Anda di halaman 1dari 50

LOGAM

DAN
NON-LOGAM

KIMIA DASAR II
Logam, non logam, amfoter, kesetimbangan
LOGAM & NON-LOGAM

Perbedaan antara logam dan non-logam pada dasarnya tidak terlalu berbeda. Pada
dasarnya unsur yang gampang menghilangkan electron. Dalam kondisi bebas
logam biasanya mengkonduksi arus listrik dengsn mudah. Unsur yang menahan
elektron dan cenderung untuk membentuk ion negatif disebut non-logam.
A. LOGAM

Dalam kimia, sebuah logam (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur kimia
yang siap membentuk ion (kation). Logam adalah salah satu dari tiga kelompok unsur
yang dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan nonlogam.

Dalam tabel periodik, garis diagonal yang membedakan unsur logam dari
nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah metaloid, biasanya disebut semi-
logam. Unsur-unsur yang termasuk metaloid adalah Boron (B), Silikon (Si),
Germanium (Ge), Arsen (As), Antimon (Sb), Telurium (Te), Polonium (Po).
A. LOGAM

Logam sendiri terbagi menjadi beberapa 3. Logam Transisi :


kelompok, yaitu:
• Lantanida dan Aktinida.
 1. Alkali :
 Lithium (Li), Natrium (Na), Potassium (K), 4. Logam Lainnya :
Rubidium (Rb), Cesium (Cs), Francium (Fr). • Aluminium (Al), Gallium (Ga), Indium (In),
2. Logam Alkali Tanah : Thallium (Tl), Ununtrium (Uut), Tin (Sn), Lead
 Beryllium (Be), Magnesium (Mg), Calcium (Pb), Ununquadium (Uuq), Bismuth (Bi),
(Ca), Strontium (Sr), Barium (Ba), Radium Ununpentium (Uup), Ununhexium (Uuh).
(Ra).
B. Non-logam

Nonlogam adalah kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih mudah menarik
elektron valensi dari atom lain dari pada melepaskannya. Unsur-unsur yang termasuk dalam nonlogam
adalah :
 1. Halogen : Fluorine (F), Chlorine (Cl), Bromine (Br), Iodine (I), Astatine (At), Ununseptium (Uus).
2. Gas mulia : Helium (H), Neon (Ne), Argon (Ar), Krypton (Kr), Xenon(Xe), Radon (Rn), Ununoctium
(Uuo).
3.Nonlogam lainnya : Hidrogen (H), Carbon (C), Nitrogen (N), Phosphorus (F), Oxygen (O), Sulfur (B),
Selenium (Se).
B. NON-LOGAM

Non-logam adalah kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih mudah menarik
elektron valensi dari atom lain dari pada melepaskannya. Unsur-unsur yang termasuk dalam nonlogam
adalah :
 1. Halogen : Fluorine (F), Chlorine (Cl), Bromine (Br), Iodine (I), Astatine (At), Ununseptium (Uus).
2. Gas mulia : Helium (H), Neon (Ne), Argon (Ar), Krypton (Kr), Xenon(Xe), Radon (Rn), Ununoctium
(Uuo).
3.Nonlogam lainnya : Hidrogen (H), Carbon (C), Nitrogen (N), Phosphorus (F), Oxygen (O), Sulfur (B),
Selenium (Se).
B. NON-LOGAM

 Sebagian besar non-logam ditemukan pada bagian atas tabel periodik, kecuali hidrogen yang terletak
pada bagian kiri atas bersama logam alkali. Walaupun hanya terdiri dari 20 unsur, dibandingkan dengan
lebih dari 80 lebih jenis logam, non-logam merupakan penyusun sebagian besar isi bumi, terutama
lapisan luarnya.

 Pada tabel periodik, unsur-unsur di daerah perbatasan antara logam dan non-logam mempunyai sifat
ganda. Misalnya unsur Boron (B) dan Silikon (Si) merupakan unsur nonlogam yang memilki beberapa
sifat logam yang disebut unsur metaloid.
SIFAT FISIS LOGAM

