Anda di halaman 1dari 23

Revolusi Industri 4.

0 dan
Pengembangan Kompetensi
ASN
Koran Sindo
Selasa, 12 Maret 2019 - 08:45 WIB
views: 1.409
jumlah PNS di Pemprov DKI Jakarta tengah melakukan aktivitas.Foto/SINDOphoto/Dok
A+ A-
Masrully
Pengelola Penelitian Puslatbang PKASN
Lembaga Administrasi Negara

DEWASA ini tengah berkembang sebuah era baru yang dikenal dengan era Revolusi
Industri 4.0 (RI 4.0). Era ini merupakan revolusi keempat dari dunia perindustrian.
Industri 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang efektivitas dan
efisiensi aktivitas manusia, selanjutnya pada Revolusi Industri 2.0 ditandai dengan
produksi massal dan standardisasi mutu.

Industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis
otomatisasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir menggantikan industri 3.0 dengan
ciri big data, otomatisasi, komputasi awan, artificial intelligence (kecerdasan buatan),
dan sebagainya. Era di mana segala sesuatu dalam kehidupan kita terhubung dengan
internet, Internet of things. Era di mana telah kecerdasan-kecerdasan buatan
bermunculan. Komputer dibuat bisa berpikir dan bertindak seperti halnya manusia,
artificial intelegence.

Baca Juga:
Berkembangnya era baru ini apakah hanya akan memengaruhi sektor industri atau
dunia usaha saja? Tentu tidak. Sektor publik mau tidak mau akan terpengaruh oleh
revolusi ini. Oleh karena itu, birokrasi harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri
dengan perubahan. Birokrasi harus mengubah cara bekerja agar tidak “terlindas” oleh
perkembangan teknologi informasi.

Apalagi dengan kondisi saat ini karena menurut data World Economy Forum Human
Capital Indonesia pada 2017, kualitas dari aparatur sipil negara (ASN) Indonesia masih
sangat rendah. Bahkan, kualitas ASN di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan
negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Melihat kondisi saat ini,
pengembangan kompetensi menjadi sebuah keniscayaan dalam menghadapi era RI
4.0, tak terkecuali bagi ASN sebagai motor penggerak birokrasi.
Pengembangan kompetensi ASN adalah jawaban untuk menyiapkan ASN yang
berkompeten. Pengembangan kompetensi adalah solusi menutupi jurang/gap
kompetensi yang dimiliki aparatur. Namun, selama ini pengembangan kompetensi ASN
cenderung kurang mendapat perhatian oleh instansi pemerintah dan cenderung kurang
tersistematis.

Hal ini terlihat dari fakta bahwa sebagian besar kementerian, lembaga, dan pemerintah
daerah, tidak memiliki dokumen perencanaan pengembangan kompetensi yang
memadai. Pengembangan kompetensi ASN sejauh ini sebagian besar cenderung
dilakukan secara insidental. Jika ada sebuah pelatihan misalnya, pegawai yang
berminat akan diikutkan. Hal inilah menjadi PR instansi pemerintah ke depan.
Bagaimana melaksanakan pengembangan kompetensi ASN secara terencana dan
tersistemi dengan baik.

Padahal, UU Nomor 5/2014 tentang ASN telah memberikan ruang bagi abdi negara
untuk mengembangkan kompetensi mereka. UU menyatakan bahwa setiap ASN
berhak mendapatkan pengembangan diri minimal 20 JP (jam pelajaran) dalam
setahun.

UU tersebut juga mewajibkan instansi pemerintah untuk menyusun dokumen


perencanaan pengembangan kompetensi ASN setiap tahunnya. Namun, sekali lagi,
selama ini pengembangan kompetensi cenderung tidak terencana secara sistematik.
Alasan lain, selama ini yang menjadi kendala adalah belum adanya pedoman dalam
pengembangan kompetensi ASN.

Namun, saat ini lembaga administrasi negara telah mengeluarkan pedoman


pengembangan kompetensi ASN bagi instansi pemerintah. Hal ini diatur melalui
Peraturan LAN Nomor 10/2018 tentang Pengembangan Kompetensi ASN.
Diterbitkannya pedoman ini menjadi momen penting bagi pengembangan kompetensi
ASN di Indonesia.

Peraturan tersebut bisa menjadi pedoman bagi instansi pemerintah dalam


mengembangkan kompetensi ASN. Dengan begitu, ke depan pengembangan
kompetensi ASN diharapkan menjadi sesuatu yang diperhatikan serius oleh instansi
pemerintah serta dalam pelaksanaannya bisa dilakukan lebih terencana dan
tersistematis.

Layaknya sebuah sistem manajemen, pengembangan kompetensi ASN harus melalui


tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini merupakan sebuah siklus,
karena hasil evaluasi nanti akan menjadi input dalam perencanaan tahun selanjutnya.
Namun, dalam pelaksanaannya, tentu proses tersebut membutuhkan kolaborasi dan
keseriusan banyak pihak.

Dibutuhkan kerja sama yang kuat dan kolaborasi intensif dalam semangat yang sama
dari pejabat pembina kepegawaian (PPK), atasan langsung, dan tentu pegawai
bersangkutan. Kolaborasi dan keseriusan tiga pihak ini sangat menentukan kualitas
ASN kita ke depan, selain peran pihak eksternal instansi tersebut, seperti instansi
pembina JF, instansi teknis, lembaga penyelenggara diklat dan LAN yang berperan
dalam mengoordinasi pengembangan kompetensi ASN secara nasional.

