Anda di halaman 1dari 62

Perkembangan Sistem Periodik Unsur

1. Hukum Triade

Unsur-unsur yang mempunyai sifat yang sama disusun berdasarkan massa atomnya dalam
suatu triade yaitu setiap kelompok terdiri dari tiga unsur. Unsur yang ditengah mempunyai
massa atom rata-rata dari jumlah massa atom kedua unsur yang mengapitnya dan sifatnya
diantara keduanya

Contoh:
Kelemahannya: banyak unsur yang mempunyai sifat mirip tetapi jumlahnya lebih dari tiga.

2. Hukum Oktaf

Pengelompokkan unsur-unsur berdasarkan massa atom.Unsur-unsur disusun dalam

kelompok berisi tujuh unsur. Sifat-sifat unsur akan berulang pada unsur kedelapan (oktaf).
Dengan demikian, unsur ke-8 akan mempunyai sifat yang sama dengan unsur ke-1.

Contoh:

Kelemahan: tidak berlaku untuk unsur-unsur bernomor massa relative besar, misalnya Cr tidak
mirip dengan Al; Mn tidak mirip dengan P; Fe tidak mirip dengan S.

3. Susunan Berkala Mendeleev dan Meyer

Unsur-unsur disusun dalam suatu tabel berdasarkan sifat-sifatnya yang merupakan fungsi dari
massa atom relative.

Unsur dengan sifat-sifat yang sama diletakkan dalam satu kolom dari atas ke bawah (Meyer
berdasarkan sifat fisika sedangkan Mendeleev berdasarkan sifat kimia dan fisika).

Terdapat 8 golongan (kolom vertical) dan 7 perioda ( baris horizontal)

Mendeleev dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan yang akan mengisi tempat
yang kosong dalam tabel
Kelemahan susunan berkala Mendeleev: beberapa urutan unsur terbalik jika ditinjau dari
bertambahnya massa atom.

4. Sistem Periodik Modern

Disusun berdasarkan konfigurasi electron dari atom unsur-unsur. Sistem periodic modern
disusun menjadi suatu baris-baris (dari kiri ke kanan) dan kolom-kolom (dari atas kebawah).
Baris disebut perioda, sedangkan kolom disebut golongan.

Setiap perioda memiliki nomor masing-masing dimulai dari 1-7. Golongan memiliki nomor 1-8
dengan ditambahkan A dan B.

Tips Menghafal golongan IA, IIA, IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA:

Golongan IA : Li-Na-K-Rb-Cs-Fr

Tips menghafal : LiNaKawin Rubi CsFrustasi

Golongan IIA : Be-Mg-Ca-Sr-Ba-Ra

Tips menghafal : Beli Mangga Cari Sirsak Bawa Rambutan

Golongan IIIA : B-Al-Ga-In-Tl

Tips menghafal : Bang Ali Gandeng Iin di Televisi

Golongan IVA : C-Si-Ge-Sn-Pb

Tips menghafal : CeSiGenit Senang Plembungan

Golongan VA : N-P-As-Sb-Bi

Tips menghafal : Nining Punya Asisten Serba Bisa

Golongan VIA : O-S-Se-Te-Po

Tips menghafal : Orang Sekarang Senang TelePon

Golongan VIIA : F-Cl-Br-I-At

Tips menghafal : Festival Celana Baru Itu Antik

Golongan VIIIA : He-Ne-Ar-Kr-Xe-Rn

Tips menghafal : Heboh Negara Arab Karena Xerangan Radon


SUSUNAN BERKALA DANBEBERAPA SIFAT
UNSUR

Oleh : Ir. Nanang Ruhyat MT,

Perhitungan kimia seperti yang telah dipelajari pada modul sebelumnya merupakan cara atau
alat yang digunakan oleh ahli kimia untuk mempelajari kenyataan dalam kimia, misalnya
komposisi dan reaksi kimia suatu zat. Kenyataan ini membentuk pusat inti (central core) dari
ilmu kimia dan menjadi dasar untuk menerangkan secara teoritis gejala yang terjadi, dengan
demikian cara atau alat ini sangat penting.

Tujuan modul ini adalah memperkenalkan beberapa sifat unsur dan reaksi yang terjadi untuk
membentuk senyawa. Selama mempelajari bagian ini, akan diketahui bagaimana daftar
periodik disusun dan akan dijumpai bagaimana seorang ilmuwan mempelajari struktur yang
ada dalam atom. Dan akhirnya, Anda akan mempelajari nama senyawa kimia, sebagai alat
yang sangat penting untuk berkomunikasi di antara ahli kimia.

Beberapa Sifat Unsur

Cakupan sifat-sifat yang diperlihatkan. oleh unsur sangat mengagumkan. Pada temperatur
kamar, sebagian bersifat gas, sebagian bersifat cair dan lainnya padat. Sebagian lagi bersifat
logam (metal), sebagian bukan logam, sebagian lainnya ada pula yang mempunyai sifat di
antara keduanya, sebagian unsur keras, sebagian lagi lunak, sebagian sangat padat (very
dense) dan yang lainnya sangat ringan (low density). Karena sangat beragarnnya sifat-sifat
unsur, dicari jalan atau cara untuk membagi sifat-sifat unsur, sehingga dapat memudahkan
pengertiannya..
Salah satu metoda yang paling sederhana untuk mengklasifikasi unsur ini adalah membaginya
menjadi tiga kategori: logam (metal), non-logam (non-metal) dan metaloid. Unsur-unsur
yang ada dalam setiap kategori mempunyai beberapa sifat yang berbeda-beda.

Logam (Metal)

Setiap orang pernah melihat logam, misalnya besi pada telapak kuda, kertas pembungkus dari
aluminium (Al-foil), kawat tembaga atau bumper mobil yang dilapisi krom (chrom-plated). Dan
Anda juga tidak akan raga-raga dengan beberapa sifat logam, meskipun Anda tidak begitu
mengetahui tentang sifat-sifatnya. Salah satu contoh, misalnya adalah bentuk yang menarik
dari logam. Cahaya dari logam sangat spesifik, sehingga disebut cahaya metal (metallic luster)

Logam juga mempunyai sifat yang sama dalam kemampuannya mengubah bentuk tanpa
pecah, jika ditempa dengan pemukul (hammer) atau ditarik untuk meluruskannya. Semua ,
logam mempunyai kemampuan seperti ini sampai derajat tertentu. Kemampuan mengubah
bentuk jika dipukul disebut malleabilitas (malleability) dan beberapa logam, misalnya emas
dapat ditempa atau diperas sampai sangat tipis. Daun emas, misalnya terdiri dari emas dan
sedikit perak dan tembaga yang didorong masuk ke dalam lapisan yang sangat tipis (kira-kira
1/280.000 inci) yang menyebabkan campuran logam ini transparan, sehingga sebagian sinar
dapat melewatinya. Sifat mudah ditempa (lentur) dari logam juga merupakan sifat yang dapat
digunakan oleh pandai besi untuk membuat sepatu kuda dan pandai perak dalam membuat
kerajinan dari perak.

Kemampuan logam yang dapat diluruskan jika ditarik dari arah yang berlawanan disebut
mempunyai sifat lentur (ductility). Sifat ini digunakan pada pembuatan kawat. Logam yang
akan dijadikan kawat dapat berupa baja, tembaga atau bras (campuran logam yang terdiri dari
tembaga dan seng), dibuat dulu menjadi batang. Salah satu batang diperkecil melalui suatu
alat yang berputar yang dapat mengubah batang kawat menjadi lebih kecil lagi dan kawat
yang terbentuk dikumpulkan pada "pulling divice" pada sisi lainnya. Dengan deinikian logam
tersebut dibawa melalui alat penipis batang (die) dimana ukuran garis tengahnya menjadi
berkurang dan panjangnya bertambah.

Non Logam

Kebanyakan unsur non logam jarang dijumpai dalam bentuk unsurnya yang murni dalam
kehidupan sehari hari, yang sering dijumpai adalah dalam bentuk senyawa kimia (compound).
Salah satu benda non logam yang banyak diketahui adalah karbon, yang terjadi di alam dalam
dua bentuk yang berbeda. Salah satu bentuk karbon yang cukup dikenal adalah grafit. Bentuk
ini banyak dijumpai pada arang bakar dan isi pencil. Bentuk karbon vane kurang dikenal tetapi
sangat berharga adalah berlian (diamond ). Grafit dan berlian adalah dua sifat yang sangat
berbeda jika dikaitkan sebagai logam. Kedua bentuk karbon tersebut tidak mempunyai sifat
sebagai logam yang mudah ditenpa atau bersifat lentur (ductile).

Non logam lainnya yang sangat banyak dijumpai adalah oksigen dan nitrogen, yaitu komponen
yang penting dari atmosfir. Biasanya kita tidak sadar akan kehadirannya, karena kedua
nonlogam ini adalah gas yang tidak dapat dilihat. Scperti telah dipelajari sebelumnya , oksigen
dan nitrogen terdiri dari molekul yang mempunyai dua atom (molekul diatom), molekul
yang mengandung dua atom dalain setiap molekulnya. Unsur nonlogam lainnya yang bentuk
molekulnya juga sama dengan oksigen dan nitrogen kebanyakan juga berbentuk gas adalah
hidrogen (H2), fluor (F), klor (Cl), Brom (Br) clan Yodium (Y), unsur ini juga mengandung dua
atom dalam setiap molekulnya, tetapi brom berbentuk cair dan Yodium berbentuk padat pada
temperatur kamar.

Sama seperti sifit-sifat logam yang , batasnya sangat luas, demikian juga sifat-sifat unsur non-
logam. Seperti yang telah disarnpaikan se belumnva, beberapa unsur berbentuk gas dan ada
satu (brom) berbentuk cair. Ada yang berbentuk padat, karbon adalah salah satu con tohnya.
Disamping perbedaan dalam sifat- sifat fisika, unsur nonlogam juga berbeda dalam sifat-sifat
kimianya. Fluor misalnya sangat reaktif, tetapi helium inert (tidak reaktif sama sekali).
Metaloid

Metaloid adalah unsur yang mempunyai sifat antara logam dan non logam. Perbedaan ini.
yang merupakan hal yang sangat penting akan diuraikan lebih terinci pada pembahasan
selanjutnya. Antara logam (metal) dan nonlogam (nonmetal). Contoh yang paling terkenal
adalah elemen silikon. Yang lainnya misalnya arson (As) dan antimon (Sb). Jika dilihat dari
bentuk luarnya, unsur ini agak berbentuk logam, tetapi warna gelapnya agak berbeda.
Bentuknya agak berbeda jika dibandingkan dengan logam yang spesifik misalnya besi atau
perak.

Metalloid adalah semikonduktor yang spesifik, unsur ini dapat mengantar arus listrik, tetapi
tidak tepat sama seperti logam. Sifat semikonduktor ini sangat berguna dalam industri
elektronik, karena unsur ini dapat memungkinkan alat-alat milcroelektronik diperoleh dalam
bentuk ukuran kecil (dapat digenggam dalam Langan) misalnya dijumpai dalam kalkulator dan
mikrokomputer.

