.
 Permasalahan yang dapat diselesaikan oleh penulis akan dikumpulkan dan
disampaikan dalam rancangan aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS.
Terima Kasih
Mohon masukan dan arahannya

Anda mungkin juga menyukai