Anda di halaman 1dari 19

BY : SONIA NURPRAMESWARI, M.

SOS

KAJIAN BUDAYA DALAM


PERSPEKTIF FILOSOFI
PA R T I
Munculnya Kajian Budaya (1)
• Kajian Budaya pertama kali muncul di Inggris, pd thn 1960-an, Univers
itas Birmingham slh satu universitas tua di Inggris, tlh melakukan pene
litian di bawah Birmingham Centre for Contemporary Cultural Studies.
• Kontribusinya antara lain membuat studi utk mencari makna ideologis
dr bntk kebudayaan yg ada.
• Pd mulanya tema2 penelitiannya msh terbatas mengenai hal2 kecil, sp
t gaya hdp para remaja, mode pakaian, musik dan karya2 fiksi, kemudi
an memfokuskan pd penelitian sub-kultur dan kebudayaan marjinal.
• Pd thn 1960-an di Jerman trdpt pula klpk yg lbh dikenal dgn sebutan F
rankfurt School atau klpk New Left, pdhal isinya adlh kajian budaya.
• Di Amerika Serikat berkembang kajian budaya dgn tema utk mengkaji
mass culture (budaya massa) dan “budaya pop”.
• Studi kebudayaan di Indonesia msh menekankan kpd tema2 bsr dan t
eori2 etnologi atau etnografi yg mengacu pd studi antropologi.
Munculnya Kajian Budaya (2)

• Bennett menawarkan landasan kajian budaya, sbb: (i) Kajian budaya a


dlh suatu kawasan interdisipliner dmn perspektif dr disiplin yg berlain
an secara selektif dpt diambil dlm rangka menguji hubungan antara ke
budayaan dan kekuasaan; (ii) Kajian budaya terkait dgn semua praktik,
institusi dan sistem klasifikasi yg tertanam dlm nilai2, kepercayaan, ko
mpetensi, rutinitas kehdpan, dan bntk2 kebiasaan perilaku suatu masy
arakat; (iii) Bntk2 kekuasaan yg diekplorasi oleh kajian budaya sgt bera
gam, termsk gender, ras, kls, kolonialisme, dll.
• Kajian budaya berusaha mengeksplorasi hubungan antara bntk2 keku
asaan ini dan berusaha mengembangkan cara berpikir ttg kebudayaan
dan kekuasaan yg dpt dimanfaatkan oleh sejmlh agen dlm usahanya
melakukan perubahan, dan (iv) Kawasan institusional utama bagi kajia
n budaya adlh Perguruan Tinggi, dgn demikian kajian budaya menjd di
siplin akademis spt yg lain.
Realitas Kebudayaan (1)

• Pd saat ini bangsa Indonesia sdg menghadapi tantangan berat utk me


ngatasi krisis multidimensional, slh satunya adlh krisis di bidang kebud
ayaan yg blm tersentuh utk ditgni scr serius.
• Spt tampak dimana2, hal yg dibutuhkan org dan hal yg dijajakan org, b
kn lg komuditi berupa benda2 yg digunakan utk memenuhi kebutuhan
hdp fisik, melainkan semakin merambah ke kebudayaan, pikiran, seler
a, dan cita rasa, yg tersebar melalui transfer ekonomi.
• Menyebarnya unsur2 itu scr halus dan dpt terjd scr lgsg krn unsur itu t
erkandung di dlm hsl “industri budaya” yg diperdagangkan.
• Dpt jg terjd scr tdk lgsg melalui penciptaan sistem yg seolah2 mengika
t masyarakat, spt dlm sistem media massa pd umumnya.
• Hadirnya industri budaya, spt KFC, Mc Donald, cafe2, vcd, dvd, dan int
ernet dr kota bsr hingga ke kota kcl bahkan sampai di pedesaan, tlh m
embawa penduduk setempat pd suatu gaya hidup br dan hny menonj
olkan sisi hiburannya.
Realitas Kebudayaan (2)

• Di satu pihak hal itu mrpkn informasi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi mutakhir, ttp di lain pihak, cenderung menjauhkan org dr ke
banggaan thd kekayaan budaya sendiri.
• Ada industri budaya yg bermanfaat yg dpt memperluas cakrawala ilm
u pengetahuan, ttp tdk sedikit yg merugikan kebudayaan milik bangsa
sendiri.
• Penayangan media massa dlm bntknya audio-visual dpt digolongkan s
bg industri budaya, walaupun dibungkus dgn menekankan aspek infor
masi.
• Industri budaya adlh mencakup sgl yg menghslkan produk pesan buda
ya dan berfungsi sbg sarana penyampaian pesan dan dpt mempengar
uhi pandangan hdp, pikiran, sikap, perilaku, dan selera masyarakat yg
mengkonsumsinya.
• Scr konkrit dpt pula berupa buku bacaan, vcd, dvd, seni kriya, kerajina
n, rekaman musik, film, sinetron, kemasan makanan, pakaian, dsb.
Realitas Kebudayaan (3)