Susunan Berkala yang Pertama

Sifat kimia dan fisika seperti yang diuraikan dalam paragraf sebelum ini, telah ditemukan pada
permulaan sejarah ilmu kimia. Ilmuwan pada permulaan tahun 1800, telah mengumpulkan
sejumlah informasi yang sangat penting tentang unsur yang mereka ketahui. Pengetahuan ini
bagaimanapun juga, merupakan kenyataan yang sangat penting meskipun sebagian-sebagian
atau tidak berhubungan yang dibutuhkan dalam melakukan beberapa percobaan sebelum
informasi yang sempurna dapat dicapai. Pada permulaannya percobaan-percobaan yang
dilakukan untuk mengklasifikasikan unsur hasilnya sangat terbatas dan tidak sampai pada
tahun 1869, pelopor daftar periodik yang modern menemukan cara untuk mengatasinya.
Penemuan ini merupakan hasil kerja dua ahli kimia, Dmitri Mendeleev dari Rusia dan Julius
Lothar Meyer dari Jerman. Mereka bekerja secara terpisah, tetapi menghasilkan daftar periodik
yang sama pada waktu yang hampir bersamaan. Mendeleev mempresentasikan hasil kerjanya
di depan Persatuan Ahli Kimia Rusia (Russian Chemical Society) pada permulaan tahun 1869,
tetapi daftar periodik Meyer belum muncul sampai bulan December tahun itu. Dalarn-hal ini
Mendeleev lebih beruntung karena telah memperagakan lebih dahulu penemuannya, sehingga
dia Iebih dikenal sebagai penemu daftar periodik.

Mendeleev adalah seorang guru kimia, dimana ketika dia mempersiapkan buku penuntun (text
book) untuk muridnya, dia menemukan bahwa jika unsur disusun menurut massa atom yang
menaik, unsur dengan sifat-sifat yang sama akan dijumpai jarak (interval) secara periodik
(periodic interval). sebagai contoh, diambilnya unsur litium (Li), natrium (Na), kalium (K), dan
rubidium (Rb). Setiap unsur membentuk senyawa yang larut dalam air jika direaksikan dengan
khlor dengan rumus urnum MCI, dimana M adalah Li, Na, K dan seterusnya. Meskipun hal ini
suatu kenyataan yang menarik, yang paling penting adalah bahwa jika kita teliti unsur setelah
Li, Na, K dan Rb dalam daftar (Be, Mg, Ca dan Sr, misalnya), unsur-unsur ini juga termasuk
grup unsur yang sama. Misalnva unsur ini membentuk senyawa BeCl2, MgCl2, CaCl2 dan SrCl2,.
Mendeleev menemukan fakta (phenomena) seperti ini terjadi berulang-ulang dalam daftar
unsurnya dan dia sadar bahwa daftar ini dapat dibaginya menjadi beberapa seri barisan (row).
Jika satu deratan unsur terletak di atas deretan yang lain, maka deretan unsur itu mempunyai
sifat yang sama dalam kolom vertikal. Hasilnya adalah merupakan susunan berkala yang
pertama.

Ketika Mendeleev menyusun hal ini, belum semua unsur ditemukan. Dia menyadari hal ini,
karena untuk selalu memperoleh unsur yang sama dalam satu kolom atau grup, dia selalu
terpaksa mengosongkan tempat dalam daftarnya. Hal ini juga diperlakukannya untuk
membalik susunan massa atom, misalnya tellurium (Te) dan iodium (I), dimana massa
atomnya dalam tahun 1869 diduga adalah 128 dan 127 u, Mendeleev menempatkan unsur
dalam susunan yang terbalik (menurut massa atom), karena sifat-sifatnya menunjukkan
tellurium masuk dalam kelompok (grup) VI dan iodium dalam kelompok VII (Golongan ditulis
dengan angka Romawi untuk memudahkan penandaan).

Salah satu keuntungan daftar Mendeleev adalah memungkinkan membuat perkiraaan sifat-
sifat unsur yang masih kosong dalam daftar. Sebab unsur yang ada dalam setiap kolom
tertentu mempunyai sifat yang sama. Sebagai contoh germanium yang terletak di bawah
silikon dan di atas timah putih dalam Kelompok IV, belum ditemukan ketika Mendeleev
menyusun daftar ini. Oleh karena itu pada pita yang dibuatnya ditemukan kolom yang kosong.
Berdasarkan letak elemen itu, Mendeleev dapat menduga sifat unsur ini yang disebutnya "eka-
silikon", yang hares terletak antara silikon dan timah putih.

Jika kita lihat daftar periodik yang terbaru, kita jumpai unsur-unsur yang tidak ada dalam
daftar Mendeleev. Kolom ini sangat penting dengan judul Gas Mulia ("Noble Gases"). Unsur ini
sangat tidak reaktif, dalam bentuk gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, dalam jumlah
yang sangat sedikit diatmosfir. Karena unsur ini tidak dikenal senyawanya, maka para ilmuwan
dimana Mendeleev tidak tahu adanya unsur ini. Setelah unsur ini ditemukan, diketahui bahwa
massa atom argon. agak lebih besar dari kalium (K). Kenyataannya, kalium jelas masuk dalam
unsur Kelompok I dan argon jelas masuk dalam kolompok gas mulia. Kembali lagi seperti
terjadi pada Te dan I, sangat penting menempatkan sepasang unsur dalam daftar menurut
massa atom yang terbalik (reverse).

Kebutuhan untuk memindahkan daftar massa atom dari kedua pasang unsur ini, menyebabkan
para ilmuwan sadar akhimya, bahwa massa atom tidak menentukan sekali dimana elemen
ditempatkan dalam daftar berkala. Dasar yang sebetulnya menentukan daftar periodik dapat
terletak dimana saja, seperti yang akan kita bicarakan dalam uraian

Pandangan Terbaru Tentang Atom

Permasalahan yang dijumpai jika elemen disusun dalam daftar berkala Mendeleyev menurut
aturan massa-atom akan hilang, jika unsur-unsur ini disusun menurut nomor atomnya. Untuk
memahami nomor atom, maka kita harus mula-mula melihat struktur bagian dalam dari atom.
Pandangan Dalton mengenai atom sebagai bagian yang paling kecil (partikel) yang tidak dapat
dibagi, kita ketahui sekarang bahwa hal ini tidak benar. Eksperimen-eksperimen yang telah
dimulai sejak alkhir abad ke sembilan betas dan dilanjutkan sampai sekarang memperlihatkan
bahwa atom itu sendiri terdiri dari partikel-partikel subatom. Banyak partikel ini yang telah
diketahui, tetapi suatu yang prinsip, yang sangat penting kita ketahui adalah proton,
neutron, dan elektron.

Proton dan elektron merupakan partikel yang bermuatan listrik. Proton dan elektron ini
membawa muatan yang berbeda, dimana proton mempunyai muatan yang ditetapkan dengan
tanda positif (+) dan elektron mempunyai muatan yang ditetapkan dengan tanda negatif (-).
Suatu hal yang sangat penting dipahami mengenai muatan listrik ini adalah muatan yang
berlawanan akan sating tarik menarik dan muatan yang sama saling tolak menolak. Jadi,
proton menarik elektron, tetapi proton menolak proton dan elektron menolak elektron.
Neutron, sesuai dengan namanya, tidak bermuatan, dengan demikian muatan listriknya netral.

Dalam SI, muatan listrik ditetapkan dalam coulomb (simbolnya Q). Satu coulomb adalah
jumlah muatan listrik yang melalui titik-titik yang telah ditentukan dalam suatu kawat jika arus
listrik sebesar 1 Amper melaluinya selama 1 detik. Dalam istilah yang lebih umum, jika bola
lampu 100 watt bersinar, maka dibutuhkan waktu 1,2 detik larnanya muatan listrik melalui
kawat bola lampu itu agar diperoleh muatan 1 coulomb. Jumlah muatan ini cukup besar, tetapi
jumlah muatan yang dibawa oleh satu elektron sangat kecil, yaitu sebesar 1,60 x 10 -19 C.
Karena muatan elektron adalah negatif, maka muatannya adalah -1,60 x 10 -19 C. Proton juga
mempunyai muatan yang sama dengan elektron, tetapi dengan muatan yang berlawanan, jadi
muatan proton adalah +1,60 x 10-19 C.

Jika kita menghitung muatan listrik partikel, selalu dikalikan dengan 1,60 x 10-19 C, dengan
demikian lebih sesuai untuk menyederhanakan satu unit muatan listrik sama dengan jumlah
ini. Dalam Skala ini, suatu elektron mempunyai satu unit muatan negatif (disebut muatannya
1-) dan suatu proton mempunyai satu unit muatan positif (disebut muatannya 1 +).

Partikel subatom ini juga mempunyai sifat lain yang penting yaitu massanya. Proton dan
neutron adalah partikel yang relatif berat yang massanya kira-kira satu unit massa atom (1u).
Sebaliknya elektron adalah partikel yang ringan dengan massa hanya kira-kira 1/1836 dari
massa proton.
Intl Atom

Konsep inti atom sudah dikenal oleh orang-orang yang pernah mendengar energi nuklear. Intl
(nucleus) adalah nama untuk partikel yang sangat kecil dan sangat padat, neutron yang
berdasarkan percobaan memperlihatkan bahwa inti ini terletak di tengah atom. Berdasarkan
percobaan juga diperlihatkan bahwa semua proton dan neutron dari atom terletak dalam
intinya dan elektron tersebar sekeliling inti. Bagaimana elektron ini tersusun merupakan hal
yang sangat penting dalam ilmu kimia dan akan diuraikan lebih panjang pada Bab 7. Untuk
sekarang, sudah cukup untuk diketahui bahwa elektron berada diluar inti dan elektron ini
mengisi hampir semua volume dari suatu atom.

Sejauh dikaitkan dengan limit kimia, inti ini penting karena dua alasan. Alasan pertama adalah
jumlah proton dalam inti, yang berhubungan dengan nomor atom suatu atom, menunjukkan
jumlah elektron yang harus dipunyai oleh atom agar muatan listriknya menjadi netral.

Alasan kedua adalah massa atom ditentukan mula-mula oleh jumlah proton dan neutron
dalam intinya, dimana setiap proton dan neutron menyumbang kira-kira satu unit massa atom.
Partikel ini begitu berat dibandingkan dengan elektron, sehingga massa dari inti hampir sama
dengan massa atom suatu atom. Sebagai tambahan, karena inti sangat kecil, kepadatan
materi inti sangat besar, kira-kira 10 14 g/cm3. Untuk menggambarkan betapa padatnya inti ini,
maka jika semua inti dari semua atom yang ada dalam minyak mentah yang dibawa oleh satu
super tanker yang terbesar diduma dipadatkan, maka inti, atom ini hanya mengambil volume
kira-kira 0,004 cm3. Volume ini kira-kira sama dengan sepersepuluh dari satu tetes air,
meskipun gabungan massanya lebih dari 400.000 ton !