 Logam akan memantulkan sinar yang datang • Logam juga dapat menghantarkan listrik
dengan panjang gelombang dan frekuensi yang karena elektronnya terdelokalisasi bebas
sama sehingga logam terlihat lebih mengkilat. bergerak di seluruh bagian struktur atom.
Contohnya, emas (Au), perak (Ag), besi (Fe), dan Tembaga (Cu) sering dipakai dalam
seng (Zn).  pembuatan kawat penghantar lisrik. 
 Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai • Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk
sinar matahari, sehingga logam akan sangat panas ditempa atau diubah menjadi bentuk
(terbakar). Energi panas diteruskan oleh elektron lembaran. Sifat ini digunakan oleh pandai
sebagai akibat dari penambahan energi kinetik. besi untuk membuat sepatu kuda dari
batangan logam.
SIFAT FISIS NON-LOGAM

 Non-logam tidak dapat memantulkan sinar yang datang sehingga • Densitas atau kepadatannya pun relatif
nonlogam tidak terlihat mengkilat.

rendah sehingga terasa ringan jika dibawa
Non-logam tidak dapat menghantarkan panas dan listrik sehingga
disebut sebagai isolator. dan tidak bersifat diamagnetik (dapat
 Non-logam sangat rapuh sehingga tidak dapat ditarik menjadi
ditarik magnet).
kabel atau ditempa menjadi lembaran. • Non-logam berupa padatan, cairan dan
gas pada suhu kamar. Contohnya padatan
Carbon (C), cairan Bromin (Br) dan gas
Hidrogen (H).
SIFAT KIMIA LOGAM

 Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam cenderung
melepaskan elektronnya dengan mudah. Logam cenderung melepaskan elektron
daripada menangkap elektron untuk membentuk kation. Logam berikatan dengan
lainnya untuk mencapai stabil. Contohnya, Na+, Mg2+, Al3+ .
 Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena
kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan
logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan
elektron, dan pada susunan atom-atomnya
SIFAT KIMIA NON-LOGAM

 
Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur non-logam
cenderung menangkap elektron karena memiliki energi ionisasi yang
besar untuk membentuk anion. Contohnya : , ,
Umumnya unsur nonlogam memiliki titik leleh dan titik didih yang
relatif rendah jika dibandingkan dengan unsur logam.
PENGGUNAAN LOGAM

Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan bahan yang kuat,
tahan karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis logam
merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi.
Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah digunakan
untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.
PENGGUNAAN NON-LOGAM

Belerang atau sulfur ini tersebar di Pegunungan Ijen (Jawa Timur), Dataran
Tinggi Dieng (Jawa Tengah), dan Tangkuban Perahu (Jawa Barat). Fosfat
merupakan bahan endapan dari kotoran kelelawar dan burung. Fosfat terdapat di
daerah terutama di dalam gua-gua. Pemanfaatannya digunakan untuk bahan utama
pupuk fosfat. Tersebar di Bojonegoro (Jawa Timur), Ajibarang (Jawa Tengah), dan
Bogor (Jawa Barat).
HUKUM-HUKUM GAS

Gas memiliki beberapa variabel yaitu volume , tekanan, suhu dan jumlah zat
(mol). Satu variabel saling terkait/berhubungan dengan variabel lain sehingga
kita bisa mengetahui nilai variabel lain jika nilai suatu variabel diketahui.
Hubungan antarvariabel dalam gas itu dinyatakan dalam persamaan-persamaan
yang ada dalam hukum gas yang akan dibahas disini . Hukum ini hanya berlaku
untuk gas ideal dan pada tekanan 1 atm atau lebih kecil.
GAS IDEAL DAN NYATA

 Gas ideal adalah gas teoretis yang terdiri dari partikel-


partikel titik yang bergerak secara acak dan tidak saling
berinteraksi.
Gas nyata – kebalikan dari gas ideal - menjelaskan
karakteristik yang tidak dapat dijelaskan oleh hukum gas
ideal. Untuk memahami perilaku gas nyata, maka faktor-
faktor berikut ini mesti diperhitungkan:efek
kompresibilitas;kapasitas panas spesifik;Gaya van der
Waals;efek termodinamika tidak setimbang;disosiasi molekul
1. Hukum Boyle

Hukum boyle ditemukan oleh Robert Boyle yang menyelidiki


pengaruh tekanan terhadap volume gas pada suhu tetap.
“Pada suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang
tertutup berbanding terbalik dengan
volumenya”
 tabung diperbesar menjadi V2 sehingga tekanannya P2 menjadi lebih kecil.
 Suatu gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang dapat diturunkan atau dinaikkan,
sedang diukur tekanannya. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa saat tuas tutup tabung
ditekan, volume gas akan mengecil dan mengakibatkan tekanan gas yang terukur oleh alat
pengukur menjadi membesar.
 Pernyataan tersebut bila ditulis dalam bentuk rumus :
 P.V=C
 Dimana c = bilangan tetap (konstanta)
 Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai
berikut.
 P1 . V1 = P2 . V2
 Keterangan:
 P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
 P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
Suatu gas bervolume 50 L dan tekanan 0,85 atm dipindahkan ke ruang
bervolume 65 L. Berapakah tekanan gas pada ruang baru tersebut jika suhu
kedunya sama?