Bagi PPK, mengembangkan kompetensi ASN yang berada di instansinya merupakan


sebuah tanggung jawab melekat. Sebagai pihak mengelola kepegawaian, instansi ini
bertanggung jawab memastikan ASN di instansinya memenuhi kompetensi yang
dibutuhkan.

Dalam proses pengembangan kompetensi ASN, PPK berperan memfasilitasi proses


pengembangan kompetensi ASN mulai dari menyusun perencanaan, memfasilitasi
pelaksanaan, hingga memfasilitasi proses evaluasi, merupakan peran yang
dimainkannya. Dengan dikeluarkannya pedoman pengembangan kompetensi ASN,
perhatian PPK terhadap pengembangan kompetensi pegawai diharapkan menjadi lebih
meningkat dan dilakukan secara sistematis.
ADVERTISEMENT

Pihak selanjutnya yang memainkan peran kunci adalah atasan langsung. Atasan
langsung merupakan orang paling mengetahui kemampuan dan kompetensi seorang
pegawai, karena atasan langsung merupakan orang yang bisa mengamati kompetensi
bawahannya melalui pengamatan dari kinerja dan penyelesaian tugas-tugas yang
diberikan. Pada proses pengembangan kompetensi ASN, penilaian atasan adalah salah
satu dasar dalam menilai gap kompetensi yang dimiliki ASN dalam proses
perencanaan.

Begitu juga dalam proses pelaksanaan hingga evaluasi terdapat kontribusi besar dari
atasan langsung. Selain berperan dalam mengawasi bawahannya, seorang atasan juga
berperan sebagai motivator bagi bawahannya.

Pengembangan kompetensi ASN juga bergantung pada kerja sama dan semangat
yang kuat dari pegawai bersangkutan. Semangat dan keseriusan pegawai untuk selalu
berkembang ke arah lebih baik sangat dibutuhkan. Seorang pegawai sebaiknya tidak
hanya nyaman dengan kemampuan yang dimiliki saat ini, apalagi jika kompetensi yang
dimiliki masih belum sesuai dengan jabatan yang diduduki.

Pegawai berperan penting mulai tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Bahkan tidak
berlebihan jika kita katakan bahwa pegawai merupakan aktor utama dalam
pengembangan kompetensi ASN. Momen era RI 4.0 seharusnya menjadi pemicu bagi
ASN mengembangkan kompetensinya agar bisa “survive” di tengah era baru ini.

Oleh karena itu, momen RI 4.0 dan dikeluarkannya pedoman pengembangan


kompetensi ASN oleh LAN merupakan momen tepat bagi semua pihak untuk berbenah
diri menyiapkan ASN yang kompeten dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, karena
birokrasi yang kompeten adalah salah satu kunci agar pemerintahan kita bisa
beradaptasi.
(whb)
JAKARTA, MENARA62.COM – Era revolusi industri 4.0 menuntut tata kelola
pemerintah yang lebih adaptif, sehingga bisa mengikuti perkembangan jaman.
Sebab jika tidak adaptif, sebesar dan sekuat apapun lembaga pemerintahan
akan bisa punah.

“Contohnya adalah dinosaurus, dia besar dan kuat. Tetapi karena tidak adaptif
maka dinosaurus pun punah. Tentu kita tidak ingin pemerintahan kita nasibnya
begitu,” kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) Syafruddin saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional
Membangun Profesionalitas ASN dalam Rangka Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Publik di Era Digital Industri 4.0 yang digelar Pascasarjana Institut
STIAMI, Sabtu (26/1/2019).

Menurut Syafruddin, adaptasi yang dimaksud adalah segera menyesuaikan diri


dengan era digitalisasi, seperti hanya telah dilakukan oleh ratusan negara
lainnya. Negara-negara di berbagai belahan bumi, telah menerapkan digitalisasi
dalam pemerintahan. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan
efisiensi serta menghidupkan akuntabilitas mesin kelembagaan negara.

Menteri PNRB mengatakan pemerintah Indonesia terus berupaya membangun


system e-government di seluruh kelembagaan, membangun postur pelayanan
public berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang terpadu dari pusat
hingga daerah. Ujung-ujungnya adalah untuk mewujudkan pelayanan public
yang baik.

 Rektor STIAMI: Penggunaan TIK Tingkatkan Kinerja Pelayanan Publik

“Pemerintahan atau negara yang lambat dan tidak mau berubah maka negara
tersebut akan tertinggal jauh dari negara-negara lainnya,” tambahnya.

Kementerian PANRB diakui Syafruddin telah menyusun Perpres Nomor 95/tahun


2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) guna
mewujudkan keterpaduan system pemerintahan dari pusat hingga daerah
terluar. Dengan system yang terintegrasi tersebut diharapkan dapat
menghasilkan efisiensi anggaran dan sinergitas pusat dan daerah meningkat.

Dalam rangka pengembangan SPBE, Kementerian PANRB jelas Syafruddin telah


menjalin kerjasama dengan Korea Selatan. Hasilnya, kini Indonesia telah
berada dalam peringkat atas e-Government Development Indeks berdasarkan
survei yang dilakukan PBB tahun 2018.