ISOtOP

Seperti telah diuraikan dalam modul sebelumnya, tidak semua atom dari unsur yang sama
mempunyai massa yang identik dengan massa yang diusulkan oleh Dalton. Bentuk atom yang
bermacam-macam ini disebut isotop. Keberadaan isotop merupakan fenomena yang umum
dan kebanyakan unsur secara alamiah terdiri dari campuran isotop. seperti yang akan kita
jumpai kemudian, sifat-sifat unsur hampir selurulinya ditentukan oleh jumlah dari distribusi
elektron disekeliling nukleus. Oleh sebab itu, nomor atom yang diketahui, secara tidak lang-
sung dapat membedakan suatu atom dari satu unsur dari atom unsur lainnya, karena jumlah
elektron harus sama dengan nomor atom dalam suatu atom yang bermuatan listrik netral.
Dengan perkataan lain nomor atom suatu atom menunjukkan identitas suatu unsur . jika
massa atom dari unsur yang sama berbeda sama sekali, hal ini disebabkan oleh perbedaan
jumlah neutron yang dimiliki oleh atom tersebut.

Isotop yang khusus dari suatu unsur ditentukan dengan cara menetapkan nomor atomnya,
yaitu dengan lambang Z dan nomor massanya A

Nomor massa merupakan penjumlahan banyaknya proton dan neutron dari suatu atom.
Dengan demikian nomor neutron dapat-diperoleh dari perbedaan A Z.

Kita gambarkan isotop secara simbolik dengan menuliskan nomor massa atom di atas dan
nomor atom di bawah, keduanya menunjukkan lambang suatu atom.

A
XZ

Sebagai contoh, atom karbon (Z = 6), yang mengandung enam neutron mempunya lambang
12
C6. Ini adalah karbon yang mempunyai 12 isotop, yang merupakan dasar dari Skala massa
atom.

Perlu diperhatikan bahwa, kecuali karbon-12, nomor massa isotop, berbeda dengan massa
yang sebetulnya yang ditetapkan dalam unit massa atom. Sebagai contoh, isotop 16
0
mempunyai nomor massa atom 16, yang berarti jumlah banyak proton dan neutron adalah 16.
Sebetulnya, massa atom 160yang benar adalah 15,99491 u.
Seperti dapat dilihat di atas, kebanyakan elemen terjadi di alam dalam bentuk campuran
63
isotop. Elemen tembaga misalnya, ditemukan di alam mengandung dua isotop, Cu29 dan
65
Cu29 yang massanya telah dapat ditentukan dengan tepat sebesar 62,9298 dan 64,9278 u.
Berat relatif elemen tembaga adalah 69,09 % dan 30,91 %. Dari penelitian massa atom rata-
rata dari tembaga adalah 63,55, yang diperoleh dari berat rata-rata massa isotop, berdasarkan
berat relatif isotop.

Nomor Atom dan Tabel Periodik yang Baru

Jika unsur disusun dalam susunan berkala menurut nomor atom, semua hal yang masih
diragukan yang dijumpai dalam tabel Mendeleev menjadi hilang. Tellurium dan indium, argon
dan kalium tersusun dengan sendirinya ke tempat dimana unsur ini seharusnya. Jadi, terbukti
nomor atom suatu unsur--jumlah proton dalam inti atom tersebut menentukan dimana unsur
tersebut ditempatkan dalam tabel dan setiap unsur dengan sifat yang sama dijumpai dalam
kelompok yang sama, dan nomor atom elemen tersebut pasti menentukan macam-macam
sifat kimia dan fisika unsur tersebut. Untuk sekarang, marilah kita perhatikan susunan berkala
baru telah disusun, dimana kita dapat mengetahui cara menggunakannya untuk
menghubungkan sifat kimia dan sifat fisika suatu unsur.

Susunan berkala yang sekarang digunakan dapat dilihat pada Gambar . Angka yang dicetak di
atas simbol kimia adalah nomor atom dan yang di bawah adalah massa atom. Sama seperti
tabel Mendeleev, tabel ini terdiri dari sejumlah kolom sejajar (row) yang disebut ber-
kala/periodik yang ditandai dengan angka biasa (Arab) dan kolom vertikal yang disebut
kelompok/golongan (group), dimana setiap golongan mengandung satu keluarga unsur
Golongan ini juga ditandai dengan angka. Sistim penomoran yang selama ini dipakai di
Amerika Serikat hampir sama dengan sistim Mendeleev dan setiap golongan/grup
menggunakan angka Romawi dan huruf A atau B. Hal ini dapat dilihat pada bagian atas setiap
kelompok/grup. Baru-baru ini, International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC)
menyetujui suatu sistim alternatif dimana golongan/grup diberi nomor dari kiri ke kanan dimu-
lai dari 1 sampai 18. Angka ini diletakkan di bawah penandaan Romawi. Sistim baru ini telah
menimbulkan perdebatan yang hebat, banyak ahli kimia pengajar ilmu kimia menentangnya.
Karena ketentuan ini masih diperdebatkan, maka kita akan menggunakan penomoran menurut
angka Romawi dan golongan/grup A dan B.

Golongan yang dikiri tanda dengan huruf A (golongan I A sampai VII A) dan golongan 0
menunjukkan kebersamaan (kolektif) sebagai elemen representatif (representative
element). Label dengan huruf B (golongan I B sampai VII B) ditambah golongan VIII
(sebetulnya terdiri dari tiga kolom yang pendek yang terletak ditengah tabel) disebut elemen
transisi (transition element). Alasan penandaan golongan A dan B adalah karena ada
beberapa kesamaan sifat antara unsur kelompok A dan elemen kelompok B, meskipun
kesamaan sifat tersebut kadang-kadang sedikit.

Akhirnya ada dua baris unsur yang diletakkan tepat di bawah bagian utama tabel. Unsur ini
dikenal dengan nama unsur transisi bagiandalam (inner transition element), sebetulnya
merupakan bagian dari bagan yang ada dalam tabel seperti terlihat dalam Gambar. Unsur ini
biasanya diletakkan di bawah bagan yang telah disiapkan (conserve space), dengan demikian
tabel dapat dicetak lebih menarik, seingga huruf-huruf tidak terlalu kecil untuk dapat dibaca.
Perhatikan Gambar, terlihat baris pertama unsur transisi bagian dalam terletak setelah unsur
lanthanum (La) dan baris kedua setelah unsur actinium (Ac). Karena unsur ini terletak mengik-
un baris ini, maka baris pertama (unsur 58 sampai 71) disebut lantanida (lanthanides) dan
baris kedua (90 sampai 103) disebut aktinida (actinides). Sering juga disebut, lantanida
sebagai unsur yang jarang dijumpai di bumf (rare earth element), karena sangat sedikit
ditemukan dalam kerak bumf.

Sebagian unsur mempunyai nama yang khusus, demikian juga jum lah kelompoknya. sebagai
contoh, unsur Golongan I A (diluar hidrogen) dikenal dengan nama logam alkali dan unsur
Golongan II A logam alkali tanah. Unsur golongan VIIA adalah halogen, nama ini diambil
dari bahasa Yunani, yang berarti "pembuat garam-salt-former". Akhirnya unsur Golongan 0
(angka nol) disebut gas mulia (juga kadang-kadang disebut gas invert) karena elemen ini
sangat sukar bereaksi.

Unsur-unsur Kimia "SUSUNAN BERKALA" (Elements of Chemistry


"PERIODIC STRUCTURE")

Elements of Chemistry "PERIODIC STRUCTURE"

Tabel periodik unsur-unsur kimia adalah tampilan unsur-unsur kimia dalam bentuk tabel.
Unsur-unsur tersebut diatur berdasarkan struktur elektronnya sehingga sifat kimia unsur-unsur
tersebut berubah-ubah secara teratur sepanjang tabel. Setiap unsur didaftarkan berdasarkan
nomor atom dan lambang unsurnya.
Tabel periodik standar memberikan informasi dasar mengenai suatu unsur. Ada juga cara lain
untuk menampilkan unsur-unsur kimia dengan memuat keterangan lebih atau dari persepektif
yang berbeda.

MACAM-MACAM SISTEM PERIODIK

1. TRIADE DOBEREINER DAN HUKUM OKTAF NEWLANDS TRIADE DOBEREINER


Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki kemiripan sifat,
yang ada hubungannya dengan massa atom.
Contoh kelompok-kelompok triade:

- Cl, Br dan I

- Ca, Sr dan Ba
- S, Se dan Te

HUKUM OKTAF NEWLANDS

Apabila unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka unsur kesembilan
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesepuluh mirip dengan unsur
kedua dan seterusnya. Karena setelah unsur kedelapan sifat-sifatnya selalu terulang, maka
dinamakan hukum Oktaf.

Contoh: Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na (nomor atom 11) 3
11
2. SISTEM PERIODIK MENDELEYEV

- Disusun berdasarkan massa atomnya dengan tidak mengabaikan sifat-sifat


unsurnya.

- Lahirlah hukum periodik unsur yang menyatakan bahwa apabila unsur disusun menurut
massa atomnya, maka unsur itu akan menunjukkan sifatsifat yang berulang secara periodik.

- Beberapa keunggulan sistem periodik Mendeleyev, antara lain:

- Ada tempat bagi unsur transisi.

- Terdapat tempat-tempat kosong yang diramalkan akan diisi dengan


unsur yang belum ditemukan pada waktu itu.

- Kekurangan sistem periodik ini:

- Adanya empat pasal anomali, yaitu penyimpangan terhadap hukum


perioditas yang disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya.
Keempat anomali itu adalah: Ar dengan K, Te dengan I, Co dengan Ni
dan Th dengan Pa.

3. SISTEM PERIODIK BENTUK PANJANG

Sistem ini merupakan penyempurnaan dari gagasan Mendeleyev, disusun berdasarkan


nomor atomnya.Sistem ini terdiri dari dua deret, deret horisontal disebut periodik dan deret
vertikal disebut golongan.
Perkembangan Sistem Periodik Unsur

1. Hukum Triade

Unsur-unsur yang mempunyai sifat yang sama disusun berdasarkan massa atomnya dalam
suatu triade yaitu setiap kelompok terdiri dari tiga unsur. Unsur yang ditengah mempunyai
massa atom rata-rata dari jumlah massa atom kedua unsur yang mengapitnya dan sifatnya
diantara keduanya
Contoh:

Kelemahannya: banyak unsur yang mempunyai sifat mirip tetapi jumlahnya lebih dari tiga.

2. Hukum Oktaf

Pengelompokkan unsur-unsur berdasarkan massa atom.Unsur-unsur disusun dalam kelompok


berisi tujuh unsur. Sifat-sifat unsur akan berulang pada unsur kedelapan (oktaf). Dengan
demikian, unsur ke-8 akan mempunyai sifat yang sama dengan unsur ke-1.