• Plg krg ada tiga hal yg dijdkan titik persoalan sehingga kajian budaya
memiliki posisi penting utk dikembangkan di Indonesia.
• Fase Budaya Industri
• Pd masa Orde Baru, bangsa Indonesia tlh menjlnkan pembangunan da
n modernisasi, melalui tahapan lima thnan yg dikenal dgn “Rencana P
embangunan Lima Tahun” (Repelita) yg tlh brhsl dilaksanakan enam k
ali Pelita.
• Pd Pelita I (1968–1973) dan Pelita II (1973–1978) dilaksanakan melalui
konsep Trilogi Pembangunan, dengan urutan: (i) Pertumbuhan ekono
mi; (ii) Pemerataan pembangunan, dan (iii) Stabilitas sosial.
• Hslnya adlh pembangunan di bidang stabilitas sosial dpt mencapai tar
get kehdpan politik dan keamanan, dan di bidang ekonomi mengalami
kemajuan yg begitu cpt, namun pemerataan tertinggal, sehingga terjd
kesenjangan ekonomi.
Realitas Kebudayaan (4)

• Krn itu pd Pelita III (1978–1983) skala urutan Trilogi Pembangunan diu
bah menjadi: (i) Pemerataan pembangunan; (ii) Pertumbuhan ekono
mi, dan (iii) Stabilitas sosial.
• Tujuannya adlh untk mengurangi kesenjangan ekonomi.
• Hingga Pelita IV (1983–1988) dpt dikatakan pembangunan fisik dan pr
oses modernisasi di Indonesia tlh mencapai kemajuan, sehingga jmlh
kemiskinan dan pengangguran dpt ditekan.
• Dlm tataran fisik tlh terjd perubahan dr masyarakat agraris menuju ke
masyarakat industri.
• Pd periode tsb tlh terjd mekanisasi pertanian dan proyek pelistrikan m
sk desa, jalan2 desa, terutama di pulau Jawa tlh dikeraskan dan diting
katkan fungsinya, jalur transportasi, informasi, dan komunikasi mulai
maju dan menyebar hingga ke daerah terpencil di tnh air.
• Syg sekali keberhslan tsb tdak diimbangi dgn perubahan pikiran dan bl
m dipersiapkan komponen mengenai masyarakat industri.
Realitas Kebudayaan (5)

• Pdhal di negeri industri maju, spt di Jerman, masyarakatnya prnh men


galami kegoncangan akibat manusia mengalami keterasingan dgn duni
anya.
• Herbert Marcuse dlm bukunya yg berjudul One Dimensional Man tlh
mengkritik masyarakat industri maju adlh manusia yg berdimensi sat
u.
• Masyarakat industri maju pd saat itu jg mendpt kecaman dr klpk Frank
furt School lainnya, spt dikatakan oleh Horkheimer ada kecenderunga
n masyarakat industri modern itu mengalami dilema manusia rasional.
• Kelhtnnya keberhslan yg dicapai atas modernisasi sgt rasional, ttp jika
dilht terjd ketergantungan dan kesenjangan jg keterasingan berarti hal
itu irasional.
Realitas Kebudayaan (6)

• Fase Budaya Transisi


• Bangsa Indonesia prnh mengalami masa transisi, yakni pd wkt terjd pe
rubahan sosial bersamaan dgn saat keberhslan Pelita V (1988–1993) d
an Pelita VI (1993–1998).
• Perubahan sosial yg berlgsg scr mendadak dan diikuti pula lompatan
mobilitas sosial vertikal scr tiba2, membawa beban kultural pd masyar
akat.
• Mnrt Victor Turner masyarakat yg mengalami proses perpindahan stat
us berada pd suatu fase yg disebut liminality (liminalitas).
• Dlm fase itu masyarakat yg mengalami perubahan sbnrnya blm menin
ggalkan status lamanya scr keseluruhan dan blm pula menginjak statu
s brnya dgn seutuhnya.
• Dlm sejarah perkembangan bangsa Indonesia terdpt dua hal penting,
sehingga terjd mobilitas sosial vertikal scr bsr2an.
Realitas Kebudayaan (7)