Ini menjadi jembatan untuk mengantarkan transformasi digital pada


pemerintah guna meningkatkan kecepatan dan akses pelayanan public.
Penerapan e-government dapat mengarahkan pengembangan dan pelayanan
pemerintahan berbasis elektronik menuju puncak tertinggi kepuasan public.

Menurut Syafruddin, ASN sebagai kunci penting membuka ruang perubahan


bagi birokrasi yang professional harus diperkuat kualitasnya. Sebab ASN
merupakan pilar penting negara, fondasi penting bagi terselenggaranya
pemerintahan.

Hal yang sama juga dikemukakan Tri Widodo, ahli Hukum Tata Negara UII.
Dalam paparannya ia mengungkapkan bahwa pelayana public yang dilakukan
oleh ASN memegang peranan krusial dalam penyelenggaraan sebuah
pemerintahan.

“ASN adalah kunci penting dari penyelenggaraan pemerintah dimana fungsi


utamanya adalah pelayanan public,” jelasnya.

Era digital menuntut pelayanan public harus menyesuaikan diri. Jika tidak maka
bisa jadi pelayanan public akan terlindas oleh jaman.

Ia juga mengingatkan bahwa tahun 2030, perubahan dimensi kehidupan


manusia akan terjadi sedemikian masifnya. Dan itu membutuhkan pelayanan
public yang serba cepat, transparan, akuntabel, tidak betele-tele dan jika
memungkinkan, pelayanan public yang mendekati masyarakat.
Sementara itu Direktur Pascasarjana Institut STIAMI Dr Taufan Maulamin SE AK
MM berharap seminar nasional tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan
kesadaran mahasiswa Pascasarjana Institut STIAMI yang berstatus ASN untuk
meningkatkan kapasitas diri di era digital.

Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menilai, revolusi industri 4.0 telah
membawa perubahan landscape sosial, politik, ekonomi dan budaya di seluruh
dunia. Kota Bandung sebagai salah satu kota dunia juga terdampak situasi
global itu.

"Perkembangan teknologi informasi, terutama komputer dan media sosial,


memang memfasilitasi cara kerja birokrasi. Namun teknologi tersebut juga
memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan menuntut
pelayanan yang lebih baik dari ASN," ucapnya saat menjadi Inspektur Upacara
pada peringatan HUT Ke-47 Korpri tingkat Kota Bandung, Kamis (29/11).

Membacakan amanat Presiden RI Joko Widodo, Oded mengatakan,


pemanfaatan teknologi oleh masyarakat dan dunia usaha untuk menyampaikan
aspirasinya itu akan menjadi beban ASN apabila tidak dibarengi dengan
perbaikan kinerja. Oleh karena itu, ASN harus melayani warga dengan sungguh -
sungguh.

"ASN harus berpikiran terbuka, terus berinovasi, menyederhanakan proses


kerja, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, s erta
berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait," ungkap Oded.

Menurutnya, kini banyak persoalan yang bersifat lintas sektoral, bahkan lintas
daerah. Maka, ASN Kota Bandung tak lagi bisa bekerja sendiri, melainkan harus
berkembang bersama dengan berbagai sektor.

"Dengan berkolaborasi serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,


saya yakin ASN bisa mengaktualisasikan baktinya secara lebih baik kepada
bangsa dan negara," tuturnya.

Tak kalah penting, para ASN juga dituntut lebih kompeten dan profesiona l
dalam bekerja. Terlebih lagi, ASN Kota Bandung selalu menjadi pusat perhatian
dan teladan dari ASN lain di Indonesia.

"Mulai tahun 2019, pemerintah akan melakukan program besar -besaran untuk
memperkuat sumberdaya manusia. SDM kita harus mampu menghadapi dan
memanfaatkan peluang dari dunia dan teknologi yang sedang berubah cepat,"
pungkasnya. [yud]

Revolusi Industri 4.0 telah membawa perubahan lanskap sosial, politik, ekonomi,
dan budaya di seluruh dunia. Untuk itu, Aparatur Sipil Negara (ASN) diminta
menyikapi hal ini dengan terus melakukan inovasi, menyederhanakan proses
kerja, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, serta berkolaborasi
dengan pihak-pihak terkait.

DENPASAR, NusaBali

Penekanan tersebut disampaikan Presiden RI Joko Widodo dalam sambutan yang


dibacakan oleh Gubernur Bali Wayan Koster pada Apel Peringatan HUT ke-47 KORPRI
di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Kamis (29/11).

Lebih jauh Joko Widodo mengurai, Revolusi Industri 4.0 antara lain ditandai dengan
pesatnya perkembangan teknologi informasi, terutama komputerisasi dan media sosial.
Pada satu sisi, perkembangan teknologi di bidang informasi ini memfasilitasi dan
mempermudah jajaran birokrasi dalam bekerja. “Namun, teknologi tersebut juga
memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan menuntut pelayanan yang
lebih baik dari Aparatur Sipil Negara,” ujarnya.
Menurut Presiden Jokowi, pemanfaatan teknologi oleh masyarakat dan juga dunia
usaha untuk menyampaikan aspirasinya akan menjadi beban bagi Aparatur Sipil
Negara jika tidak dikuti dengan perubahan kerja. Mau tidak mau, Aparatur Sipil Negara
harus melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh, meningkatkan kualitas kerja dan
tata kelola pemerintahan, serta menjaga akuntabilitas. Kata Jokowi, Aparatur Sipil
Negara harus selalu open mind, terus melakukan inovasi, menyederhanakan proses
kerja, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, serta berkolaborasi
dengan pihak-pihak terkait.