Contoh:
Kelemahan: tidak berlaku untuk unsur-unsur bernomor massa relative besar, misalnya Cr tidak
mirip dengan Al; Mn tidak mirip dengan P; Fe tidak mirip dengan S.

3. Susunan Berkala Mendeleev dan Meyer

Unsur-unsur disusun dalam suatu tabel berdasarkan sifat-sifatnya yang merupakan fungsi dari
massa atom relative.

Unsur dengan sifat-sifat yang sama diletakkan dalam satu kolom dari atas ke bawah (Meyer
berdasarkan sifat fisika sedangkan Mendeleev berdasarkan sifat kimia dan fisika).

Terdapat 8 golongan (kolom vertical) dan 7 perioda ( baris horizontal)

Mendeleev dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan yang akan mengisi tempat
yang kosong dalam tabel

Kelemahan susunan berkala Mendeleev: beberapa urutan unsur terbalik jika ditinjau dari
bertambahnya massa atom.
4. Sistem Periodik Modern

Disusun berdasarkan konfigurasi electron dari atom unsur-unsur. Sistem periodic modern
disusun menjadi suatu baris-baris (dari kiri ke kanan) dan kolom-kolom (dari atas kebawah).
Baris disebut perioda, sedangkan kolom disebut golongan.

Setiap perioda memiliki nomor masing-masing dimulai dari 1-7. Golongan memiliki nomor 1-8
dengan ditambahkan A dan B.

Tips Menghafal golongan IA, IIA, IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA:

Golongan IA : Li-Na-K-Rb-Cs-Fr

Tips menghafal : LiNaKawin Rubi CsFrustasi

Golongan IIA : Be-Mg-Ca-Sr-Ba-Ra

Tips menghafal : Beli Mangga Cari Sirsak Bawa Rambutan

Golongan IIIA : B-Al-Ga-In-Tl

Tips menghafal : Bang Ali Gandeng Iin di Televisi

Golongan IVA : C-Si-Ge-Sn-Pb

Tips menghafal : CeSiGenit Senang Plembungan

Golongan VA : N-P-As-Sb-Bi

Tips menghafal : Nining Punya Asisten Serba Bisa

Golongan VIA : O-S-Se-Te-Po

Tips menghafal : Orang Sekarang Senang TelePon

Golongan VIIA : F-Cl-Br-I-At

Tips menghafal : Festival Celana Baru Itu Antik

Golongan VIIIA : He-Ne-Ar-Kr-Xe-Rn

Tips menghafal : Heboh Negara Arab Karena Xerangan Radon


SISTEM PERIODIK UNSUR

Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur yang dikemas secara
berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan kemiripan sifat-sifat unsurnya.

A. Perkembangan Sistem Periodik


1. Sistem Periodik Klasik

a. Pengelompokan Logam dan Non Logam


Ketika ilmu kimia lahir, para ilmuwan Arab dan Persia membagi unsur-unsur menjadi dua
kelompok, yaitu lugham (logam) dan laysa lugham (bukan logam) Pengelompokan unsur-
unsur menjadi logam dan bukan logam berlangsung sampai abad ke-19.

b. Johan W. Dobereiner (triade Dobereiner)


Ilmuwan pertama yang mengembangkan sistem periodik unsur adalah Johan W. Dobereiner.
Sistem periodik unsur-unsur yang dikelompokkan didasarkan pada massa atom. Menurut
Dobereiner, jika massa atom unsur A ditambah massa atom unsur B, kemudian dirata-ratakan
maka akan dihasilkan massa atom unsur C. Ketiga unsur ini akan memiliki sifat yang mirip.
Kelompok unsur tersebut oleh Dobereiner dinamakan triade.
Contoh:
Massa atom Cl = 35
Massa atom I = 127
Massa atom Br = 35 + 127 /2 = 81
Jadi, sifat unsur bromin akan mirip dengan unsur klorin dan iodin.
Kelemahan sistem triade. ada beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triad,
tetapi mempunyai sifat-sifat mirip dengan triad tersebut.

c. John Newland
Newlands menyusun unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Jika unsur-unsur
dideretkan menurut kenaikan massa atom relatifnya maka unsur kedelapan memiliki sifat
mirip dengan unsur pertama. ternyata unsur yang berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8,
unsur ke-2 dan unsur ke-9), menunjukkan kemiripan sifat. Pola ini dinamakan Hukum Oktaf.
Kelemahan hukum Oktef karena hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan,
ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda
dengan Be, Mg, dan Ca.

d. Dmitri Mendeleev dan ilmuwan kimia dari Jerman, Lothar Meyer,


Sistem periodik Mendeleev didasarkan pada nomor massa atom, sedangkan sistem periodik
Meyer didasarkan pada massa jenis atom. Walaupun dasar penggolongan sistem periodik
berbeda, tetapi hasilnya hampir sama. Mendeleev menyusun sistem periodik unsur-unsur
dengan cara menempatkan unsur-unsur ke dalam bentuk baris dan kolom. Unsur-unsur dalam
kolom yang sama ini memiliki sifat-sifat yang mirip. Mendeleev menempatkan unsur-unsur
yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur
horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut
periode.
Kelemahan sistem ini adalah penempatan beberapa unsur tidak sesuai dengan kenaikan
massa atom relatifnya. Selain itu masih banyak unsur yang belum dikenal.
keunggulan sistem periodik Mendeleev adalah bahwa Mendeleev berani mengosongkan
beberapa tempat dengan keyakinan bahwa masih ada unsur yang belum dikenal (James E.
Brady, 1990)

2. Sistem Periodik Modern


Tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa urutan unsur dalam tabel periodik
sesuai kenaikan nomor atom. Tabel periodik modern yang disebut juga tabel periodik bentuk
panjang, disusun menurut kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Tabel periodik modern
ini dapat dikatakan sebagai penyempurnaan Tabel Periodik Mendeleyev.
Tabel periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) yang disusun menurut
kemiripan sifat dan lajur horizontal (periode) yang disusun berdasarkan kenaikan nomor
atomnya.

a. Lajur vertikal (golongan)


ditulis dengan angka Romawi terdiri atas 18 golongan.
1) Golongan A (Golongan Utama)
IA : Alkali Gol. VA : Nitrogen
IIA : Alkali Tanah VIA : Kalkogen
IIIA : Aluminium VIIA : Halogen
IVA: Karbon VIIIA (0): Gas Mulia
2) Golongan Transisi/Golongan Tambahan (Golongan B), terbagi atas:
a) Golongan Transisi (Gol. B), yaitu : IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB (VIII), IB, dan
IIB.
b) Golongan Transisi Dalam, ada dua deret yaitu :
Deret Lantanida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan
57La).
Deret Aktinida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan
89Ac).
Golongan B terletak di antara Golongan IIA dan IIIA.
Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai persamaan sifat karena
mempunyai elektron valensi (elektron di kulit terluar) yang sama.
b. Lajur Horizontal (Periode) ditulis dengan angka Arab terdiri atas 7 periode.
Periode 1 berisi 2 unsur. Periode 5 berisi 18 unsur.
Periode 2 berisi 8 unsur. Periode 6 berisi 32 unsur.
Periode 3 berisi 8 unsur. Periode 7 berisi 23 unsur (belum lengkap).
Periode 4 berisi 18 unsur.

B. Hubungan Sistem Konfigurasi Elektron dengan Letak Unsur dalam Tabel Periodik
Unsur
Berdasarkan konfigurasi elektron unsur-unsur terdapat hubungan antara konfigurasi elektron
dengan letak unsur (nomor golongan dan periode) dalam tabel periodik sebagai berikut.

1. Jumlah elektron valensi menyatakan nomor golongan

2. Jumlah kulit elektron menyatakan nomor periode


Pengecualian terjadi pada helium, elektron valensinya 2 tetapi terletak pada golongan gas
mulia (VIIIA)

C. SIFAT SIFAT UNSUR


Sifat unsur dibedakan menjadi dua, yaitu unsur logam dan nonlogam. Unsur-unsur logam
terdapat di sebelah kiri sedangkan unsur-unsur nonlogam terdapat di sebelah kanan tabel
periodik. Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur logam cenderung melepaskan elektron
(energi ionisasi kecil), sedangkan unsur nonlogam menangkap elektron (keelektronegatifan
besar). Pada tabel periodik, sifat-sifat logam semakin ke bawah semakin bertambah
sedangkan semakin ke kanan semakin berkurang.
Unsur bagian kiri tabel periodik (IA dan IIA) memiliki sifat logam paling kuat, sedangkan
unsur-unsur paling kanan (VIIA) mempunyai sifat nonlogam paling kuat. Antara unsur logam
dan nonlogam terdapat unsur peralihan yang mempunyai sifat logam dan nonlogam sekaligus.

D. Sifat Periodik Unsur


Unsur-unsur dalam golongan yang sama memiliki elektron valensi yang sama. Demikian
pula unsur-unsur pada periode yang sama, elektron valensinya menghuni orbit yang sama.
Oleh karena sifat-sifat unsur ada hubungannya dengan konfigurasi elektron maka unsur-unsur
dalam golongan yang sama akan memiliki sifat yang mirip dan dalam periode yang sama akan
menunjukkan sifat yang khas secara berkala (periodik) dari logam ke nonlogam. Beberapa
sifat periodik unsur di antaranya adalah jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi, dan
keelektronegatifan.
1. JARI-JARI ATOM
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar. unsur-unsur yang
segolongan, jari-jari atom makin ke bawah makin besar sebab jumlah kulit yang dimiliki
atom makin banyak, sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar sebab
jumlah kulit yang dimiliki atom makin banyak (ingat jumlah kulit=nomor periode),
sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom. sehingga jari-jari atom juga
bertambah besar.

b. unsur-unsur yang seperiode, jari-jari atom makin ke kanan makin kecil.


Dari kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah
elektron pada kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya tarik-menarik
antara inti dengan kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin
kecil.

2. AFINITAS ELEKTRON
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral dalam wujud
gas pada waktu menerima satu elektron sehingga terbentuk ion negatif. Atau energi yang
menyertai proses penambahan 1elektron pada satu atom netral dalam wujud gas, sehingga
terbentuk ion bermuatan 1a.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah afinitas elektron semakin kecil.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan afinitas elektron semakin besar.
Penjelasan:
Apabila ion negatif yang terbentuk stabil, energi dibebaskan dinyatakan dengan tanda negatif
(-). Apabila ion negatif yang terbentuk tidak stabil, energi diperlukan/diserap dinyatakan
dengan tanda positif (+). Kecenderungan dalam afinitas elektron lebih bervariasi dibandingkan
dengan energi ionisasi.