• Pertama, ketika bangsa Indonesia berhsl merebut kemerdekaan dr tgn


Belanda.
• Kedua, ketika pemerintah Orde Baru mendpt keuntungan bsr dlm mel
aksanakan pembangunan ekonomi, terutama atas naiknya hrg minyak
bumi pd thn 1970-an.
• Pd masa Orde Baru terjd pola kehdpan yg koruptif akibat beban kultur
al,yg muncul akibat kondisi transisional dgn semakin maraknya buday
a konsumtif di tengah kehdpan masyarakat.
• Selain itu ada semcm ekspektasi pd diri masyarakat dlm menduduki ja
batan ttt utk memenuhi standar simbol2 kehdpan ttt sesuai dgn tuntu
tan zaman, sbg cth anak petani tiba2 dpt menjd pegawai negeri, atau
seorg pegawai negeri tiba2 dipromosikan menjabat struktural dlm bir
okrasi.
• Akibat mobilitas sosial vertikal spt itu maka beban kultural melekat pd
nya.
Realitas Kebudayaan (8)

• Terjdnya mobilitas sosial vertikal scr bsr2 tsb, dpt mengubah pejabat y
g latar blkgnya dr kls bawah memikul beban kultural yg melandasi pra
ktik korupsi, spt mrk hrs menyantuni keluarga atau kerabat.
• Mnrt Sairin, budaya konsumtiflah yg sgt riskan thd perilaku korupsi, W
ong Cilik yg mengalami mobilitas vertikal begitu cpt, bs melakukan bu
daya “nrabas” (menerobos).
• Pd zaman Orde Baru, para eksekutif muda dgn bangganya mencari pe
krjan di wilayah “basah”, jabatan2 di tempat yg basah selalu menjd re
butan.
• Di sinilah menjd awal munculnya penglpkan sehingga beban kultural it
u makin membebani kehdpan dan pola konsumtif makin menyebar ta
k terbendung.
• Plg krg terdpt tiga kategori masa transisi tsb mnrt Wibisono yaitu: (i)
Masa transisinya masyarakat dgn budaya agraris-tradisional menuju m
asyarakat dgn budaya industri-modern.
Realitas Kebudayaan (9)

• Dlm hal ini peran mitos mulai diambil alih oleh logos (akal pikir), bkn l
g kekuatan2 kosmis yg scr mitologis dianggap sbg penguasa alam sekit
ar, melainkan akal pikir dgn daya penalarannya yg handal dan kini dijd
kan kerangka acuan utk meramalkan dan mengatur kehdpan; (ii) Mas
a transisinya budaya etnis-kedaerahan menuju budaya nasional-keban
gsaan.
• “Puncak2 kebudayaan di daerah” sbgmn tercantum di dlm penjlsan U
UD 1945 mencair scr konvergen menuju satu kesatuan pranata demi t
egaknya suatu negara-kebangsaan; (iii) Masa transisinya budaya nasio
nal-kebangsaan menuju budaya global-mondial.
• Dlm hal ini visi, orientasi, dan persepsi mengenai nilai2 universal spt H
AM, demokrasi, keadilan, kebebasan, jg mengenai mslh lgkgn hdp, dil
epaskan dr ikatan fanatisme primordial kesukuan, ataupun keagamaa
n menuju ke kesadaran mondial dlm satu kesatuan sintesis yg lbh kon
krit.
Realitas Kebudayaan (10)

• Fase Budaya Global


• Dipandang dr segi historis, gejala globalisasi pd masa lalu diknl sbg gej
ala mondialisasi, yg sejak zaman kuno dialami oleh umat manusia, hny
bedanya globalisasi masa kini mempunyai tempo amat cpt dan kontin
yu serta intensif, krn media memakai teknologi yg semakin canggih.
• Penulisan sejarah umat manusia serta peradabannya yg disusun oleh
UNESCO pd thn 1950-an sdh dianggap tdk relevan lg menjelang thn 19
80-an.
• Hal ini dikrnkan selang tiga dasawarsa itu wajah permukaan politik du
nia sdh berubah dgn byknya negara br yg muncul.
• Selain itu, di sisi lain timbulnya kecenderungan kuat ke arah integrasi y
g semkn meluas serta dibntknya unit komunitas supranasional spt Uni
Eropa, ASEAN, APEC dsb.
Realitas Kebudayaan (11)

• Sementara Uni Eropa mengalami integrasi pesat dgn diawali realisasi s


atu mata uang, ttp pd masa reformasi ada kontradiksi nyata timbulnya
gerakan neo-etnisitas dan separatisme di Indonesia, misalnya, geraka
n Papua Merdeka, Aceh Merdeka, dan Riau Merdeka jg kerusuhan2 et
nis dan agama di bbrp tmpt, spt di Ambon, Poso, Palu, Sampit, Samba
s, dan pembunuhan para Kiai di Banyuwangi.
• Walaupun lambat, scr gradual permslhn integrasi dan politik tampakn
ya bisa diatasi, justru yg sulit adlh pembangunan ekonomi yg sdh amb
uradul dgn industri budaya yg diakibatkan oleh merambahnya globalis
asi yg tdk terasa meluasnya.
• Perkembangan teknologi transportasi, informasi, komunikasi, dan gay
a hdp masyarakat industri, membawa bangsa Indonesia berada di dlm
alam liminalitas, berarti masyarakatnya mengalami kegoncangan yg da
hsyat, scr ekonomi tdk bs lg memperhitungkan jmlh penghslan dgn jm
lh pengeluaran sehr2.
Realitas Kebudayaan (12)

• Dampak globalisasi menunjukkan pula berkembangnya suatu standari


sasi kehdpan di berbagai bidang, dan hal itu smkn kompleks krn masy
arakat hdp dgn standar ganda.
• Di satu pihak, org ingin memperthnkan nilai2 budaya lama yg diimpro
visasikan utk melayani perkembangan br yg melahirkan sub-culture.
• Di pihak lain, muncul tndkn2 yg bersifat melawan thd perubahan2 yg
dirasakan sbg penyebab nestapa dr mrk yg dipinggirkan, dan melahirk
an counter culture.
• Berdsrkan identifikasi tiga fase di atas, yakni munculnya budaya indust
ri, budaya transisi, dan budaya global, mau tdk mau, perlu diterima sb
g realitas budaya dan disikapi scr bijak.
• Globalisasi adlh jiwa zaman, sehingga perlu dihadapi dgn usaha rasion
al dan produktif dgn etos br, sbgmn dilakukan oleh masyarakat Eropa.
Realitas Kebudayaan (13)

• Begitu mrk membaca fenomena dunia akan mengalami krisis, kemudi


an mrk bersatu mendirikan Uni Eropa yg direalisasi dgn satu mata uan
g.
• Skrg sejarah membuktikan negara2 kcl di Eropa tetap eksis di bwh lind
ungan Uni Eropa yg Justru jenis mata uang yg berlaku di sana, yakni E
uro, nilainya lbh tinggi dr US $ milik Amerika Serikat.
• Kasus Uni Eropa itu sekedar cth bgmn mrk menghadapi globalisasi.
• Negeri2 kcl slg melindungi hak miliknya, tnp mengorbankan negeri an
ggota, walaupun negerinya diterapkan pasar bebas, ia tetap bs memp
erthnkan produk domestik tnp takut bersaing dgn produk dr luar nege
ri.
• Inilah jiwa zaman, kalau suatu negeri menolak produk luar, berarti ia t
dk akan bs menjual produknya ke luar negeri, pdhal globalisasi tdk me
ngenal lg batas ideologi, geografi, benua, etnis, agama, atau budaya, s
cr budaya gerakan mrk adalah bagian dr pluralisasi dan menganggap d
unia adlh satu.
Realitas Kebudayaan (14)

• Negara Indonesia terletak di posisi silang yg sgt strategis di dunia, yait


u berhadapan lgsg dgn Selat Malaka yg menghubungkan antara Samu
dra Atlantik dan Pasifik, dan dekat dgn Singapura yg menjd pusat pern
iagaan internasional.
• Letak Indonesia jg menjd persinggahan yg dpt menghubungkan Laut C
ina Selatan dan Samudra Hindia yg begitu luas menghampar hingga ke
benua Australia.
• Mengingat letak Indonesia yg terbuka itu, maka mau tdk mau globalis
asi pasti akan merambah sampai ke pelosok tnh air.
• Bangsa Indonesia tdk perlu takut, ttp justru hrs memanfaatkan yg posi
tif dan dpt mengambil keuntungan dr globalisasi tsb.
• Globalisasi bs dimanfaatkan utk mengatasi pengangguran, kemiskina
n, keterbelakangan, dan utk membuka daerah terpencil yg tertinggal.
Realitas Kebudayaan (15)

• Namun agar bangsa Indonesia tdk terseret oleh arus globalisasi yg cpt
tsb, ia bnr2 hrs menyiapkan sumber daya manusia (SDM), spt yg dilak
ukan Malaysia, Philipina, Taiwan, Cina, dan Korea Selatan.
• Supaya tdk terjerat oleh ketergantungan, bangsa Indonesia perlu mem
bgn kembali etos nasionalisme dan selalu mengadakan revitalisasi thd
jiwa nasionalisme jg agar tdk terkontaminasi gaya hdp konsumerisme
dan kemewahan, maka perlu disosialisasikan kembali paham “asketis
me sosial” dan “asketisme intelektual”.
THANK YOU
SEE YOU NEXT MEETING ...

Anda mungkin juga menyukai