Lebih dari itu, Jokowi tak ingin Aparatur Sipil Negara terjebak dengan ego-sektoral, ego-
organisasi, atau ego-program masing-masing, karena menurutnya, semua
permasalahan yang ada di masyarakat bersifat lintas sektoral bahkan juga lintas
daerah. Dengan berkolaborasi serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, Ia
yakin Aparatur Sipil Negara bisa mengaktualisasikan baktinya secara lebih baik kepada
masyarakat, bangsa dan negara.

Pada bagian lain, Presiden Jokowi menegaskan pula bahwa selama 47 tahun, KORPRI
beserta seluruh jajaran Aparatur Sipil Negara telah memberikan kontribusi besar
terhadap masyarakat, bangsa dan negara. KORPRI telah menjadi salah satu pengikat
dalam memperkokoh persaudaraan dan persatuan nasional dalam keberagaman.
“Jajaran Aparatur Sipil Negara telah menjadi garda terdepan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, dan menjadi motor penting dalam pembangunan
nasional. Jajaran Aparatur ipil Negara juga ikut serta menjadi teladan masyarakat
dalam mengedepankan budi pekerti, etika dan profesionalisme,” urainya.

Atas peran-peran besar tersebut, Presiden menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Karena capaian Bangsa Indonesia saat ini tidak terlepas dari peran serta
jajaran Aparatur Sipil Negara yang bekerja di semua sektor, semua level pemerintahan,
dan semua wilayah di Indonesia serta perwakilan di luar negeri. Apresiasi sebesar-
besarnya diberikan pula untuk Aparatur Sipil Negara yang bertugas di daerah terpencil
dan di pulau-pulau terluar yang bekerja penuh dedikasi dengan segala keterbatasan
yang dihadapi. “Untuk itu, pemerintah selalu memberikan prioritas untuk meningkatkan
kesejahteraan Aparatur Sipil Negara melalui peningkatan penghasilan serta dukungan
terhadap jaminan kesehatan, perumahan dan pensiun,” imbuhnya.

Masih dalam sambutannya, Jokowi juga mengatakan bahwa mulai tahun 2019,
pemerintah akan melakukan program besar besaran untuk memperkuat sumber daya
manusia untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin berat. Menurutnya,
kualitas SDM di pemerintahan dan swasta, SDM di semua sektor, SDM di semua lapis
pemerintahan serta kualitas SDM di usia dini dan remaja, harus ditingkatkan secara
signifikan. “SDM kita harus mampu menghadapi dan memanfaatkan peluang dari dunia
dan teknlogi yang sedang berubah cepat. Dalam kaitan ini, saya minta kepada seluruh
jajaran Aparatur Sipil Negara untuk segera memperkuat diri untuk menjadi agen
transformasi penguatan SDM kita, menjadi agen transformasi dalam membangun
talenta-talenta anak bangsa,” cetusnya. Dengan peran Aparatur Sipil Negara yang
tersebar di seluruh pelosok Nusantara, ia yakin transformasi kualitas SDM ini bisa
dilakukan secara besar-besaran dan akan memberikan hasil yang positif bagi kemajuan
bangsa. Apel Peringatan HUT KOPRI k-47 dihadiri pula oleh Sekda Provinsi Bali Dewa
Made Indra, Pimpinan OPD dan ASN Pemprov Bali. *
1

Ada Apa Dengan Revolusi Industri 4.0?


PNS Harus Bagaimana?
Merenungkan pesan presiden RI, Joko Widodo selaku Penasehat Nasional KORPRI, pada
sambutan tertulisnya di HUT ke-47 KORPRI, tanggal 29 November 2018, ada sedikit yang
ingin saya kaji lebih dalam tentang apa makna kata 4.0. Apa yang mendasari pikiran
Presiden RI untuk menyampaikan hal ini pada para PNS yang tergabung dalam Korps
Pegawai Republik Indonesia (KORPRI).

Setelah membaca beberapa referensi dari media online, saya menemukan titik
kekhawatiran atau warning bagi manusia diseluruh dunia bahwa, manusia akan tergilas
oleh komputer dan semua akan dikendalikan robot. Maka akan sangat dimungkinkan
instansi pemerintahan /lembaga /perusahaan akan menggilas sistem kerja yang awalnya
manual menjadi elektrik, dan itu dampaknya akan menggerus SDM instansi / lembaga/
perusahaan yang tidak mampu mengikuti perkembangan menjadi tersingkirkan. Efek
terbesarnya adalah pengurangan atau bahkan merumahkan (mem-pensiun dinikan )
pegawai/karyawan yang tidak mampu bekerja secara elektrik. Dan dengan sengaja atau
tidak aplikasi dirancang untuk mempercepat proses penyelesaian dengan tanpa melibatkan
banyak orang lagi. Dengan bahasa halus, memang menggunakan sistem yang memangkas
rantai manual yang dikerjakan oleh seorang pegawai atau karyawan.