3. ENERGI IONISASI
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu
atom.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan energi ionisasi cenderung bertambah.
Kecenderungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1). Dari atas ke bawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga
daya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Elektron semakin mudah
dilepas dan energi yang diperlukan untuk melepaskannya makin kecil.
2). Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron
semakin besar sehingga elektron semakin sukar dilepas. Energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron tentunya semakin besar.

4. KEELEKTRONEGATIFAN
Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk menangkap
atau menarik elektron dari atom lain yang digunakan pada ikatan ke arah atom bersangkutan.
Misalnya, fluorin memiliki kecenderungan menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa keelektronegatifan fluorin lebih besar daripada hidrogen.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan semakin berkurang.

b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan keelektronegatifan semakin bertambah.


Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron.
Semakin besar daya tarik elektron semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar
(semakin negatif) afinitas elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang besar.
Akan tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak mempunyai keelektronegatifan. Hal ini
karena sudah memiliki 8 elektron di kulit terluar. Jadi keelektronegatifan terbesar berada pada
golongan VIIA
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion negatif.
Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cenderung makin sulit membentuk ion negatif, dan
cenderung semakin mudah membentuk ion positif

5. Sifat Logam
Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan
melepas elektron membentuk ion positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi ionisasi.
Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur unsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki
energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap
elektron (memiliki keelektronegatifan yang besar).
Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan keelektronegatifan, maka sifat logam-
nonlogam dalam periodik unsur adalah:
1) Dari kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam
bertambah.
2) Dari atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat
nonlogam berkurang.
Jadi, unsur-unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, sedangkan
unsur-unsur nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Batas logam dan nonlogam pada
sistem periodik sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal, sehingga unsur
unsur di sekitar daerah perbatasan antara logam dan nonlogam itu mempunyai sifat logam
sekaligus sifat nonlogam. Unsur-unsur itu disebut unsur metaloid. Contohnya adalah boron
dan silikon.
Selain itu, sifat logam juga berhubungan dengan kereaktifan suatu unsur. Reaktif artinya
mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur makin ke bawah semakin
reaktif (makin mudah bereaksi) karena semakin mudah melepaskan elektron. Sebaliknya,
unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik makin ke bawah makin kurang reaktif (makin
sukar bereaksi) karena semakin sukar menangkap elektron. Jadi, unsur logam yang paling
reaktif adalah golongan IA (logam alkali) dan unsur nonlogam yang paling reaktif adalah
golongan VIIA (halogen)

6. Titik Leleh dan Titik Didih


Berdasarkan titik leleh dan titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Dalam satu periode, titik cair dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA,
kemudian turun drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA.
2) Dalam satu golongan, ternyata ada dua jenis kecenderungan: unsur-unsur golongan IA
IVA, titik cair dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA
VIIIA, titik cair dan titik didihnya makin tinggi.

SOAL LATIHAN DAN PEMBAHASAN


E. ESAY

1. Apakah tujuan para ahli kimia mengelompokkan unsur-unsur?


Tujua mengelompokkan unsur-unsur adalah untuk membantu dan mempermudah dalam
mempelajari unsur-unsur
2. Jelaskan pengelompokan unsur menurut? Dobereiner, Newlands dan Mendeleev
a. Dobereiner
Dobereiner mengelompokkan unsur didasarkan pada massa atom. Menurut Dobereiner, jika
massa atom unsur A ditambah massa atom unsur B, kemudian dirata-ratakan maka akan
dihasilkan massa atom unsur C. Ketiga unsur ini akan memiliki sifat yang mirip. Kelompok
unsur tersebut oleh Dobereiner dinamakan triade.
Contoh:
Massa atom Cl = 35
Massa atom I = 127
Massa atom Br = 35 + 127 /2 = 81
Jadi, sifat unsur bromin akan mirip dengan unsur klorin dan iodin.
Kelemahan sistem triade. ada beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triad,
tetapi mempunyai sifat-sifat mirip dengan triad tersebut.
b. Newlands
Newlands menyusun unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Jika unsur-unsur
dideretkan menurut kenaikan massa atom relatifnya maka unsur kedelapan memiliki sifat
mirip dengan unsur pertama. Pola ini dinamakan Hukum Oktaf.
Kelemahan hukum Oktef karena hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan,
ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda
dengan Be, Mg, dan Ca.
c. Dmitri Mendeleev
Sistem periodik Mendeleev didasarkan pada nomor massa atom, Mendeleev menyusun
sistem periodik unsur-unsur dengan cara menempatkan unsur-unsur ke dalam bentuk baris
dan kolom. Unsur-unsur dalam kolom yang sama ini memiliki sifat-sifat yang mirip. Mendeleev
menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang
disebut golongan. Lajur-lajur horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa
atom relatifnya, disebut periode.
Kelemahan sistem ini adalah penempatan beberapa unsur tidak sesuai dengan kenaikan
massa atom relatifnya dan . Selain itu masih banyak unsur yang belum dikenal.
keunggulan sistem periodik Mendeleev adalah bahwa Mendeleev berani mengosongkan
beberapa tempat dengan keyakinan bahwa masih ada unsur yang belum dikenal
3. Berdasarkan apakah Moseley menyempurnakan sistem periodik Mendeleev?
Jawab
Tabel periodik modern yang disebut juga tabel periodik bentuk panjang, disusun menurut
kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat.
4. Apakah perbedaan pengelompokan unsur menurut Mendeleev dengan Moseley
berdasarkan golongan dan periode?
Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur
vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan
kenaikan massa atom relatifnya, disebut periode.
Sedangkan
Tabel Periodik Moseley Tabel periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) yang
disusun menurut kemiripan sifat dan lajur horizontal (periode) yang disusun berdasarkan
kenaikan nomor atomnya.
5. Berdasarkan apakah Mendeleev menyusun tabel periodik unsur-unsur? Mengapa sistem
periodik dari Mendeleev lebih dikenal daripada model Lothar Meyer?
Jawab
Dasar yang dipakai Mendeleev menyusun tabel periodik unsur-unsur adalah kenaikan nomor
massa atom. Kemampuan prediksi Mendeleev menjadikan tabel periodik yang disusunnya
lebih dikenal masyarakat ilmiah.
6. a. Pada periode dan golongan berapakah suatu unsur memiliki jumlah elektron 8?
b. Pada periode dan golongan berapakah suatu unsur memiliki jumlah elektron 14?
Jawab
a. Konfigurasi elektronnya adalah 2 6. Jadi, unsur tersebut akan berada pada periode ke-2
dan golongan VIA.
b. Konfigurasi elektronnya adalah 2 8 4 Jadi, unsur tersebut berada pada periode ke-3 dan
golongan IVA.
1. Manakah di antara penyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-
unsur?
A. Dari atas ke bawah dalam satu golongan energi ionisasi makin kecil.
B. Dari kiri ke kanan dalam satu periode afinitas elektron makin besar.
C. Dari atas ke bawah dalam satu golongan jari-jari atom makin besar.
D. Dari kiri ke kanan dalam satu periode keelektronegatifan makin besar.
E. Dari kiri ke kanan dalam satu periode titik didih makin tinggi.
Pembahasan
Jawaban (A), (B), (C), dan (D) adalah sifat-sifat periodik unsur. Jadi, jawabannya adalah (E).
2. Penyusunan sistem periodik yang didasarkan pada keperiodikan unsur-unsur setelah unsur
ke delapan dikemukakan oleh ....
A. Dobereiner B. John Newland C. Mendeleev
D. Lothar Meyer E. John Dalton
3. Dalam sistem periodik modern, unsur-unsur logam terletak pada golongan ....
A. IA dan IIA B. IA dan IVA C. IIA dan VIA
D. VA dan VIIA E. IVA
4. Periode dalam susunan berkala unsur menyatakan .
A. banyak elektron pada lintasan yang terluar
B. banyak elektron pada atom
C. banyak neutron pada inti atom
D. banyak kulit elektron
E. banyak proton pada inti atom unsur
5. Unsur yang terletak pada periode yang sama dalam sistem periodik mempunyai .
A. jumlah elektron yang sama
B. jumlah elektron terluar yang sama
C. nomor atom yang sama
D. nomor massa yang sama
E. jumlah kulit elektron sama
6. Golongan dalam susunan berkala unsur menyatakan....
A. banyak elektron pada lintasan yang terluar
B. banyak elektron pada atom
C. banyak neutron pada inti atom
D. banyak kulit elektron
E. banyak proton pada inti atom unsur
7. Unsur yang terletak pada Golongan yang sama dalam sistem periodik mempunyai .
A. jumlah elektron yang sama
B. jumlah elektron terluar yang sama
C. nomor atom yang sama
D. nomor massa yang sama
E. jumlah kulit elektron sama
8. Konfigurasi elektron atom unsur A: 2 8 8 6. Unsur tersebut dalam sistem periodik terletak
pada ....
A. golongan IA dan periode
B. golongan IIA dan periode 4
C. golongan IVA periode 6
D. golongan VIA periode 4
E. golongan IVA periode 4
9. Suatu unsur berada dalam golongan VA dan periode 3.Unsur tersebut memiliki nomor
atom ....
A. 14 B. 15 C. 18 D. 30 E. 33
10. Suatu unsur berada dalam golongan VIIA dan periode 4. Unsur tersebut memiliki jumlah
proton ....
A. 17 B. 24 C. 35 D. 40 E. 53
11. Unsur dengan nomor atom 15 memiliki sifat kimia sama dengan unsur bernomor atom ....
A. 23 B. 31 C. 43 D. 51 E. 65
12. Atom suatu unsur memiliki 16 elektron. Atom unsur lain yang sifatnya mirip adalah atom
dengan nomor atom ....
A. 10 B. 24 C. 34 D. 50 E. 64
13. Di antara unsur-unsur: 4P, 12Q, 16R, dan 18S, yang terletak dalam golongan yang sama
adalah ....
A. P dan Q B. P dan S C. P dan R
D. Q dan R E. R dan S
14. Dua buah unsur memiliki sifat-sifat serupa sebab keduanya memiliki jumlah elektron valensi
sama, yaitu
A. C dan Cl B. Si dan S C. Ca dan Al
D. Se dan Te E. O dan Ar
15. Unsur-unsur yang semuanya golongan alkali adalah ....
A. Li, Na, Sr B. Rb, F, K C. Cs, Na, Sr
D. Na, Ra, K E. K, Rb, Fr
16. Pernyataan berikut merupakan sifat-sifat gas mulia, kecuali ..
A. unsur paling stabil
B sukar melepaskan atau menangkap elektron
C. mudah bereaksi dengan unsur lain
D. terdapat di atmosfer dalam keadaan bebas
E. titik beku mendekati suhu 0 K
17. Di antara himpunan unsur halogen berikut, yang tersusun menurut kenaikan
keelektronegatifan adalah ..
A. F, Cl, Br B. Br, F, Cl C. F, Br, Cl
D. Cl, Br, F E. Br, Cl, F
18. Anion S2 memiliki konfigurasi elektron 2, 8, 8, atom unsur tersebut terletak pada golongan .
A. IIA periode 8 B. IIIA periode 8
C. VIA periode 2 D. VIA periode 3
E. VIIIA periode 3
19. Unsur alkali tanah terletak pada golongan .
A. IA B. IIA C. IIIA D. IVA E. VA
20. Pernyataan yang benar untuk unsur A dan B yang memiliki nomor atom 10 dan 18 adalah .
A. jari-jari atom A > B
B. jari-jari atom A = B
C. A dan B terletak periode 3
D. A dan B satu golongan
E. terletak pada golongan VIIA
21. Salah satu unsur yang masuk golongan IA adalah .
A. 19K B. 20Mg C. 13Al D. 9F E. 12Cl
22. Bila suatu atom melepaskan elektron pada kulit terluarnya, maka atom tersebut .
A. bermuatan negatif B. bermuatan positif
C. atom netral D. ion netral
E. atom tidak bermuatan
23. Bila suatu atom menerima elektron pada kulit terluarnya, maka atom tersebut .
A. bermuatan negatif B. bermuatan positif
C. atom netral D. ion netral
E. atom tidak bermuatan
24. Apabila x dan y adalah pasangan unsur yang mempunyai elektron valensi sama, maka nomor
atom x dan y adalah .
A. 11 dan 20 B. 12 dan 20 C. 15 dan 32
D. 17 dan 34 E. 13 dan 18
25. Suatu unsur mempunyai proton 19 dan neutron 20, dalam sistem periodik terletak pada .
A. golongan IA, periode 2
B. golongan IA, periode 3
C. golongan IA, periode 4
D. golongan IIA, periode 2
E. golongan IIA, periode 3
26. Unsur yang mempunyai nomor atom 38 terletak pada golongan .
A.alkali B.alkali tanah C.Halogen
D.Carbon E. gas mulia