Pembahasan :
Jika kalian perhatikan padas oal hanya ada dua variabel yang diketahui yaitu V
dan P serta pada suhu yang tetap. Maka pada soal ini berlaku hukum Boyle.

Ditanya : P2

            P1 x V1 = P2 x V2
0,85 atm x 50 L = P2 x 65 L
                     P2 = (0,85 x 50)/65 attm
                          = 0,65 atm
Jawab :

Suatu ruangan tertutup mengandung gas dengan


volume 200 ml. Jika tekanan ruangan tersebut adalah
60 cmHg, hitunglah tekanan gas pada ruangan yang
volumenya 150 ml?
Diketahui: V1 = 200 mL ; P1 = 60 cmHg ; V2 = 150 ml
Ditanya : P2 ?
Jawab :

Jadi,tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150


ml berdasarkan hukum boyle adalah 80 cmHg.
 
2. Hukum Charles

Hubungan antara volume gas dan suhu ditemukan oleh fisikiawanPerancis


Jacques Charles pada tahun 1787 dan secara terpisah olehJoseph Louis Gay
Lussac yang mempublikasikannya pada tahun 1802.Charles mempelajari
pengaruh perubahan suhu terhadap volume gas pada tekanan tetap. Melalui
serangkaian percobaan yang dilakukannya, Charler akhirnya merumuskan
hukumnya yang berbunyi :

"Pada tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan suhu"


Secara matematika dapat ditulis:

V=T
atau:

V1/T1 = V2/T2 atau V1/V2 = T1/T2


Secara grafik, hukum Charles dapat digambarkan seperti padagambar di bawah. Gambar tersebut
melukiskan sejumlah gas yangterdapat dalam silinder. Tekanan dipertahankan tetap sedangkan
suhu bervariasi. Volume gas bertambah ketika suhu dinaikkan atau berkurang ketika suhu
direndahkan; hubungannya linear (garis lurus).Tiga kemungkinan ditunjukkan dalam

Contoh soal :
1. Sebuah balon bervolume 2 L dengan suhu 25 derajat Celsius. Jika balon itu
dimasukkan dalam pendingin yang bersuhu -28 derajat Celsius, berapakah volume
gas dalam balon?
Pembahasan :

Pada suhu 25 (298 K) derajat C ===> V = 2 L


Pada suhu -28 (245 K) derajat C ===> V =. . . ?

   V1/V2 = T1/T2
(2 L/V2) = (298 K/ 245 K)
         V2 = (2 x 245)/298 L
         V2 = 1,65 L
3. Hukum Gay Lussac

Gay-Lussac, seorang ilmuwan asal Prancis, meneliti hubungan antara tekanan gas (P) dan
temperatur (T) gas pada volume tetap.Apabila botol dalam keadaan tertutup kita masukkan
ke api, maka botol tersebut akan meledak. Hal ini terjadi karena naiknya tekanan gas di
dalamnya akibat kenaikan suhu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa:
“Apabila volume gas yang berada pada ruang tertutup dijagakonstan, maka tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya”.
Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Gay Lussac. Secara matematis dapat dituliskan:
P=T

Atau :

P1/P2 = T1/T2 atau P1/T1 = P2/T2


Hubungan antara tekanan dan suhu gas pada volume konstan
dapatdilukiskan dengan grafik.

Contoh soal :
Gas LPG dalam tabung kecil mempunyai tekanan 5 atm dan suhu 25 derajat C. Hitunglah
tekanan dalam tabung itu jika suhu dinaikkan menjadi 50 derajat C?

Pembahasan :
Pada suhu 25 derajat C ===> P = 5 atm
Pada suhu 50 derajat C ===> P = ???