Lalu apa yang harus disiapkan oleh PNS atau SDM negara? Inilah pesan yang tersirat
bahkan tersurat dengan cara perekrutan CPNS menggunakan sistem CAT ( Computer
Assisted Test) dari penyampaian Presiden RI, apalagi setelah menjadi panelis dalam acara
World Economic Forum (WEF) on Asean : Priorities in The Fourth Industry Revolution.

Dalam pertemuan ini ditemukan titik pembahasan bahwa ; Sambungan internet


menjadi satu penggerak pertumbuhan negara. Negara terus menjalin kerjasama dengan
negara lain, dan dibalik kerjsama itu ada SDM yang harus mendukung jalannya program.
Maka mau tidak mau, SDM didalamnya yang notabene-nya Aparatur Sipil Negara yang ada
didalam sistem pemerintahan, harus mampu mengikuti program yang digulirkan, dan itu
tidak bisa menolak sistem yang diberlakukan secara universal.

Maka, pilihannya adalah PNS/ASN mau “menjerumuskan diri” dalam


komputerisasi atau tidak? Jika tidak maka ucapkan selamat tinggal, tanpa menghakimi
negara bahwa yang tidak benar sistem pemerintahannya. Sebab ini tuntutan Revolusi
Industri generasi 4, bukan tata pemerintahan dengan sistem rekrutmen pegawai yang
salah, dan semakin menyempitnya kesempatan mendapatkan pekerjaan. Konsekuensinya
adalah meningkatkan diri, dan mau menggumuli sistem komputerisai dengan pikiran
terbuka tanpa sinis pada sistem yang tidak berpihak pada SDM yang jauh dari modernisasi
sistem komputerisasi yang terus bergerak cepat. SDM dituntut terus belajar secara otodidak
untuk terus menambah skill. Bisa dibilang berguru pada sistem online untuk mengikuti
perkembangan ilmu yang disebar secara onlne. Entah, Bagaimana istilah yang tepat. Yang
jelas internet telah jadi bangku sekolah yang lebih valid dan up to date.

Meneropong kembali tiap generasi industri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah mengubah dunia sebagaimana


revolusi generasi pertama, melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan
digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada
abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah, berhasil mengerek naik perekonomian secara
dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri, terjadi peningkatan rata-rata
pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit
tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Penemuan ini memicu
kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia
secara signifikan. Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan
teknologi digital dan internet.

Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot
pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi
yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Hal inilah yang
disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic
Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution. (Aida Ceha).
Dengan mengangkat tema yang lagi in (seksi) tentang Revolusi Industri 4.0 dan dampaknya bagi
perekonomian dan dunia kerja di Aceh. Acara yang dipandu oleh Yarmen Dinamika, Redaktur Serambi
Indonesia, Adnan Ganto memaparkan bagi permulaan revolusi industri itu terjadi hingga memasuki era
ke-4. (selanjutnya ditulis dengan industri 4.0)

***

Secara konsep industri 4.0 adalah nama lain dari tren otomasi dan pertukaran data dalam
teknologi. Hal ini mencakup sistem siber, internet, dan komputasi kognitif. (kecerdasan sistim
robot). Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dengan strategi teknologi canggih
pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik.

Lalu pada tahun 2011 istilah industri 4.0 diangkat kembali di Hannover Fair Jerman. Kemudian
2012 Working Group on Industry 4.0 Jeman memaparkan rekomendasi mereka terhadap
pelaksanaan industri 4.0 kepada pemerintah Jerman pada tanggal 8 April 2013. Sehingga anggota
working group industri 4.0 diakui sebagai pendiri dan perintis industri 4.0. Sekurang-kurangnya
ada tiga alasan utama rekomendasi tersebut. Yaitu industri akan berjalan dengan cepat, hemat,
dan menguntungkan.

Prof Bob Gordon dari Northwesten University, Illinois, USA memberikan beberapa tanggapan
mengenai revolusi industri 4.0 yang dirangkum oleh Prof Paul Krugman dari Princeton
University, New Jersey, USA (penerima Nobel Price on Economic) tahun 2008.

Berikutnya, April 2013, Prof Krugman mencatat beberapa hal tentang perkembangan revolusi
industri yang terjadi sejak abad ke-17, Revolusi Industri 0.1 (pertama) ditandai dengan
penemuan mesin uap dan kereta api. Penggunaan mesin uap pada waktu itu dimaksudkan untuk
menggantikan tenaga manusia dan hewan dalam kegiatan produksi. Revolusi industri pada saat
itu juga berguna untuk melaksanakan mekanisasi sistem produksi.

Revolusi Industri 0.2 terjadi pada abad ke-18/19 yang ditandai dengan penemuan listrik, alat
komunikasi, bahan-bahan kimia, dan minyak. Revolusi industri pada fase ini dapat digunakan
untuk melaksanakan konsep produksi massal.

Lalu Revolusi Industri 0.3 (tahun 1960-sekarang), yang ditandai dengan penemuan komputer,
internet, dan telepon genggam. Revolusi industri generasi ke-3 ini dapat digunakan untuk
otomatisasi proses produksi dalam kegiatan industri.