Bilangan Kuantum

Bilangan Kuantum

Persamaan gelombang oleh Erwin Schrodinger memperjelas kemungkinan ditemukannya


elektron melalui bilangan-bilangan kuantum. Daerah paling mungkin ditemukannya elektron
disebut orbital, sehingga bilangan-bilangan akan memperjelas posisi elektron dalam atom.
Ada empat bilangan kuantum yang akan kita kenal, yaitu bilangan kuantum utama (n),
bilangan kuantum Azimut (I), bilangan kuantum magnetic (m) dan bilangan kuantum spin (s).

1. Bilangan Kuantum Utama

Dalam model atom Bohr, elektron dikatakan berada di dalam lintasan stasioner dengan tingkat
energi tertentu. Tingkat energi ini berkaitan dengan bilangan kuantum utama dari elektron.
Bilangan kuantum utama dinyatakan dengan lambang n sebagaimana tingkat energi elektron
pada lintasan atau kulit ke-n.

Bisa dikatakan bahwa bilangan kuantum utama berkaitan dengan kulit elektron di dalam atom.
Bilangan kuantum utama membatasi jumlah elektron yang dapat menempati satu lintasan atau
kulit berdasarkan persamaan berikut.

Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n2

Tabel 1. Hubungan jenis kulit dan nilai bilangan kuantum utama.

Jenis Kulit Nilai (n)

K 1

L 2

M 3

N 4

2. Bilangan Kuantum Azimut (I)

Elektron yang bergerak mengelilingi inti atom memiliki momentum sudut. Efek Zeeman yang
teramati ketika atom berada di dalam medan magnet berkaitan dengan orientasi atau arah
momentum sudut dari gerak elektron mengelilingi inti atom. Terpecahnya garis spektum atomik
menandakan orientasi momentum sudut elektron yang berbeda ketika elektron berada di
dalam medan magnet.

Bilangan kuantum azimut menyatakan sub kulit tempat elektron berada dan bentuk orbital,
serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap inti.
Banyaknya subkulit tempat elektron berada tergantung pada nilai bilangan kuantum utama (n).
Nilai bilangan kuantum azimut dari 0 sampai dengan (n - 1). Bila n = 1, maka hanya ada satu
subkulit yaitu l = 0. Sedangkan n = 2, maka ada dua subkulit yaitu l = 0 dan l = 1.

Seandainya dibuat dalam tabel maka akan tampak sebagai berikut :

Tabel 2. Hubungan bilangan kuantum utama dan azimut serta subkulit.

Bilangan Kuantum Bilangan Kuantum Banyaknya


Utama (n) Azimut (I) SubKulit

1 0 1

2 0 2
1

3 0 3
1
2

4 0 4
1
2
3

Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus:

l= 0 ; sesuai sub kulit s (s = sharp)


l= 1 ; sesuai sub kulit p (p = principle)
l = 2 ; sesuai sub kulit d (d = diffuse)
l = 3 ; sesuai sub kulit f (f = fundamental)

Tabel 3. Hubungan subkulit sejenis dalam kulit yang berbeda pada atom.

Kulit Nilai n Nilai I Jenis Subkulit


K 1 0 1s

L 2 0 2s

1 2p

M 3 0 3s

1 3p

2 3d

N 4 0 4s

1 4p

2 4d

3 4f

3. Bilangan Kuantum Magnetic (m)

Momentum sudut elektron L merupakan sebuah vektor. Jika vektor momentum sudut L
diproyeksikan ke arah sumbu yang tegak atau sumbu-z secara tiga dimensi akan didapatkan
besar komponen momentum sudut arah sumbu-z dinyatakan sebagai Lz. bilangan bulat yang
berkaitan dengan besar Lz adalah m. bilangan ini disebut bilangan kuantum magnetik. Karena
besar Lz bergantung pada besar momentum sudut elektron L, maka nilai m juga berkaitan
dengan nilai l.

m = l, , 0, , +l

misalnya, untuk nilai l = 1, nilai m yang diperbolehkan adalah 1, 0, +1.


Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya elektron pada subkulit
tertentu dan arah momentum sudut elektron terhadap inti. Sehingga nilai bilangan kuantum
magnetik berhubungan dengan bilangan kuantum azimut. Nilai bilangan kuantum magnetik
antara - l sampai + l.

Hubungan antara bilangan kuantum azimut dengan bilangan kuantum magnetik dapat Anda
perhatikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hubungan bilangan kuantum azimut dengan bilangan kuantum magnetik.

Bilangan
Tanda Bilangan Kuantum Gambaran Jumlah
Kuantum
Orbital Magnetik Orbital Orbital
Azimut

0 s 0 1

1 p -1, 0, +1 3

2 d -2, -1, 0, +1, +2 5

3 f -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 7

4. bilangan kuantum spin (s).

Bilangan kuantum spin diperlukan untuk menjelaskan efek Zeeman anomali. Anomali ini
berupa terpecahnya garis spektrum menjadi lebih banyak garis dibanding yang diperkirakan.
Jika efek Zeeman disebabkan oleh adanya medan magnet eksternal, maka efek Zeeman
anomali disebabkan oleh rotasi dari elektron pada porosnya. Rotasi atau spin elektron
menghasilkan momentum sudut intrinsik elektron. Momentum sudut spin juga mempunyai dua
orientasi yang berbeda, yaitu spin atas dan spin bawah. Tiap orientasi spin elektron memiliki
energi yang berbeda tipis sehingga terlihat sebagai garis spektrum yang terpisah.

Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada sumbunya. Dalam
satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini berputar melalui
sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi harga spin +1/2 atau -1/2.
Bilangan Kuantum

Perpindahan elektron dari satu lintasan ke lintasan lain menghasilkan spektrum unsur berupa
spektrum garis. Apabila dilihat lebih teliti, ternyata garis spektrum tersebut tidak hanya terdiri
atas satu garis, melainkan beberapa garis yang saling berdekatan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa lintasan elektron terdiri atas beberapa sublintasan. Dalam lintasan elektron
tersebut dapat ditemukan elektron. Kedudukan elektron dalam atom dapat dinyatakan dengan
bilangan kuantum, yaitu:

a. Bilangan Kuantum Utama (n)

Bilangan kuantum utamamenggambarkan lintasan elektron atau tingkat energi utama yang
dinotasikan dengan n. Semakin besar nilai n, semakin besar pula nilai rata-rata energi kulit
tersebut. Karena semakin jauh letak elektron dari inti atom, energinya semakin besar. Dengan
kata lain, semakin besar nilai n, letak elektron semakin jauh dari inti atom. Lintasan tersebut
dalam konfigurasi elektron dikenal sebagai kulit.

b. Bilangan Kuantum Azimut (l)

Bilangan kuantum azimutmenggambarkan subkulit atau subtingkat energi utama yang


dinotasikan dengan l. Bilangan kuantum azimut menentukan bentuk orbital dari elektron.
Notasi huruf digunakan untuk menunjukkan pelbagai nilai l.

Empat notasi huruf pertama menunjukkan spektrum atom logam alkali (litium sampai cesium).
Empat seri garis spektrum ini menyatakan tajam (sharp), utama (principal), baur (diffuse), dan
seri dasar (fundamental), yang dinotasikan dengan huruf s, p, d, dan f. Untuk l = 4, 5, 6, dan
seterusnya, notasi hurufnya cukup dengan meneruskan secara alfabet. Subkulit dalam kulit
ditunjukkan dengan menuliskan nilai n (bilangan kuantum utama) diikuti dengan nilai l
(bilangan kuantum azimut). Perhatikan contoh soal berikut.

Ketentuan nilai subkulit (l ) bergantung pada nilai kulit (n), yaitu:


c. Bilangan Kuantum Magnetik (m)

Bilangan kuantum magnetikmenyatakan orientasi orbital dalam subkulit yang dinotasikan


dengan m. Dengan demikian, setiap orbital dalam subkulit tertentu dapat dibedakan orientasi
orbitalnya dengan bilangan magnetik. Bilangan magnetik dinyatakan dengan bilangan bulat.
Perhatikan Tabel 1.2 berikut. Nilai = 0 sampai (n-1)
Nilai m dapat dirumuskan sebagai berikut:

d. Bilangan Kuantum Spin (s)

Bilangan kuantum spinmenggambarkan arah rotasi atau putaran elektron dalam satu orbital
yang dinotasikan dengan s. Karena hanya ada 2 arah putaran yang mungkin yaitu searah
jarum jam dan berlawanan arah jarum jam, maka setiap orbital memuat 2 elektron dengan
arah rotasi yang berlawanan. Arah rotasi pertama ditunjukkan ke atas dengan notasi s = +
atau rotasi searah dengan arah putaran jarum jam. Sedangkan arah ke bawah menunjukkan
notasi s = - atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam.

Pada kesempatan ini kita akan belajar bagaimana menuliskan konfigurasi elektron, elektron valensi,
serta penentuan periode dan golongan suatu atom.