     P1/P2 = T2/T2
5 atm/P2 = 25 / 50
          P2 = (5 x 50)/25 = 10 atm
4. Hukum Avogadro

Avogadro mempelajari reaksi -reaksi gas. Dari pengamatannya terhadap jumlah pereaksi dan hasil
reaksi pada tekanan dan suhu yang sama didapatkanlah persamaan yang dirumuskan dalam
hukumnya yang berbunyi :

"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas - gas yang volumenya sama mempunyai jumlah molekul
yang sama"

Secara matematika dapat ditulis :

Jumlah partikel = V atau n = V

Jika ada dua gas yang berada pada keadaan suhu dan tekanan yang sama, maka berlaku rumus:

V1/V2 = n1/n2
Contoh soal :
Pada suhu dan tekanan tertentu gas 32 gr gas O2 memiliki volume 10 L. Tentukanlah :
1. volume 16 gr SO2 pada suhu dan tekanan yangsama dengan O2.
2. volume gas SO2 itu jika diukur pada keadaan STP

Pembahasan :
n O2 = gr/Mr = 32/32 = 1 mol ===> Volume = 10 L
n SO2 = gr/Mr = 16/64 = 0,25 mol ===> Volume ???
n O2/ n SO2 = V O2/V SO2
          1/0,25 = 10 L/V SO2
         V SO2 = 0,25 x 10 L
                     = 2,5 L

Jika diukur pada kedaan STP, volume 0,25 SO2 adalah :


1 mol ==> V = 22,4 L
0,25 mol ===> V = ...?

n 1/ n 2 = V1 / V2
  1/0,25 = 22,4 L/ V2
       V2 = 0,25 x 22,4 L = 5,6 L
5. Persamaan Gas Ideal

Hukum Boyle, Charles dan Avogadro sama-sama menunjukkan hubungan volume dengan tiga variable yaitu tekanan,
suhu dan volume.

Hukum Boyle ==> V = 1/P


Hukum Charles ==> V = T
Hukum Avogadro ==> V = n

Jika digabung ketiga hukum tersebut menghasilkan persamaan :


      V = nT/P
PV/nT = R, dengan R adalah konstanta gas ideal.
PV = nRT (persamaan gas ideal)

Dengan :
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = jumlah zat (mol)
R = konstanta gas ideal = diukur pada kedaan standar gas (0 0C, 1 atm), dimana 1 mol gas memiliki volume 22,4 L =
0,082 L atm/mol K)
T = suhu (K)
 Contoh soal :
1. Hitunglah volume 4 gram O2(g) pada suhu 250C dan tekanan 0,75 atm?(Ar O = 16)

Pembahasan :

Mol O2 = g/Mr = 4/32 = 0,125 mol


T = 25 + 273 = 298 K
P= 0,75 atm

PV = nRT
0,75 atm x V = 0,125 mol x 0,082 L atm/mol K x 298 K
V = (0,125 x 0,082 x 298)/0,75
V = 4,1 L

2. Berapakah massa dari gas SO3 yang terdapat dalam ruang 15 L pada suhu 270C dan tekanan 2 atm?

Pembahasan :
Untuk mencari massa kita harus mencari mol terlebih dahulu.

V = 15  L
T = 27 +  273 = 300 K
P = 2 atm

PV = nRT
  n = PV/RT
     = 2 atm x 15 L/0,082 L atm/mol K x 300 K
     = 30/24,6 mol
6. Hukuman Tekanan Parsial Dalton

Pada tahun 1801, Dalton merumuskan hukum, yang sekarang dikenal sebagai hukum
tekanan parsial Dalton, yang menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan yang diberikan oleh masing-masing gas y
ang ada dalam campuran.
7. Hukum Henry

Hukum Henry merupakan hukum yang penting berkaitan dengan kelarutan gas dalam air. Hukum Henry juga
berkaitan dengan hukum tekanan gas parsial yang dikemukakan oleh Dalton yang berbunyi “ pada campuran
gas, seperti udara, setian jenis gas yang ada memiliki tekana yang tidak bergantung terhadap yang lainnya.
Tekanan parsial setiap jenis gas sebanding dengan jumlah (persen volume) gas dalam campuran...”. Sebagai
contoh, konstanta Henry (Kh) untuk oksigen dalam air dengan temperatur 200C adalah 0,73 atm-m3/mol.
Sedangkan udara mengandung 21% oksigen, tekanan parsial gas berdasarkan hukum Dalton adalah 0,21 atm
jika tekanan total udara adalah 1 atm. Sehingga, konsentrasi oksigen dalam air pada 200C dan tekanan 1 atm
adalah 0,21/0,73 = 0,288 mol/m3 atau 0,288(32000)/1000 = 9,2 mg/L.