***

Revolusi Industri 0.4

Saat ini kita memasuki era baru, yaitu revolusi industri keempat atau populer dengan istilah 4.0.
Revolusi industri gelombang keempat ini tetap bertopang pada revolusi industri sebelumnya atau
IR 0.3.namun, Revolusi industri 4.0 mulai ditandai dengan sehingga bersatunya beberapa
teknologi, kita mulai merasakan suatu era baru yang terdiri atas tiga bidang limu yang
independen: fisika, digital, dan biologi. Revolusi industri memberikan dampak kemudahan bagi
industri. Tetapi revolusi industri 4.0 juga menyebabkan pengerdilan dan marginalisasi
(peminggiran) beberapa kelompok.

Hal ini dapat memperburuk kepentingan sosial bahkan kohesi sosial, juga dapat menciptakan
risiko keamanan dan dapat pula merusak hubungan antar manusia.

Agar mudah memahaminya, revolusi industri 4.0 memiliki ciri tersendiri dengan IR I, II dan III.

Pada pertemuan tahunan World Economic Forum, Januari 2016 di Davos, Swiss, Revolusi
Industri keempat menjadi fokus utama pembahasan dan perdebatan. Ada 3 (tiga) hal yang
membedakan revolusi industri 4.0 dengan revolusi industri sebelumnya. Tiga hal tersebut
menjadi dasar mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan merupakan perpanjangan dari
revolusi digital, melainkan menjadi tranformasi baru (tersendiri).
Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dibanding sebelumnya.
Dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada skala eksponensial, bukan
pada skala linaer.

Kedua, penurunan biaya produksi marginal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan
mengosentrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti meningkatkan output pekerjaan.

Transformasi dapat menyebabkan perubahan pada sebuah sistem produksi, manajemen, dan tata
kelola sebuah lembaga.

Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara
di dunia. Cirinya, tranformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara
menyeluruh di banyak tempat.

Seiiring dengan itu, para ahli pun berpendapat bahwa Revolusi Industri 4.0 dapat menaikkan
pendapatan per kapita, memperbaiki kuaitas hidup, bahkan memperpanjang usia manusia (usia
harapan hidup). Tentu kita sebagai orang yang bertuhan percaya bahwa hidup dan mati ada
ditangan Nya.

Disisi lain penetrasi alat-alat elektronik, seperti HP yang harganya makin murah dan sudah
sampai ke berbagai pelosok dunia, baik yang penduduknya mempunyai pendapatan tinggi
maupun rendah.

Dengan realitas seperti itu, kita dapat bayangkan bahwa dalam bidang bisnis dan produksi,
Revolusi Industri 4.0 akan meningkatkan efesiensi, terutama dalam bidang supply, logistik, dan
telekomunikasi, di mana biaya keduanya akan terus menurun.

Pada masa ini teknologi intens menyentuh ranah pribadi, kesehatan, pola hidup, olah raga,
mengelola investasi, mengatur keuangan, dsb-nya.

Semua itu kini bisa dilakukan hanya melalui satu perangkat teknologi saja, karena datanya sudah
disimpan di langit (cloud/sky).
***

Upaya solutif yang dapat dilakukan antara lain, dan syukurnya saat ini pemerintah Indonesia
sudah mulai mengarahkan untuk kompetensi peningkatan keahlian tenaga kerja melalui program
pendidikan vokasi link and match.

Artinya pendidikan dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan relevansi sekolah kejuruan
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha, dan dunia industri.

Pemerintah Aceh mengadopsi pola ini untuk mengurangi pengangguran dari lulusan program
pendidikan kejuruan dan akademi.
Upaya lainnya, bagi perusahaan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam pendidikan
vokasi, pemerintah sedang menyiapkan insentif berupa superdeductible tax (yang diakui oleh
kantor pajak untuk mengurangi penghasilan bruto).

Menurut Prof Krugman, sebagaimana Revolusi Industri pertama, kedua, dan ketiga, revolusi
industri 4.0 ini pun diyakini bakal bermanfaat signifikan untuk menaikkan produktivitas.

Memang terdapat beberapa keraguan terhadap masa depan revolusi industri 4.0 yang ditulis oleh
Prof Paul Krugman pada tahun 2013 (A New Industrial Revolution; the rise of the Robot), bahwa
penggunaan mesin pintar memang dapat meningkatkan PDB.

Namun pada saat yang sama hal tersebut akan dapat mengurangi permintaan terhadap tenaga
kerja, termasuk orang-orang yang pintar sekalipun.

Tetapi, semua itu tidak terjadi seketika, pasti ada tahapan-tahapannya. Selama proses yang
panjang itu terjadi, maka perdebatan tentang Revolusi Industri 4.0 akan terus berlangsung.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang tidak bertambah dengan cepat dan menurunnya
peran manufaktur, menyisakan pertanyaan tentang kehebatan Revolusi Industri 4.0. Belum lagi,
misalnya, Revolusi Industri 4.0 ini masih menyisakan sisi gelapnya, yakni dampak negatif
terhadap penciptaan lapangan kerja.

Pemerintah Aceh harus mengadopsi pola link and match ini untuk mengurangi angka
pengangguran terdidik, terutama dari lulusan pendidikan vokasi dan akademi.

***

Menjelang akhir presentasi Dr Adnan Ganto, beliau mengatakan, menarik juga kita renungkan
apa yang disajikan majalah mingguan "The Economist" pada 6 April 2018. Majalah USA ini
menulis laporan utamanya dengan judul "Prihatin" karena era Revolusi Industri 4.0
menyebabkan; hilangnya privasi seseorang akibat penyebaran data digital secara mudah, tiada
lagi tempat bagi data untuk disembunyikan.