Konfigurasi Elektron dan Elektron Valensi

Elektron dalam atom tersusun berdasarkan tingkat energinya. Penyusunan elektron ini dikenal sebagai
konfigurasi elektron. Urutan pengisian elektron dimulai dari kulit yang memiliki tingkat energi yang
lebih rendah sampai tingkat energi yang lebih tinggi, sampai pada kulit terakhir yang ditempati elektron
sisa.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan bagan sebagai berikut:


Gunakan bagan di atas untuk memudahkan Anda menuliskan konfigurasi elektron.

Contoh:

Agar mudah kita kerjakan secara bertahap

Misalkan kita diminta menuliskan konfigurasi elektron 11Na, maka:

11 Na 2 8 1

pada kulit K kita tuliskan 2 (karena elektron yang ada sebanyak 11 elektron 2)

sekarang elektron yang tersisa setelah kulit pertama terisi 2 adalah 9 elektron (11 2 = 9) .

pada kulit L kita tuliskan 8 (karena elektron sisa setelah kulit pertama sebanyak 9 elektron dan 8 )

sekarang elektron yang tersisa sebanyak 1 buah elektron, sehingga kita tuliskan 1 pada kulit M karena
jumlah elektron sisa < 8.

Misalkan kita diminta menuliskan konfigurasi elektron 38Sr, maka:

38 Sr 2 8 18 8 2

pada kulit K kita tuliskan 2 (karena elektron yang ada sebanyak 38 elektron 2)

sekarang elektron yang tersisa setelah kulit pertama terisi 2 adalah 36 elektron (38 2 = 36).

pada kulit L kita tuliskan 8 (karena elektron sisa setelah kulit pertama sebanyak 36 elektron dan 8 )
sekarang elektron yang tersisa sebanyak 28 (36 8 = 28) buah elektron, ingat bahwa 28 lebih besar
daripada 18 dan lebih kecil daripada 32 sehingga kita tuliskan 18 pada kulit M.

Setelah kulit M terisi 18 maka elektron yang tersisa sebanyak 10 (28 18 = 10) buah elektron.

Karena elektron yang tersisa 10 buah elektron, ingat bahwa 10 lebih besar daripada 8 dan lebih kecil
daripada 18 sehingga kita tuliskan 8 pada kulit N.

Sisa 2 elektron kita tuliskan pada kulit O.

Nah, cobalah menuliskan konfigurasi elektron atom-atom berikut:

Ar; 19K; 36Kr; 38Sr; 52Te; 54Xe; 56Ba; 83Bi; 86Rn dan 88Ra
18

Elektron valensi merupakan elektron yang terletak pada kulit terluar sehingga memiliki tingkat energi
yang paling tinggi. Elektron valensi inilah yang berperan dalam reaksi kimia. Cara menentukan jumlah
elektron valensi, yaitu dengan menentukan konfigurasi elektronnya terlebih dahulu sehingga dapat
diketahui jumlah elektron kulit terluarnya

Contoh:
Elektron valensi akan berperan dalam penentuan golongan suatu unsur dalam sistem periodik.
Pada saat ini kita hanya belajar menentukan golongan Utama (A) saja sementara penentuan
golongan Transisi (B) menggunakan aturan subkulit.

Periode dan Golongan

Golongan menempati lajur tegak dalam sistem periodik modern. Golongan berkaitan dengan
jumlah elektron valensi yang dimiliki atom unsur tersebut. Unsur-unsur dalam satu golongan
memiliki sifat-sifat yang mirip. Pada golongan utama terdapat 8 golongan yaitu:

Golongan I A (kecuali H) disebut golongan alkali

Golongan II A disebut golongan alkali tanah

Golongan III A disebut golongan boron-alumunium

Golongan IV A disebut golongan karbon-silikon

Golongan V A disebut golongan nitrogen-fosfor

Golongan VI A disebut golongan oksigen-belerang

Golongan VII A disebut golongan halogen

Golongan VIII A disebut golongan gas mulia

Perhatikan contoh sebelumnya:

Berarti atom Ar terletak pada golongan VIII A.

Contoh:
Penentuan Periode dilakukan dengan menghitung jumlah kulit yang terisi elektron. Contoh:

Perhatikan bahwa jumlah kulit yang terisi elektron adalah 3 kulit sehingga Ar terdapat pada periode 3.

Contoh:
TERMOKIMIA

SK/KD/INDIKATOR/TUJUAN PEMBELAJARAN

Standar Kompetensi

Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya.

Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

Indikator

1. Menjelaskan hukum / asas kekekalan energi

2. Membedakan antara system dengan lingkungan

3. Membedakan reaksi yang melepas kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor
(endoterm).

4. Menghitung enthalpi molar

5. Menentukan perubahan enthalpy (H) secara secara kalorimetri,

6. Menentukan perubahan enthalpy (H), hokum hess.

7. Menentukan perubahan enthalpy (H) dengan Enthalpy pembentukan dan data energy
ikat

8. Menentukan perubahan enthalpy (H) dengan data energy ikatan

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat membedakan antara system dengan lingkungan

2. Siswa dapat membedakan antara reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

3. Siswa dapat menentukan persamaan termokimia.


4. Siswa dapat menggambarkan diagram energy.

5. Siswa dapat menghitung nilai enthalpy molar.

6. Siswa dapat menentukan perobahan enthalpy secara kalorimetri.

7. Siswa dapat menentukan perobahan enthalpy secara hokum hess.

8. Siswa dapat menentukan perobahan enthalpy secara enthalpy pembentukan.

9. Siswa dapat menentukan perobahan enthalpy secara data energy ikatan.

10.Siswa dapat menentukan perobahan enthalpy secara atomisasi.

A. Konsep Dasar
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung setiap
unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah semacam
energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang terkandung dalam suatu zat
disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi
reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan
entalpi reaksi diberi simbol H.

Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat
yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara
operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan kalor
yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.

Fokus bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat
dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi.
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa
kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.

B. Termodinamika I
Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani
hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia
dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika,
karena termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang
menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. Termodinamika
merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara
energi panas dengan kerja.

Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan


kajian dari termokimia. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan.
hukum termodinamika 1

Perubahan kalor pada tekanan konstan:

H = E + PV

W= PV

E = energi dalam

Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sbg

U = Q W

U = perubahan tenaga dalam sistem

Q = panas yang masuk/keluar dari sistem

W = Usaha yang dilakukan thp sistem

C. Kalor Reaksi

Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, sebab itu
lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah
sistim terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga
sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja saja.
Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan dimana sistim diisolasi dari
lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat mengalir. Kemudian, ada pula
perubahan yang terjadi pada temperature tetap, yang dinamakan perubahan isotermik.

Pada perubahan suhu, ditandai dengan t (t menunjukkan temperatur), dihitung


dengan cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.

t = takhir tmula-mula

Demikian juga, perubahan energi potensial;

(E.P) = (E.P)akhir (E.P)mula-mula

Kalor reaksi (H) adalah kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan)
dalam reaksi, disebut juga perubahan entalpi. Pada beberapa reaksi kimia jumlah kalor
reaksi dapat diukur melallui suatu percobaan di dalam laboratorium. Pengukuran kalor
reaksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan
atau diambil dalam suatu proses tertentu. Sebuah termometer sederhana terdiri dari
bejana terisolasi, alat pengaduk, dan termometer.

D. Kerja

Istilah kerja merupakan konsep yang telah didefinisikan oleh ilmu utama mekanika.
Dalam termodinamika, kerja secara umum didefinisikan sebagai gaya kali jarak. Jika
perpindahan jarak akibat gaya F adalah sebesar ds (ds=distance/jarak), maka kerja yang
dilakukan.

W= F ds

Simbol W digunakan untuk jumlah kecil dari kerja dan merupakan fungsi yang
tidak pasti karena kerja yang dilakukan tergantung pada jalannya reaksi.
Tanda yang akan digunakan selanjutnya adalah:

a. Kerja adalah positif jika sistem melakukan kerja terhadap sekeliling.

b. Kerja adalah negatif jika kerja dilakukan terhadap sistem oleh sekeliling.

Kerja total yang dilakukan sistem dapat diperoleh dengan mengintegrasikan


persamaan di atas. Sebagai contoh, kerja ekspansi diberikan sebagai

W = p dV

Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut
perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan. Segala sesuatu yang menjadi pusat
perhatian dalam mempelajari perubahan energi disebut sistem, sedangkan hal-hal yang
membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem disebut lingkungan.

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga


macam, yaitu :

1. Sistem Terbuka

Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi perpindahan


energi dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem. Pertukaran materi artinya ada
hasil reaksi yang dapat meninggalkan sistem (wadah reaksi), misalnya gas, atau ada
sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem.

2. Sistem Tertutup

Suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan dapat terjadi perpindahan energi,
tetapi tidak dapat terjadi pertukaran materi disebut sistem tertutup.

3. Sistem Terisolasi

Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan terjadinya


perpindahan energi dan materi antara sistem dengan lingkungan.

Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau menghasilkan panas
(kalor=q). Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor (q) atau
bentuk energi lainnya yang secara kolektif kita sebut kerja (w). Energi yang dipindahkan
dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor yang memengaruhi jumlah total energi yang
terdapat dalam sistem disebut energi dalam (internal energy). Kerja adalah suatu bentuk
pertukaran energi antara sistem dan lingkungan di luar kalor. Salah satu bentuk kerja
yang sering menyertai reaksi kimia adalah kerja tekanan-volum, yaitu kerja yang
berkaitan dengan pertambahan atau pengurangan volum sistem.

E. Entalpi

Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat
ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya
tidak dapat diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau
keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H
H20 (s).

Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang disebut
Entalpi ( H ).

Untuk reaksi kimia :

H = Hp Hr

Hp = entalpi produk

Hr = entalpi reaktan

Reaksi pada tekanan tetap : qp = H ( perubahan entalpi )

Reaksi pada volume tetap : qv = E ( perubahan energi dalam )

Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau
pelepasan kalor dinyatakan dengan perubahan entalpi (H) . Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi H dapat ditentukan dengan cara
mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air,
yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, H adalah positif, karena entalpi
hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu
terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih
antara entalpi hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi.

Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi
potensial berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan
karena atom atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total
dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan tetap konstan selama tidak
ada energi yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H
H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).

Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang
dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi
selama proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan perubahan entalpi
(H) . Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat ditulis sebagai berikut:

H = H H20 (l) - H H20 (s)

Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi H dapat
ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada
perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, H
adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada entalpi es.

Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi
yang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi.
Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi
dam jumlah entalpi pereaksi.

Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga H
positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil,
sehingga H negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor
reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula, misalnya kalor
pembentukan, kalor penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya.

1. Entalpi Pembentukan Standar (Hf)


Entalpi pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-
unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan standar diberi
simbol (Hf), simbol f berasal dari kata formation yang berarti pembentukan. Contoh
unsur-unsur yang stabil pada keadaan standar, yaitu : H 2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca, dan
Hg.