Dalam teknik lingkungan, banyak permasalahan yang berhubungan dengan transfer gas dalam air melibatkan
penambahan oksigen dalam proses aerasi untuk menjaga agar proses pengolahan berlangsung secara aerobic.
Removal beberapa gas dari larutan atau air juga dilakukan dengan proses aerasi menggunakan aerator atau
peralatan lainnya. Biasanya proses yang berkaitan dengan transfer gas pada kondisi yang mendekati tekanan
atmosfer dari udara yang melewati larutan dan terlepas keudara, tetesan air hujan, adanya turbulensi pada
permukaan yang kontak dengan udara. Meskipun hukum Henry merupakan hukum kesetimbangan gas, ia tidak
menjelaskan secara langsung kinetika dari transfer gas, ia menjelaskan sejauh mana sistem kesetimbangan
cair-gas, yang merupakan faktor dari laju transfer gas.
8. Hukum Graham

  
Menurut hukum Graham yang ditemukan oleh ilmuwan Scotlandia, Thomas Graham
(1805–1869), laju efusi gas berbading terbalik dengan akar massanya.  Artinya
semakin ringan suatu molekul maka laju efusinya semakin tinggi. Jika dibandingkan
dua gas pada tekanan dan temperatur yang sama, kita dapat membuat persamaan
rasio laju efusi gas adalah berbanding terbalik dengan akar dari massanya.

Keterangan : M=Massa Molar


Hubungan kesebandingan terbalik antara laju efusi dengan akar dari massa ini
terkait dengan hubungan antara temperatur dan energi kinetik. Karena temperatur
merupakan ukuran rerata energi kinetik dan tidak tergantung pada identitas kimia
dari gas ( atau jenis gas),  gas-gas yang berbeda pada temperatur yang sama
mempunyai energi kinetik yang sama.
Kesetimbangan dan Prinsip Le Chatelier

Kesetimbangan kimia (equlibrium) adalah keadaan reaksi bolak-balik dimana laju reaksi
reaktan dan produk sama dan konsentrasi keduanya tetap. Kesetimbangan kimia hanya
terjadi pada reaksi kimia yang reversibel. Reaksi reversibel adalah reaksi di mana produk
reaksi dapat bereaksi balik membentuk reaktan. Kesetimbangan kimia tercapai ketika
laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik dan konsentrasi dari reaktan-reaktan dan
produk-produk tidak berubah lagi.
Untuk persamaan reaksi reversibel yang berada dalam kesetimbangan pada temperatur
tertentu berikut,
A + B ⇌ C +D
Peningkatan A atau B akan menggeser kesetimbangan lebih jauh ke kanan. Sebaliknya,
peningkatan C atau D akan menggeser keseimbangan ke kiri.
Jawab :

Larutan adalah campuran zat-zat yang homogen, memiliki komposisi merata


atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Larutan mengandung :
Zat terlarut : satu atau lebih (jumlahnya sedikit).
Pelarut : komponen yang melarutkan zat terlarut dan terdapat dalam jumlah banyak.
Banyaknya zat terlarut yang dapat meng-hasilkan larutan jenuh dalam jumlah
tertentu pelarut pada suhu tertentu disebut kelarutan.
Jika larutan mengandung dengan jumlah maksimum zat terlarut pada suhu tertentu
disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh disebut larutan tidak jenuh.
Kadang kadang dijumpai dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada
zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada suhu tertentu. Larutan ini disebut
larutan lewat jenuh.
Jawab :

Tekanan uap
Salah satu sifat koligatif larutan adalah penurunan tekanan uap. Jika
sobat punya sebuah pelarut murni dan pelarut yang di dalamnya ada
zat terlarutnya keduanya akan memiliki tekanan uaup yang berbeda.
Tenana uap biasanya dimiliki oleh zat yang mudah menguap (volatil)
sepeti zat berwujud cair. Untuk zat padat tekanan uapnya sangat
rendah karena sifatnya yang tidak mudah menguap (nonvolatil). Sifat
koligatif larutan ini pada pelarut murni maupun larutan sangat
tergantung dari suhunya. Tekanan uap cenderung naik seiring dengan
kenaikan suhu.
Jawab :