Namun satu hal yang paati bahwa Revolusi Industri 4.0 sudah datang ditengah-tengah kita dan
tak mungkin lagi kita tolak/hindari.

Proses ini akan terus berjalan ditengah kemampuan atau Ketidakmampuan kita menepis dampak
negatifnya. Tapi masyarakat Aceh yang bersyariat Islam secara kaffah dan memiliki ketahanan
budaya yang kuat, saya yakin akan mampu menepis, minimal memperkecil dampak negatif dari
Revolusi Industri 4.0 ini.

(Tulisan ini disarikan dari bahan presentasi Nara Sumber, dan artikel Kompas.com,
tribunnews.com dan hasil diskusi yang berkembang dalam acara tersebut, pada hari Selasa,
27 Nopember 2018). Salam dan semoga bermanfaat.
Hadapi Revolusi Industri 4.0 dan Disruptive Economy, Pemerintah Gencarkan Kolaborasi
Rabu, 27 Februari 2019 - 14:50

Sumber gambar : ekon.go.id


Kehadiran Revolusi Industri 4.0 sekaligus perkembangan digitalisasi ekonomi dalam skala nasional
tidak hanya memunculkan banyak peluang tetapi juga tantangan dan disrupsi dalam tatanan pasar
tenaga kerja. Perkembangan artificial intelligence yang dapat menggantikan pekerjaan manusia
menjadi tantangan tersendiri yang perlu segera ditangani dengan melaksanakan program-program
peningkatan kualitas SDM. Dengan begitu, Pemerintah terus gencar meningkatkan kualitas SDM
melalui program Kemitraan Ekonomi Umat dan Pemberdayaan Usaha, Kecil, dan Menengah
dengan melakukan kolaborasi dengan pihak swasta.

Kolaborasi ini direalisasikan dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman


(Memorandum of Understanding/MoU) program Kemitraan Ekonomi Umat dan pemberdayaan
Usaha, Kecil, dan Menengah oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan Kamar
Dagang Indonesia (KADIN) dan tiga start-up ‘unicorn’, antara lain Tokopedia, Bukalapak, dan Gojek.
Penandatanganan MoU ini dilakukan dalam acara KADIN Entrepreneurship Forum 2019 yang
mengangkat tema “Boosting Indonesia’s Entrepreneurial in Disruptive Economy Era” di Satoo
Garden, Shangri-La Hotel Jakarta, Rabu (27/2).

“Saat ini, Pemerintah tidak lagi bertindak sebagai regulator, namun akan lebih berfungsi sebagai
fasilitator dan akselerator. Hal tersebut akan memberikan ruang bagi tumbuhnya inovasi. Sehingga
benar bahwa kita memang seharusnya berfokus pada pengembangan sumber daya manusia,” kata
DeputiDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mohammad Rudy
Salahuddin sesaat setelah melakukan penandatanganan MoU tersebut.

MoU ini ditandatangani oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kemenko Perekonomian Mohammad Rudy
Salahuddin dengan perwakilan KADIN dan tiga start-up tersebut, antara lain :

1. Wakil Ketua Umum Bidang Usaha Kecil dan Menengah dan Koperasi KADIN Muhammad Lutfi
tentang Program Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
2. Presiden Direktur PT. Bukalapak.com Fajrin Rasyid tentang Program Kemitraan Ekonomi Umat;
3. Direktur/Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison, tentang Program Kemitraan Ekonomi
Umat
4. Vice President Hubungan Pemerintahan dan Kebijakan Publik PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa
(Gojek) Damar Junianto, tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui
Program Pembinaan dan Pelatihan UMKM PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa dengan Program Go-
Nusantara

Sebelumnya, peningkatan kualitas SDM ini memang menjadi salah satu fokus pembangunan
pemerintah sejak tahun 2018. “Bersama Menko Perekonomian, kami berikan kemudahan pajak
melalui sistem Online Single Submission (OSS). Selain itu, pemerintah juga mendukung
pembangunan sumber daya manusia, yakni berupa peningkatan adopsi dan literasi digital,
peningkatan dan penyesuaian keahlian (skills), serta pengembangan pelaku usaha,” kata Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan keynote speech dalam acara tersebut.

Tidak hanya itu, Rudy juga menegaskan dukungan terhadap perbaikan kualitas SDM ini akan
berimplikasi pada perkembangan ekonomi digital yang juga diyakini dapat mendorong terwujudnya
inklusivitas. Berkembangnya aplikasi on demand dan marketplace misalnya, memiliki kontribusi
besar untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
inkusivitas keuangan.

Di sisi lain, Ketua Umum KADIN Indonesia Rosan P. Roeslani terus mendorong agar para
pengusaha untuk cepat beradaptasi agar usaha yang dijalankan tetap berlangsung dan tidak tergilas
oleh perubahan cepat dari ekonomi digital. “Bertumpu kepada potensi yang ada, pengusaha harus
selalu melakukan antisipasi terhadap tren perubahan yang akan terjadi, mengembangkan inovasi-
inovasi baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, dan melakukan kolaborasi agar bisnis yang
dijalankan menjadi lebih efektif dan efisien,” pungkas Rosan.

Adapun, VP Government Relations GOJEK Damar Juniartomenyampaikan apreasiasi terhadap


Kemenko Perekonomian serta KADIN yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membantu mewujudkan pemerataan ekonomi digital.

Turut hadir dalam acara ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perindustrian Airlangga
Hartanto, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti
Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Ali Gufron Mukti, dan seluruh anggota KADIN.
(mp/iqb)
Revolusi Industri 4.0 dan Dampak terhadap
Sumber Daya Manusia

Atmosfir perubahan hubungan antara manusia mengalami perubahan yang cukup cepat dengan
hadirnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang mampu merubah pola
hubungan antara manusia disegala aspek kehidupan bermasyarakat baik dari aspek sosial,
ekonomi, hukum, politik dan budaya serta keamanan.

Perubahan dari sentuhan kulit, face to face menuju kepada sentuhan layar, screen to screen,
relasi virtual dengan berbagai macam window dressing yang dijalankan secara otomatis dan
robotik. Sebuah perubahan yang mau tidak mau harus kita sikapi dengan arif dan bijaksana agar
menghasilkan output yang positif. Atmosfir yang meniscayakan adanya perubahan mindset, cara
kerja, dan pola membangun hubungan yang harmonis antar kelompok masyarakat maupun
organisasi.

Fase perubahan yang kemudian dikenal dengan Revolusi Industri 4.0, sebuah fase yang secara
umum tentang otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi pabrik, robotic dan artificial
intellegence. Fase yang pada akhirnya menghasilkan "Smart Process". Di dalam Smart Process
tersusun moduler, algoritma, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan
dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan secara desentralisasi.

Kecanggihan teknologi yang tidak bisa kita negasikan dalam kehidupan bermasyarakat apalagi
dalam dunia usaha. Dalam dunia usaha perubahan ini perlu disikapi secara cepat dan persiapan
yang matang. Langkah antisipatif menjadi keharusan untuk segera dilakukan baik dari sisi bisnis
proses maupun hubungan dalam perusahaan agar eksistensi perubahan tetap terjaga.
Bisnis proses yang perlu menyesuaikan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar secara efektif
dan efisien agar mampu memberikan added value yang signifikan bagi perusahaan. Treatment
terhadap sumber daya manusia juga menjadi perhatian yang sangat penting bagi perusahaan.
Selain itu, Perubahan hubungan industrial juga perlu dibangun secara harmonis agar pencapaian
tujuan perusahaan dapat secara bersama -- sama dijalankan. Baik Bisnis proses, pengelolaan
Sumber daya manusia maupun hubungan industrial perlu dijalankan secara paralel. Mengingat
dampak dari revolusi industry 4.0 sangat erat kaitan dengan tiga aspek tersebut.

Bagaimana bisnis proses dapat disesuaikan dengan target yang hendak dicapai secara efektif dan
efisien. Bagaimana sumber daya manusia yang tersedia mampu menjalankan bisnis proses
tersebut sesuai dengan kompetensi yang dimiliki secara professional. Dan bagaimana relasi
antara pekerja dengan perusahaan dapat berjalan seirama untuk menyesuaikan perkembangan
zaman. Hubungan yang saling kait mengkait ini disebabkan karena proses tersebut akan segera
menegasikan peran manusia dalam setiap proses yang dilakukan Perusahaan. Proses yang
bersifat repetisi, duplikasi, periodik akan tersimpan dalam bank data yang kemudian didesain
dengan alogaritma tertentu agar mampu dijalankan secara robotik.

Bagi Perusahaan perubahan tersebut tentu sangat menguntungkan, tetapi dari aspek sumber daya
manusia akan membawa dampak yang cukup berbahaya apabila tidak dikelola dengan baik.
Penyesuaian kerja manusia menjadi robotik tentunya membawa dampak pada pengurangan
jumlah tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Akan banyak aktivitas manusia yang punah
karena telah digantikan oleh mesin -- mesin melalui artificial intelligence.

Secara culture akan berdampak pada perubahan hubungan dan aktivitas manusia dan atau robot
di dalam Perusahaan. Jika hubungan industrial sudah terbangun secara harmonis tentu akan
sangat membantu tetapi apabila kondisi tersebut tidak terjadi maka akan menjadi persoalan baru
bagi perusahaan. Alih -- alih ingin menyesuaikan perkembangan zaman berakibat pada rumitnya
proses penyelesaian hubungan industrial.

Selain Perusahaan, Negara juga akan menerima limpahan dampak atas perubahan Revolusi
Industry 4.0 tersebut. Potensi meningkatnya jumlah pengangguran, masalah -- masalah sosial
akibat pemutusan hubungan kerja dan masih banyak potensi dampak lainnya. Untungnya
pemerintah sudah membuat roadmap dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 melalui
making Indonesia 4.0.

Namun demikian, roadmap tersebut perlu diturunkan dalam agenda dan tataran praktis agar pada
saat dikonversi menjadi kebijakan publik mampu diimplementasikan secara komprehensif dan
menyeluruh serta terintegrasi dengan seluruh instrument Negara dan Pemerintah. Sehingga
mitigasi risiko yang akan muncul dari dampak masuknya era Revolusi Industri 4.0 dapat terukur
dan terkendali

Anda mungkin juga menyukai