Contoh:

H2(g) + 1/2 O2H2O(l) H=-286 kJ mol-1

C (grafit) + O2(g) CO2(g) H=-393 kJ mol-1

K(s) + Mn(s) + 2O2 KMnO4(s) H=-813 kJ mol-1

Catatan:

Hf elemen stabil adalah 0

Hf digunakan untuk memperkirakan stabilitas senyawa dibanding penyusunnya

Semakin kecil Hf, semakin stabil energi senyawa itu

Hf tidak mencerminkan laju reaksi (akan dibahas pada bab selanjutnya)


2. Entalpi Penguraian Standar (Hd)

Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang


diperlukan atau dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari unsure-unsurnya
yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (H d)
simbol d berasal dari kata decomposition yang berarti penguraian.

Menurut Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan


senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada
penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian
merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian
jumlah kalornya sama tetapi tandanya berlawanan karena reaksinya berlawanan arah.
Contoh:

H2O(l) -> H2(g) + 1/2 O2(g) H=+286 kJ mol-1 (bnd. contoh Hf no. 1)

3. Entalpi Pembakaran Standar (Hc)

Entalpi pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang


diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-
unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi
simbol (Hc) simbol d berasal dari kata combustion yang berarti pembakaran.

Pembakaran selalu membebaskan kalor sehingga nilai entalpipembakaran selallu


negatif (eksoterm)

Contoh :

1/2 C2H4(g) + 3/2 O2 -> CO2(g) + H2O(l) H=-705.5 kJ mol-1

Catatan:

Hc selalu negatif, karena panas pasti dilibatkan

Hc bisa digunakan untuk menilai kandungan energi bahan bakar atau makanan
4. Entalpi Pelarutan Standar (Hs)

Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau


dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian
standar diberi simbol (Hs) simbol s berasal dari kata solvation yang berarti pelarutan.

Contoh:

NH3(g) + aq -> NH3(aq) Hs=-35.2 kJ mol-1

HCl(g) + aq -> H+(aq) + Cl-(aq) Hs=-72.4 kJ mol-1

NaCl(s) + aq -> Na+(aq) + Cl-(aq) H=+4.0 kJ mol-1


Catatan:

Jika Hs sangat positif, zat itu tidak larut dalam air


Jika H negatif, zat itu larut dalam air
5. Entalpi Netralisasi Standar

Adalah entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa
oleh asam pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol

6. Entalpi Penguapan Standar

Adalah entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase
gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.

7. Entalpi Peleburan Standar

Adalah entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat
menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada
keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.

8. Entalpi Sublimasi Standar

Adalah entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat
dalam fase gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.

F. Kalorimeter

Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter.


Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan, untuk
menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu
reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi
tersebut. Pengukuran perubahan kalor dapat dilakukan dengan alat yang disebut
kalorimeter.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun
energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu
kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih dicampur
menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang
suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.

Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima

Rumus yang digunakan adalah :

q = m x c x T

qkalorimeter = C x T

dengan :

q = jumlah kalor ( J )

m = massa zat ( g )

T = perubahan suhu ( oC atau K )

c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )

C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )

Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang
diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.

qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )

Beberapa jenis kalorimeter :

1. Kalorimeter bom

Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan kalor dari
reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat
berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel dan diisi dengan
gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang
kedap panas. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam
medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari
kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom,
akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang
terbuang ke lingkungan, maka :

qreaksi = - (qair + qbom )

Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :

qair = m x c x T

dengan :

m = massa air dalam kalorimeter ( g )

c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )

T = perubahan suhu ( oC atau K )

Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :

qbom = Cbom x T

dengan :

Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )

T = perubahan suhu ( oC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (V =
nol). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi
dalamnya.

E = q + w dimana w = - P. V ( jika V = nol maka w = nol )

maka E = qv
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.

2. Kalorimeter Sederhana

Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang
dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi
yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam
basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).

Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan
sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.

qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )

qkalorimeter = Ckalorimeter x DT

dengan :

Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )

DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga
perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam
kalorimeter.

qreaksi = - qlarutan

qlarutan = m x c x DT

dengan :

m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )

c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )

DT = perubahan suhu ( oC atau K )


Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga
perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.

DH = qp

Contoh kalorimeter sederhana adalah kalorimeter larutan.

Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang
dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan
perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem
larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh
dipasaran.

Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan

Qreaksi = - (Qlarutan + Q kalorimeter )

Q reaksi = - (m.c.T + c.T)

Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka

Qreaksi = - (m.c.T)

Keterangan :

m = massa zat (kg)


c = kalor jenis (J/kgC)

t = perubahan suhu (Celcius)

Sementara itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya


disebut persamaan termokimia.

H2 (g) + 1/2 O2 (g) > H2O (l) H = -286 kJ


Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr).
Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm
dapat dinyatakan:

H = Hp- Hr > 0

Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang,
artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan
entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:

H = Hp- Hr < 0

G. Hukum Hess

Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan


langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan
o
standar ( DHf )CO.

Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa
disertai terbentuknya gas CO2. Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari
reaksi tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga
perubahan entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.

Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess melakukan serangkaian percobaan dan
menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.

Artinya : perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal
( zat-zat pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak
tergantung pada jalannya reaksi. Pernyataan ini disebut Hukum Hess, rumus yang
dapat dipakai yaitu Hreaksi = H1 + H2 +.

Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari
suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang
berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapainya.

Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak
dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada
beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan
reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan
menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau
dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika
persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi
-H). Berdasarkan Hukum Hess, penentuan H dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :

1). Perubahan entalpi (H ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari perubahan
entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.

2). Perubahan entalpi (H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi


o
pembentukan (Hf ) antara produk dan reaktan.

3). Perubahan entalpi (H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi ikatan.

Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai H juga dapat diketahui dengan
pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan
reaktan.

Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung perubahan fungsi
keadaan lainnya, seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat berguna
karena besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara langsung, sehingga
perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu cara menentukannya.

Untuk perubahan entropi:

So = (Sfoproduk) - (Sforeaktan)

S = (Soproduk) - (Soreaktan).
Untuk perubahan energi bebas:
Go = (Gfoproduk) - (Gforeaktan)

G = (Goproduk) - (Goreaktan).

H. Penentuan H Reaksi

Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi tidak tergantung pada berapa
banyak tahapan reaksi, tetapi tergantung pada keadaan awal dan akhir. Dengan kata lain,
untuk suatu reaksi keseluruhan tertentu, perubahan entalpi selalu sama, tak peduli
apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung ataukah secara tak langsung dan lewat
tahap-tahap yang berlainan. Rumus yang dapat dipakai yaitu:

1. Penentuan H Reaksi berdasarkan Eksperimen (Kalorimeter)

Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris merupakan penentuan yang didasarkan


atau diukur dari perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan prinsip perpindahan
kalor, yaitu jumlah kalor yang diberikan sama dengan jumlah kalor yang diserap.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi
dengan lingkungan di luar kalorimeter).

Dengan demikian, semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi dalam
kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta perangkat
kalorimeter berdasarkan rumus:

q.larutan = m c T

q.kalorimeter = C T

q = jumlah kalor

m = massa air (larutan) di dalam calorimeter

c = kalor jenis air (larutan) di dalam calorimeter

C = kapasitas kalor dari calorimeter

T = kenaikan suhu larutan (kalorimeter)


Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi sama
dengan kalor yang diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda :

qreaksi = -(qlarutan + qkalorimeter)

Kalorimeter yang sering digunakan adalah kalorimeter bom. Kalorimeter bom terdiri
dari sebuah bom (wadah tempatberlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat
dari berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan stainless steel) dan
sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas. Jadi kalor reaksi sama dengan
kalor yang diserap atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap atau dilepaskan
larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.
qreaksi = -qlarutan

2. Penentuan H Reaksi dengan Hukum Hess

Hukum Hess : Kalor reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir.

Untuk mengubah zat A menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi sebesar H.
Atau cara lain yaitu mengubah zat A menjadi zat B dengan kalor reaksi H1, zat B diubah
menjadi zat C dengan kalor reaksi H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor
reaksi H3 . Sehingga harga perubahan entalpi adalah

Hreaksi = H1 + H2 + H3 .

Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + O2(g) CaO(s) H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) CO2(g) H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + O2(g) CaCO3(g) H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) ............................. Ca(s) + O2(g) ....H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ C(s) + O2(g) ............H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + O2(g) CaCO3(s)................. H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ........... CaCO3(s).................. H = - 178,1 kJ

3. Penentuan H Reaksi Berdasarkan Data Perubahan Entalpi

Pembentukan Standar ( Hof )

Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi pembentukan standar( Hof
) zat-zat yang ada pada reaksi tersebut.

Hreaksi = Hof produk - Hof reaktan

TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN BEBERAPA ZAT

Zat Hof ( kJ/mol ) Zat Hof ( kJ/mol )

H2(g) 0 C2H4(g) + 52,5

O2(g) 0 CCl4(g) - 96,0

C(s) 0 NH3(g) - 45,9

H2O(g) - 241,8 NO2(g) + 33,2

H2O(l) - 285,8 SO2(g) - 296,8

CO2(g) - 393,5 HCl(g) - 92,3

CO(g) -110,5 NO(g) + 90,3

Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4
c. Reaksi pembakaran C2H4
C2H4(g) + 3 O2(g)2CO2(g) + 2H2O(l)
H reaksi = Hof hasil reaksi - Hof pereaksi
= ( 2. Hof CO2 + 2. .Hof H2O ) ( 1. HofC2H4 + 3. Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) ( 1. 52,5 + 3. 0 )
= -787 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar 2612,2 Kj

4. Penentuan H Reaksi Dari Energi Ikatan

Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2 tahap yaitu :

a. Pemutusan ikatan pada pereaksi

b. Pembentukan ikatan pada produk

Misalnya, pada reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen
klorida dapat digambarkan sebagai berikut :

Sesuai dengan hukum Hess, H reaksi total adalah H tahap-I + H

tahap-II.

H tahap-I = Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)


H tahap-II = - Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
H reaksi = Energi ikatan pereaksi yang putus - Energi ikatan produk yang terbentuk
= Eruas kiri - Eruas kanan

TABEL ENERGI IKATAN

Ikatan E (kJ/mol) Ikatan E (kJ/mol)

H-H 436 O=O 498

H-C 415 CN 891


H-N 390 F-F 160

C-C 345 Cl-Cl 243

CC 837 H-Cl 432

C-O 350 C=C 611

C=O 741 I-I 150

C-Cl 330 N=N 418

O-H 450 C-F 485

Penyelesaian :
........H
.........l
H C O-H + 1 O=O O=C=O + 2H-O-H
........l
.......H

H reaksi = Epemutusan -Epembentukan

= { (3.Ec-H)+( 1.EO-H) +(1.EC-O)+ (1 EO=O)} {(2.EC=O)

+(4.EO-H)}

= {(3.415)+(1.460)+(1.350)+1 .498)} {(2.741)+(4.460)}

= 2802-3322

= -520 kJ/mol

Anda mungkin juga menyukai