 Jika tekanan uap air pada suhu 26o C adalah 25,51 mmHg. Coba sobat tentukan tekanan uap larutan yang mengandung 20 gram glukosa
(C6H12O6) dalam 70 gram air. Diketahui Ar C = 12, H = 1, dan O = 16

 Jawab

Mr dari glukosa = 6 (12) + 12 (1) + 6 (16) = 72 + 12 + 96 = 180 gram


20 gram glukosa = 20/180 = 0,11 mol glukosa

Mr Ari = 2(1) + 1 (16) = 18 gram


70 gram air = 70/18 = 3,89 mol
Xp = np/ (nt+np) = 3,89/(0,11+3,89) = 0,973
P’ = Xp x Po= 25,51 x 0,973 = 24,8 mmHg
SENYAWA KOMPLEKS

Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih
ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.

[NiCl4]2− → ion tetrakloronikelat(II)


[CuNH3Cl5]3− → ion aminapentaklorokuprat(II)
  
Untuk memprediksi pengaruh perubahan kondisi pada kesetimbangan
kimia, digunakan asas Le Chatelier. Asas atau prinsip ini dinamai
sesuai dengan penemunya yaitu, Henry Louis Le Chatelier. Bunyi
prinsip Le Chatelier adalah :
Ketika sistem kesetimbanagan dilakukan perubahan karena
konsentrasi, suhu, volume, atau tekanan, maka sistem akan
meneyesuaikan diri sedemikian rupa meniadakan pengaruh perubahan
dan akan menghasilkan kesetimbangan baru.
Atau dapat dikatakan bahwa ketika ada aksi yang mengganggu sistem,
maka sistem akan bereaksi supaya pengaruh aksi menjadi kecil
sekecil-kecilmya. Secara singkat dapat dikatakan sebagai berikut.
Reaksi = – Aksi
Reaksi kimia dalam kesetimbangan sejati dapat dinyatakan sebagai
K=
Ciri-ciri Keadaan Setimbang
Ciri-ciri keadaan suatu reaksi bolak-balik dikatakan
setimbang sebagai berikut:
1. Terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan
tekanan tetap.
2. Reaksinya berlangsung terus-menerus (reversible)
dalam dua arah yang berlawanan.
3. Laju reaksi ke reaktan sama dengan laju reaksi ke
produk.
4. Konsentrasi produk dan reaktan tetap.
5. Terjadi secara mikroskopis pada tingkat partikel zat.
Apabila tekanan pada sistem ditambah/volume diperkecil
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
molekul yang lebih kecil. Sifat volume dan tekanan dalam
kesetimbangan adalah bertolak belakang.
Contoh : Pada persamaan reaksi berikut
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3 (g) H = -92 kJ
Jumlah mol reaktan = 1 + 3 = 4
Jumlah mol produk = 2
Apabila tekanan pada sistem ditambah maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke kanan, karena jika
tekanan ditambah maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil yakni 2.
1. Tentukan persamaan tetapan kesetimbangan (Kc) dari sistem
kesetimbangan berikut ini:

Jawab:

2. Dalam suatu ruang 1 liter pada suhu T°C terdapat dalam keadaan setimbang 2 mol
NH3, 1 mol O2, dan 2 mol H2 menurut persamaan reaksi:

Tentukan harga tetapan kesetimbangan Kc pada suhu tersebut!


Jawab:
Konsentrasi Zat:
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah (menjauhi) zat yang
ditambah konsentrasinya.
Contoh : Pada persamaan reaksi berikut.
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) H = -92 kJ
Apabila konsentrasi N2 ditambah maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan, karena bila konsentrasi zat ditambah
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah yang ditambah konsentrasinya.
 
Suhu
Apabila temperatur sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan bergeser ke arah reaksi yang membutuhkan kalor
(endoterm).
Apabila temperatur sistem dikurangi maka rekasi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang melepaskan kalor
(eksoterm).
Contoh : Pada persamaan reaksi
[A] + [B] ⇌ [C] H = -X
[C] merupakan reaksi eksoterm (melepaskan kalor) dan [A] + [B] merupakan reaksi endoterm (membutuhkan kalor).
Apabila temperatur dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri karena jika temperatur sistem dinaikkan
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm).
AKTIVITAS DAN KOEFISIEN AKTIVITAS

Sifat-sifat fisis dari larutan garam, seperti konduktivitas dan titik beku memberi kesan bahwa
ion-ionnya mungkin terklaster bersama dengan ion-ion positif yang memiliki lebih banyak ion
negatif daripada ion positif dalam lingkungan sekitar mereka, dan ion-ion negatif pada
gilirannya memiliki kelebihan ion positif di sekitar ion-ion negatif. Dalam kondisi seperti ini,
efektivitas dari ion dalam menentukan laju reaksi kimia, dan juga dalam mengubah sifat-sifat
fisik dari zat pelarutnya, akan lebih  rendah dibandingkan efektivitas seandainya setiap ion
mampu bertindak sendiri-sendiri. Hanya dalam larutan yang encer sajalah ion-ion bisa cukup
bebas dari pengaruh ion-ion sekitarnnya sehingga dapat bertindak sebagai partikel-partikel
yang indipenden.
Untuk mencapai kesepakatan antara perhitungan kesetimbangan eksperimental dengan
hitungan yang teoritis, seorang kimiawan mengalikan konsentrasi aktual (molaritas, sebagai
contoh) dengan bilangan tertentu disebut “koefiensi aktivitas”, untuk mendapatkan
konsentrasi efektif disebut “aktivitas”.
Aktivitas dari spesies A dapat didefinisikan sebagai berikut:
aA = fA [A]
dimana aA adalah aktivitas, fA koefisien aktivitas,
dan [A] molaritas dari spesies A. Sebagai contoh,
aktivitas dari ion hidronium adalah
aH3O+ = f H3O+ - [H3O+]
Dan aktivitas ion hidroksinya adalah
aOH-= fOH- [OH-]
Tetapan sebenarnya untuk disosiasi air, Kw adalah
Kw = aH3O+ x aOH-
CARA MENGGESER KESETIMBANGAN

Dalam pergeseran kesetimbangan ada beberapa hal yang menentukan arah letak kesetimbangan
yaitu :
1. Perubahan Konsentrasi suatu zat
2. Perubahan Volume atau tekanan
3. Perubahan suhu
Cara menggeser kesetimbangan suatu zat pada :
1.Perubahan Konsentrasi zat
Apabila konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut.Sebaliknya jika
konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergesar
ke pihak tersebut.
Contoh ;
2SO2 + O2 D 2SO3
Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan.Bila pada sistem kesetimbangan ini
dikurangi gas SO3, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi O2, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kiri.
Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi SO3, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kanan.
2. Perubahan volume atau Tekanan
perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka
dalam sistem akan mengadakan reaksi berupa pergeseran
kesetimbangan sebagai berikut.
Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi
 kecil.
Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi
 besar)
Pada sistem kesetimbangan di mana jumlah koefisien reaksi
 sebelah kiri sama dengan jumlah koefisien reaksi sebelah kanan,
maka perubahan tekanan atau volume tidak menggeser letak
kesetimbangan.
Contoh :
 
Pada reaksi kesetimbangan:
 
N2(g) + 3H2(g) D 2NH3(g)
 
jumlah koefisien reaksi di kanan = 2
jumlah koefisien reaksi di kiri = 1 + 3 = 4
 
• Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperbesar (volume
 diperkecil), maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (jumlah koefisien
kecil).
• Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperkecil (volume
 diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (jumlah koefisien besar).
 
3Perubahan Suhu
Menurut Van’t Hoff :
Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
Contoh :
 
2NO(g) + O2(g) D 2 NO2(g)                ΔH = –216 kJ
(reaksi ke kanan eksoterm)
 
Reaksi ke kanan eksoterm berarti reaksi ke kiri endoterm.
 
• Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri (ke arah endoterm atau yang membutuhkan kalor).
• Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan (ke arah eksoterm)
AMFOTER

Dalam kimia, amfoter merujuk pada zat yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Hal ini dapat
terjadi karena suatu zat memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zat tersebut memang
mempunyai kemampuan seperti itu.Zat amfoter yang umum adalah asam amino, protein, dan air.
Beberapa logam, seperti seng, timah, aluminium, dan berilium, juga dapat membentuk oksida
amfoterik.Sebagai contoh, seng oksida (ZnO) bereaksi berbeda tergantung kemasaman larutan:
Dalam asam:
ZnO + 2H+ → Zn2+ + H2O
Dalam basa:
ZnO + H2O + 2OH- → [Zn(OH)4]2-
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai